Senyum dari Tepian Negeri: Begini Semangat Raisya, Gadis Kecil ikut Bantu Bangun Sekolah

23.46
sekolah-tepian-negeri
Sejak sekian banyak thn terakhir, kisah mengenai muramnya pendidikan di tepian negara, wilayah perbatasan republik Indonesia senantiasa mengundang duka. Terbatasnya fasilitas pendidikan yg pantas pun persediaan guru pengajar yg nihil sama sekali sudah merengut hak-hak pendidikan basic bagi anak-anak tepian negaraJikalau aktivitas Indonesia Mengajar yg dibesut oleh Menteri Pendidikan & Kebudayaan Anies Baswedan sukses menginisiasi kegiatan kerelawanan jadi pengajar di daerah-daerah, saat ini ada pun kegiatan baru yg membawa tajuk “Penddidikan Tepian Negeri”, kali ini fokusnya yakni menyusun batako demi batako, buat wujudkan alat sekolah yg patut bagi anak perbatasan negara.

Rangkaian kisah epik yg merekam muramnya pendidikan di perbatasan negaraDgn semangat kemanusiaan, aktivitas yg dimotori oleh Perbuatan Serentak Tanggap ini satu persatu sejak mulai membangun fasilitas yg pantas bagi akses pendidikan anak-anak perbatasan. Satu kisah muram yg sukses terekam datang dari Pulau Kabetan, Kab Toli-Toli, Sulawesi Tengah.

Satu kisah ini merekam gimana semangat satu orang gadis mungil yg terlihat bahagia luar biasa mampu menonton lagi sekolahnya dibangun kembali.

Tubuhnya mungil, rambutnya gondrong hampir tidak terurus, usianya baru empat thTidak ada yg menyuruh tiba tiba saja, Raisya yg biasa dipanggil Acang, ikut mengangkut batu dari perahu motor ke tempat pembangunan sekolah.

Terdorong kegembiraan dusunnya dapat serentak punyai sekolah baru, Acang, anak pasangan penangkap ikan miskin Munser & Jude ini ikut menunjang mengangkut batu dari perahu yg dapat digunakan utk menciptakan pondasi bangunan sekolah ACT – Cerah Hati, di Dusun Bumbung, Pulau Kabetan, Tolitoli, Sulawesi Tengah. Meski benar-benar batu yg Dia angkat cuma se besar genggaman tangan imutnya. Tetapi akbar semangat & harap Acang terang terasa

“Melok masikolla jaoditteh,” jelasnya mantap sambil terhubung pakaian kaos merahnya saat aku goda, kenapa Beliau yg tetap mungil ikut menopang. Kalimat dari bibir mungilnya itu kira-kira berarti : Aku kelak dapat sekolah di sana.

Pasti saja bukan hanya Acang. Nyaris seluruhnya anak serta seakan berlomba menunjukkan bahwa mereka miliki kontribusi dalam pembangunan ini. Ditambah lagi dgn menolong sediakan batu & air, wujud sumbangan & partisipasi penduduk dalam wujudkan suatu bangunan yg pantas bagi anak anak mereka.

Usra & Katijah, dua siswi yg sekarang ini duduk di kelas dua serta mengaku suka sanggup ikut meringankan. “Yaku purado mangala bone, kami suka telah ikut mengangkat pasir,” kata gadis mungil punya rambut pirang terpanggang matahari ini.

“Mario diang passikollang baru, kami dapat punyai sekolah baru,” tambah Usra malu-malu menyebut besar nya kemauan mereka utk miliki lokasi mempelajari yg patut. Kalimat yg meluncur dari mulut Usra tadi berarti Mau rasanya secepatnya sanggup wujudkan mimpi bocah-bocah punya rambut terpanggang matahari di pulau pinggir negara ini.(yus/act.id)

Jikalau Kamu miliki semangat & kepedulian yg sama dgn #aksicepattanggap utk membangun #100pulautepiannegeri melalui acara #CerahHati, Kamu bakal berpartisipasi melalui :


Previous
Next Post »
0 Komentar