Pemicu Konflik Yaman

19.09 Add Comment
Konflik Yaman
Koalisi internasional pimpinan Arab Saudi tetap dengan prinsipnya untuk membombardir Yaman melalui serangan udara dan pertempuran darat. Memicu bencana sosial konflik yang berkepanjangan. Tujuannya satu, mengganyang habis gerilyawan Houthi dan pasukan loyalis mantan Presiden Ali Abdullah Saleh.
Hingga penghujung bulan Mei ini, sudah lebih dua bulan gabungan koalisi internasional yang dipimpin oleh negara Arab Saudi membombardir Yaman untuk menindas habis kelompok gerilyawan Houthi. Akibatnya, seperti yang dikutip dari portal berita Antara, hampir dua pertiga dari total populasi penduduk Yaman atau sekitar 16 juta jiwa terjebak dalam kekalutan konflik, kini mereka harus bertahan hidup dengan ekonomi yang lumpuh dan tanpa ketersediaan air bersih.
Sepertinya konflik berkepanjangan di negara-negara timur tengah masih akan terus berlanjut. Setelah Irak, Afghanistan, Mesir, Suriah, dan kini Yaman. Tercatat sejak awal Maret lalu, konflik negara timur tengah kembali bergejolak, kali ini bencana sosial konflik meluluhlantakkan kehidupan dan perekonomian jutaan warga Yaman.
Kisah pemicu bencana sosial konflik Yaman sejatinya berawal sejak akhir tahun lalu. September di penghujung 2014, Gerilyawan Houthi berhasil menancapkan kuasanya terhadap ibukota Yaman, Sanaa. Ekstrimis mantan presiden Ali Abdullah Saleh ini mendesak hingga ke seluruh negara bagian di Yaman dan memaksa presiden yang berkuasa Abedrabbo Mansour Hadi melarikan diri ke Arab Saudi.
Hingga akhirnya negara Arab Saudi memutuskan untuk membentuk koalisi militer internasional gabungan beberapa negara timur tengah untuk menyerang balik gerilyawan Houthi dan mengembalikan kekuasaan presiden Hadi.
Akibatnya, krisis kemanusiaan sebagai bentuk bencana sosial pun masih berlanjut hingga detik ini. Situasi keamanan penduduk sipil di Yaman masih sangat terancam di tengah gempuran roket dan serangan darat. Bahkan di masa jeda gencatan senjata awal Mei ini, konflik kecil masih saja tetap terjadi. Masa gencatan senjata dimanfaatkan organisasi kemanusiaan internasional untuk menyalurkan kebutuhan utama bagi warga sipil di Yaman, berupa makanan, bahan bakar, dan barang-barang komersial lain.
Memang nyatanya, bencana sosial kemanusiaan di Yaman terkesan “tenggelam” dengan hingar bingar bencana alam gempa bumi di Nepal dan bencana sosial pengungsi Rohingya. Namun, perhatian internasional terhadap bencana sosial krisis Yaman tetap perlu menjadi prioritas, keselamatan jiwa warga sipil di Yaman tak bisa diabaikan.
Dikutip dari portal berita Antara, Badan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization merilis data dampak krisis Yaman, sekitar 300.000 orang telah menjadi pengungsi baru sejak Maret, dan 6.8 juta orang berada dalam krisis layanan kesehatan.
Selain itu, data valid menuliskan bahwa korban jiwa akibat krisis bencana sosial konflik Yaman sudah menembus angka 1.600 orang tewas, dan 6.200 orang luka-luka. (ijal)

