Memasuki minggu ke-2 Okober 2015, sebahagian wilayah Indonesia telah mulai sejak teduh dihinggapi awan hujan cumulonimbus. Hujan deras pula sesekali mengguyur, menyegarkan seluruhnya yg ada diatas tanah sesudah sekian bln kering kerontang tidak dengan hujan sama sekali. Tapi hujan cuma turun di sebahagian wilayah saja, di sebahagian yang lain terutama di kawasan terdampak kabut asap, beberapa ratus titik kebakaran hutan masihlah masih membara. Satu titik dipadamkan, muncul sepuluh titik api baru di pelosok hutan lain.
Tidak Dengan ada perubahan baik yg signifikan, nyata-nyatanya sampai artikel ini diturunkan penderitaan masyarakat lantaran kabut asap masihlah belum berhenti. Bahkan tempo hari, Rabu (7/10) Presiden Joko Widodo menghimpun jumlahnya menteri & petinggi terkait dalam rapat terbatas di Istana Negeri. Agendanya dengan cara kusus membicarakan perkembangan terakhir & cara-cara paling baik soal penanganan kabut asap akibat pembakaran hutan di wilayah Sumatera & Kalimantan.
Dilansir dari page Mongabay, seseorang Tokoh Warga Riau, Azlaini Agus, mengirimkan pesan pada Menteri Lingkungan Hidup & Kehutanan, Siti Nurbaya. Mengisi pesannya sekitar seperti ini :
“Enam pekan terakhir ter buruk. Kami menghirup polusi kepada tingkat berbahaya. Tolonglah kami… ungsikan anak-anak kami & ibu-ibu hamil, biar generasi depan kami masih sanggup hidup dengan cara normal. Janganlah biarkan kami bermutasi jadi manusia bodoh & penyakitan akibat berminggu-minggu menghirup asap dgn polutan tinggi. Sampaikan ini terhadap Joko Widodo.”
Berikut merupakan 2 bukti penderitaan masyarakat lantaran kabut asap nyata-nyata belum mogok :
Keadaan terakhir di Pekanbaru terhadap minggu ke-2 Oktober tetap diatas level berbahaya
Meski masa hujan telah nyaris di depan mata, derita kabut asap masihlah jadi momok menakutkan dalam keseharian penduduk Riau. Tengok saja berapa angka Indeks Standar Pencemaran Hawa harian di Kota Pekanbari yg mencapai fokus partikula (PM10) ada di angka 548.72 psi atau di atas level berbahaya (300-500 psi)
Jumlah penderita penyakit akibat kabut asap konsisten melonjak tajam
Berminggu-minggu kabut asap mengepung jutaan penduduk di Riau, Jambi, Palangkaraya & wilayah Kalimantan yang lain. Seiring dgn semakin memburuknya keadaan kabut asap, jumlah penderita penyakit akibat kabut asap terutama Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) semakin melonjak. Data terakhir yg dirilis page Mongabay.co.id sampai tanggal 5 Oktober 2015 menunjukkan penderita ISPA di Riau mencapai 57.536 jiwa.
Tidak Cuma mengambil resiko ISPA. Keadaan hawa yg semakin tidak baik di Riau dapat jadi pembunuh generasi penerus bangsa. Pekatnya racun & kotoran yg terkandung dalam kabut asap dapat mempengaruhi para ibu hamil, bayi, maupun balita. Perkembangan mereka dapat terancam, dampaknya mungkin saja dapat terasa 10 hingga 15 tahu ke depan, bersama kecacatan, kemandulan, sampai kematian.
Hingga kapan kita ingin berdiam diri terkait bencana kabut asap ini? Ayo serta-merta bergerak menunjang apapun utk melenyapkan dengan cara tuntas kabut asap di Sumatera & Kalimantan.
Berikut list posko kemanusiaan Darurat Asap milik Perbuatan Langsung Tanggap
Tidak Dengan ada perubahan baik yg signifikan, nyata-nyatanya sampai artikel ini diturunkan penderitaan masyarakat lantaran kabut asap masihlah belum berhenti. Bahkan tempo hari, Rabu (7/10) Presiden Joko Widodo menghimpun jumlahnya menteri & petinggi terkait dalam rapat terbatas di Istana Negeri. Agendanya dengan cara kusus membicarakan perkembangan terakhir & cara-cara paling baik soal penanganan kabut asap akibat pembakaran hutan di wilayah Sumatera & Kalimantan.
Dilansir dari page Mongabay, seseorang Tokoh Warga Riau, Azlaini Agus, mengirimkan pesan pada Menteri Lingkungan Hidup & Kehutanan, Siti Nurbaya. Mengisi pesannya sekitar seperti ini :
“Enam pekan terakhir ter buruk. Kami menghirup polusi kepada tingkat berbahaya. Tolonglah kami… ungsikan anak-anak kami & ibu-ibu hamil, biar generasi depan kami masih sanggup hidup dengan cara normal. Janganlah biarkan kami bermutasi jadi manusia bodoh & penyakitan akibat berminggu-minggu menghirup asap dgn polutan tinggi. Sampaikan ini terhadap Joko Widodo.”
Berikut merupakan 2 bukti penderitaan masyarakat lantaran kabut asap nyata-nyata belum mogok :
Keadaan terakhir di Pekanbaru terhadap minggu ke-2 Oktober tetap diatas level berbahaya
Meski masa hujan telah nyaris di depan mata, derita kabut asap masihlah jadi momok menakutkan dalam keseharian penduduk Riau. Tengok saja berapa angka Indeks Standar Pencemaran Hawa harian di Kota Pekanbari yg mencapai fokus partikula (PM10) ada di angka 548.72 psi atau di atas level berbahaya (300-500 psi)
Jumlah penderita penyakit akibat kabut asap konsisten melonjak tajam
Berminggu-minggu kabut asap mengepung jutaan penduduk di Riau, Jambi, Palangkaraya & wilayah Kalimantan yang lain. Seiring dgn semakin memburuknya keadaan kabut asap, jumlah penderita penyakit akibat kabut asap terutama Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) semakin melonjak. Data terakhir yg dirilis page Mongabay.co.id sampai tanggal 5 Oktober 2015 menunjukkan penderita ISPA di Riau mencapai 57.536 jiwa.
Tidak Cuma mengambil resiko ISPA. Keadaan hawa yg semakin tidak baik di Riau dapat jadi pembunuh generasi penerus bangsa. Pekatnya racun & kotoran yg terkandung dalam kabut asap dapat mempengaruhi para ibu hamil, bayi, maupun balita. Perkembangan mereka dapat terancam, dampaknya mungkin saja dapat terasa 10 hingga 15 tahu ke depan, bersama kecacatan, kemandulan, sampai kematian.
Hingga kapan kita ingin berdiam diri terkait bencana kabut asap ini? Ayo serta-merta bergerak menunjang apapun utk melenyapkan dengan cara tuntas kabut asap di Sumatera & Kalimantan.
Berikut list posko kemanusiaan Darurat Asap milik Perbuatan Langsung Tanggap
(CAL)
0 Komentar