Angka Kelaparan di Dunia Menurun

19.07 Add Comment
Angka Kelaparan di Dunia
Kabar ini menjadi isu positif di tengah rangkaian bencana sosial, bencana alam dan konflik perang berkepanjangan di berbagai belahan dunia. Seperti yang dikutip dari portal BBC, jumlah umat manusia yang menderita bencana sosial karena kelaparan di seluruh dunia menurun menjadi di bawah angka 800 juta jiwa untuk pertama kalinya sejak PBB mulai mengumpulkan statistik angka kelaparan dunia 25 tahun lalu.
FAO menegaskan bahwa menurunnya angka kelaparan umat manusia di dunia bermakna penting sebagai salah satu bentuk peningkatan positif terhadap ekonomi dan tindakan kemanusiaan global. Padahal dekade ini, dunia masih dipenuhi oleh lonjakan jumlah penduduk yang fantastis, konflik bencana sosial kemanusiaan yang tiada henti, hingga rangkaian bencana alam yang membunuh dan berdampak negatif bagi harta benda dan perekonomian.FAO merilis data bahwa, tahun ini ada sekitar 795 juta jiwa yang masih hidup kelaparan dan di bawah garis kemiskinan. Walaupun angka tersebut masih berada 3 kali lipat lebih banyak dari total seluruh jumlah penduduk Indonesia, namun FAO menyambut baik penurunan tersebut. Jose Graziano da Silva, Direktur Jenderal FAO berujar bahwa angka tersebut lebih sedikit 216 juta orang dibanding periode 1990 seperti yang dilaporkan portal BBC.
Menjelang akhir bulan Mei di tahun ini, Kabar positif berhembus dari organisasi pangan dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) yang merilis data bahwa angka bencana kemiskinan dunia menurun selama satu dekade terakhir.
Angka jumlah bencana kelaparan 795 juta jiwa yang dirilis tahun ini adalah hasil dari 129 negara yang diamati oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Deretan negara di Asia Timur, Amerika Latin, dan seputar Karibia adalah negara-negara yang mencatat kemajuan amat baik dalma hal pengurangan bencana kelaparan dan gizi buruk.
Namun, tetap saja negara sub-sahara Afrika termasuk Somalia menjadi negara yang masih menyumbang jumlah penduduk kelaparan tertinggi di dunia.
Aksi Cepat Tanggap (ACT) sebagai organisasi kemanusiaan dalam skala gobal sudah sejak beberapa tahun terakhir ikut berperan dalam mengurangi angka gizi buruk di Somalia. Melalui program Global Qurban, ACT menyalurkan rangkaian daging kurban bagi penduduk yang menderita bencana kelaparan dan gizi buruk di Somalia. (ijal)

Waspada Pemanasan Iklim Global

19.04 Add Comment
Gelombang Panas
Memasuki minggu penghujung Mei ini, masyarakat global dikejutkan dengan kabar kematian 1100 lebih jiwa di wilayah India Selatan akibat suhu panas yang ekstrim. Badan meteorologi pemerintah India mencatat angka 48 derajat celcius pada suhu puncak di siang hari! Cuaca panas yang membunuh di India bagian Selatan tersebut menyebabkan serangan heatstroke dan dehidrasi ekstrim yang rata-rata menyerang para lansia tunawisma yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Bahkan cuaca panas mencekam pun membunuh lebih dari 200 jiwa di kota besar New Delhi. Dokter dan peneliti di India seperti yang dikutip dari portal berita CNN menunjukkan bahwa paparan suhu panas esktrim dapat meningkatkan suhu tubuh secara mendadak, menyebabkan kelebihan panas pada sel protein dan menyebabkan dampak negatif pada bagian otak individu.

Lantas, apa sesungguhnya yang menyebabkan India mengalami suhu panas ekstrim ini?

seperti yang diketahui, isu peningkatan suhu global atau bencana pemanasan global memang telah menjadi perbincangan hangat dalam setengah dekade terakhir. Kondisi bumi yang makin panas menyebabkan banyak dampak negatif bagi peradaban umat manusia.

Peneliti melaporkan bahwa ratusan bongkah es raksasa di Svalbard, Norwegia (wilayah paling utara Bumi sebelum Kutub Utara) meleleh dan menciut, menambah volume air laut di seluruh Samudera dalam volume yang masif. Isu pemanasan suhu global inipun mendapat pemicu paling ekstrim dari meningkatnya konsentrasi karbon dioksida sebanyak lebih dari 40% di langit atmosfer karena laju industrialisasi yang tak terbendung sejak awal abad 19. Selain itu, bencana suhu panas ekstrim yang melanda wilayah India pun dapat ditilik penyebabnya dari gelombang panas yang dibawa oleh fenomena El Nino, yaitu gejala penyimpangan atau anomali pada suhu permukaan laut Samudera Pasifik di sekitar pantai barat Ekuador dan Peru. Angin El Nino membawa gelombang panas ekstrim hingga ke wilayah India.

Saat ini gelombang suhu panas mematikan memang terasa hanya di wilayahIndia, namun bukannya tak mungkin fenomena bencana gelombang panas pun akan melanda wilayah lain di belahan bumi bagian manapun. Isu pemanasan suhu global sudah menjadi ancaman bencana alam baru. Laporan catatan iklim terakhir rilisan PBB seperti yang dikutip dari CNN melaporkan bahwa Bumi mengalami suhu panas paling ekstrim sejak tiga dekade terakhir. (ijal)

Kearifan Lokal Tentang Tsunami (Makna Smong)

19.00 1 Comment
141224185644_tsunami_smong_simeuleu_640x360_yokotakafuji_nocreditSiapa yang bisa mengingkari begitu kaya dan beragamnya budaya negeri ini? ribuan bahasa, jutaan budaya dan seni yang menghampar dari ujung barat Samudera Hindia hingga Puncak Jaya Wijaya di Papua. Budaya dan kehidupan masyarakat lokal atau kearifan lokal telah tumbuh bersama sejak ribuan tahun lalu.
Terputusnya kearifan lokal seputar mitigasi bencana akan berdampak fatal terhadap kelangsungan hidup ratusan ribu jiwa. Tengok saja bagaimana masyarakat Aceh tercengang dan tak menyangka akan begitu dahsyatnya efek yang ditimbulkan akibat bencana alam tsunami 2004 silam.
Terkait dengan urusan bencana alam, banyak bukti kuat menununjukkan bahwa peradaban masyarakat tradisional di Indonesia telah sejak lama menyadari dan mengenal risiko kebencanaan yang terhampar di Nusantara. Melalui ragam nyanyian, puisi, istilah, dan bermacam bentuk kearifan lokal lain para nenek moyang bangsa ini sudah mewariskan turun temurun upaya pencegahan risiko bencana sejak dini.
Beberapa menit usai bencana gempa mengguncang sisi tenggara Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, alam menunjukkan gejolak berikutnya dengan tanda-tanda berupa surutnya air laut sejauh puluhan meter dari pesisir. Sebagian besar masyarakat Aceh tak mengetahui bahwa fenomena surutnya air laut tersebut berarti laut sedang menyimpan energi besar yang terhisap ke tengah Samudera, dan akan kembali ke pesisir dengan kecepatam dan kekuatan rusak yang luar biasa.
Bencana alam kedua berwujud tsunami tersebut seketika mengagetkan masyarakat Aceh, tak ada yang sigap untuk menyelamatkan diri usai air laut surut, bahkan ratusan warga nampak kembali ke rumah masing-masing di pesisir untuk melihat kondisi harta bendanya. Seketika gelombang air bah yang amat mematikan menerjang ratusan ribu jiwa. Menewaskan lebih dari 180 ribu jiwa masyarakat Aceh.
Statistik jumlah korban tewas di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam tersebut sesungguhnya tak akan mematikan apabila warga Aceh tak melupakan dan memutus kearifan lokal dari nenek moyang dahulu. Ketidaktahuan masyarakat Aceh tentang gejala awal tsunami telah berakibat amat fatal. Sangat berbeda dengan apa yang terjadi sebagian besar penduduk Pulau Simelue.
Bencana alam gempa bumi dahsyat di penghujung 2004 tersebut menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Simelue yang sejak turun temurun hidup persis di atas garis patahan lempeng India, Australia dan, Eurasia telah mengetahui fenomena tsunami. Kearifan lokal masyarakat Simelue mengenal istilah Smong sebagai tsunami. Sejak dahulu kala,Smongada dalam teks sajak, dan nyanyaian tradisional Simelue. Dinyanyikan dan diwariskan hingga generasi sekarang.
Nyatanya, ketika gempa 2004 dan air laut surut secara tiba-tiba, 78.000 populasi masyarakat Pulau Simelue meneriakkanSmong dan bergegas menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi, bukit, atau pegunungan. Imbasnya luar biasa, tsunami dahsyat yang menghempas Simelue tak berarti apa-apa. 95 % dari 78.000 populasi Simelue yang tinggal di pesisir laut berhasil menerapkan kearifan lokal Smong. Penduduk Simelue yang tewas akibat tsunami 2004 “hanya” 7 orang. Ajaib! (ijal)

Letusan Krakatau 1883

18.57 Add Comment
Gunung Krakatau
Bencana alam letusan gunung Krakatau di 26-27 Agustus 1883 menjadi catatan kelam kebencanaan Indonesia. Skala letusan Krakatau sangat dahsyat, daya ledaknya mencapai kira-kira 30.000 kali bom atom Hiroshima dan Nagasaki di penghujung Perang Dunia II. Dua hari dua malam letusan Krakatau telah membunuh lebih dari 36.000 jiwa manusia. Rata-rata korban tewas akibat dampak masif awan panas yang terlontar keluar dari perut Krakatau dan akibat gelombang tsunami yang menghempas pesisir pantai Jawa, Sumatera dan Samudera Hindia.
Belum lama ini, para ilmuwan Geologi dunia merayakan dahsyatnya dua abad letusan Tambora. Berdasar skala eksplosif, Tambora memang lebih dahsyat letusannya ketimbang Krakatau, namun kala itu gunung Tambora meletus saat jumlah populasi manusia Indonesia belum meningkat secara siginifikan.
Sedangkan bencana alam letusan Krakatau di penghujung abad 18, ketika Batavia dan wilayah sekitar Krakatau sudah sangat masif perkembangan populasi dan teknologinya.
Menurut catatan para ahli, tsunami Krakatau adalah yang terdasyat yang pernah terjadi di abad modern sebelum bencana alam mega tsunami menghempas Samudera Hindia pada 26 Desember 2004.
Dahsyatnya bencana alam letusan Krakatau dapat tergambarkan melalui penampang muka anak Krakatau yang masih aktif hingga saat ini. Ledakan super dahsyat di tahun 1883 telah menghancurkan puncak Krakatau dan menyisakan puncak baru yang lebih kecil, kini disebut sebagai gunung anak Krakatau.
Berdasarkan proses terbentuknya, rangkaian Pulau Vulkanik yang membelah Pulau Jawa dan Pulau Sumatera di Selat Sunda adalah akibat fenomena subduksi lempeng Australian dan lempeng Eurasian selama jutaan tahun. Tubrukan dua lempeng tersebut yang memunculkan kawasan Kaldera Pulau Rakata, satu dari tiga pulau sisa letusan Gunung Krakatau Purba yang meletus pada awal abad Masehi.
Perlahan, Pulau Rakata tumbuh karena dorongan aktivitas vulkanik dari lempeng Australian dan lempeng Eurasian yang menyatukan Pulau Rakata, Gunung Danan, dan Gunung Perbuwatan yang kemudian disebut sebagai Gunung Krakatau hingga terjadinya bencana alam letusan dahsyat di tahun 1883.
Sejatinya, letusan di 27 Agustus jam 10.20 WIB di tahun 1883 merupakan aktivitas awal Krakatau yang sunyi selama 200 tahun tanpa gejolak vulkanis. Penyimpanan energi besar di bawah kawah Krakatau kemudian melontarkan ledakan dahsyat. Berdasarkan pada catatan National Geographic, letusan Krakatau merupakan suara paling keras yang menghancurkan sejarah manusia di abad modern. Suaranya terdengar sampai ribuan kilometer jauhnya di wilayah Afrika Barat.
Bencana alam letusan di pagi hari itu seketika menjadikan Jawa khususnya Batavia dan Sumatera berada dalam kepekatan sempurna, tanpa sinar matahari sama sekali selama berminggu-minggu. Batu dan abu vulkanis terlempar hingga ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru. Memicu gelombang tsunami setinggi lebih dari 30 meter yang menyapu pesisir barat dan selatan Jawa.
Pasca letusan dahsyat di tahun 1883 yang meruntuhkan Gunung Krakatau, sejak tahun 1927 hingga kini, muncul ke permukaan sebuah gunung baru yang acapkali disebut sebagai Anak Krakatau. Tiap tahunnya, gunung Anak Krakatau masih memuntahkan abu vulkanis dalam skala kecil, dan bertumbuh setinggi 6 meter atau 0.5 meter per bulannya.
Entah kapan kawasan Kaldera Purba hasil tubrukan lempeng Australia dan lempeng Eurasia di Selat Sunda akan bergejolak kembali menjadi bencana alam gunung meletus dahsyat seperti di tahun 1883 silam. (ijal)

Jawa Bagian Selatan Rawan Gempa

18.55 Add Comment
cincin api
Seperti yang terjadi beberapa jam lalu, dilaporkan bahwa telah terjadi gempa dangkal namun dalam skala kecil, yaitu 3.9 skala richter pada pukul 13.12 WIB, tanggal 28 Mei 2015. Episentrum gempa berada di 15 km sebelah timur Jogja. Beberapa laporan gempa cukup terasa di wilayah Kota Jogja, guncangan yang dirasakan warga Yogya ini diduga akibat kondisi lapisan tanah kota Yogyakarta yang terdiri dari material muda sisa letusan Merapi.
Letak geologis wilayah selatan Pulau Jawa yang menjadi lokasi jalur patahan lempeng Australian dan lempeng Eurasia menjadi titik ancaman tertinggi lokasi gempa bumi di Pulau Jawa.
Titik rawan gempa bumi yang merembet sepanjang selatan Jawa dapat dijelaskan akibat subduksi lempang Australia yang terus mendesak ke utara lempeng Euarasia. Beragam catatan kejadian gempa besar terjadi di wilayah ini, seperti misalnya gempa Pangandaran di 2004 silam, dan gempa mematikan yang mengguncang Yogyakarta pada 2006 lalu.
Para peneliti kegempaan di wilayah selatan Jawa memperingatkan ada banyak titik Seismic Gap diantara ratusan titik kegempaan yang rutin terjadi setiap bulannya di wilayah pantai Selatan Jawa. Secara pengertian Geologis, Seismic Gap ini memiliki potensi kegempaan yang besar, karena pada dasarnya patahan di titik ini sedang terkunci dan menyimpan energi besar.
Oleh sebab itu, rangkaian mitigasi bencana di wilayah Selatan Pulau Jawa tak bisa diabaikan. Sepanjang Tasikmalaya, Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Yogyakarta, Pacitan, Madiun dll memiliki potensi kegempaan yang cukup berisiko tinggi mengingat aktifnya pergerakan lempeng di zona subduksi Australian dan Eurasia ini.
Jalur patahan yang melintang di antara pulau Jawa secara garis besar terdiri dari tiga patahan utama, yaitu sesar Cimandiri, Sesar Opak, dan Sesar Grindulu. Titik guncangan gempa yang menggoyang Yogyakarta siang tadi diperkirakan terjadi akibat pergeseran Sesar Opak. Seperti yang diketahui, Sesar Opak merupakan patahan aktif yang masih menyimpan energi besar di beberapa titik Seismic Gapatau lokasi yang selama bebeapa tahun tak mengalami aktivitas kegempaan namun sebetulnya sedang menyimpan energi dalam skala besar yang berisiko mengakibatkan gempa besar.
Gempa bumi memang tak dapat diprediksi, namun kemajuan ilmu pengetahuan yang demikian pesat seperti sekarang ini setidaknya mampu mengurangi dampak gempa sekecil mungkin. (ijal)

Kebocoran Reaktor Nuklir Fukushima

18.53 Add Comment
Kebocoran Reaktor Nuklir FukushimaEmpat tahun silam, wilayah Sendai, Jepang bagian timur diguncang bencana alam gempa bumi dahsyat 9 skala richter. Seketika, gelombang tsunami pun menggulung dan menghempas wilayah pesisir timur Jepang. Lima belas ribu jiwa tewas, menyisakan kerusakan harta benda dan infrastruktur yang parah dan kerugian ekonomi milyaran dollar.
Selain dua bencana hebat yang melanda Jepang, wilayah berisiko tinggi aktivitas seismik ini pun mengalami bencana lain berupa kebocoran reaktor nuklir Fukushima. Seperti yang sudah diketahui, sebagian besar wilayah negera Jepang tumbuh dengan pembangunan infrastruktur dan elemen penunjang kehidupan yang modern. Salah satunya adalah pembangkit listrik tenaga nuklir.
Setelah 4 tahun pasca kejadian reaktor Fukushima, pengusutan yang dilakukan oleh para peneliti menemukan kesalahan prosedur dan pengelolaan darurat bencana nuklir yang buruk oleh orang-orang yang bertanggung jawab terhadap reaktor nuklir Fukushima.
Bencana kebocoroan radioaktif yang dahsyat memang nyatanya tak terjadi seperti kejadian kecelakaan nuklir di Chernobyl Ukraina, namun tetap saja beberapa warga Jepang di sekitar Fukushima masih enggan untuk kembali ke lokasi awal.
Laporan pasca 4 tahun bencana Fukushima menunjukkan adanya tanda-tanda bocornya radioaktif, hal itu ditemukan dari bentuk tanaman dan buah-buahan yang tumbuh di sekitar Fukushima yang berubah menjadi tumbuhan abnormal. Dengan perubahan atau mutasi genetik tumbuhan yang aneh dan menyeramkan seperti yang dikutip dari laman Daily Mail.
Sesaat usai bencana, Jepang mengumumkan darurat gempa dan tsunami, disusulbeberapa saat kemudian mengumumkan darurat bencana kebocoran radiasi nuklir dan gelombang radioaktif.
Lokasi beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) ditempatkan di pesisir sebelah timur laut Jepang. Akibat gempa 2011 yang dianggap terbesar mengguncang Jepang selama 1.200 terakhir itu, PLTN Onaga, Fukushima I, Fukushima II, dan Tokai secara otomatis padam. PLTN Fukushima I sebagai pembangkit tenaga nuklir yang paling parah terkena dampaknya karena kawasan pembangkit ikut terkena imbas dashyatnya gelombang bencana tsunami.
Tokyo Electronic Power (TEPCO) sebagai operator pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima I melaporkan adanya kegagalan reaktor karena telah terjadi Loss of Coolant Accident seperti yang dikutip dari laman National Geographic.
Kejadian bermula ketika kawasan PLTN Fukushima I mengalami kesalahan teknis akibat kegagalan sistem pendingin reaktor. Suplai tenaga darurat pendingin reaktor gagal berfungsi karena terendam dan terhempas oleh gelombang tsunami. Sesaat setelah gempa, TEPCO memutuskan melepaskan gas superpanas dari reaktor ke atmosfer, hal inilah yang menjadi kekhawatiran bocornya zat radioaktif ke udara.
Apabila gas superpanas tidak dilepas atau didinginkan menggunakan mekanisme pendinginyang terlanjur rusak karena tsunami, maka reaktor dikhawatirkan akan meledak. Serupa dengan bencana ledakan nuklir yang terjadi di Chernobyl 1986 silam. (ijal)

2 Gunung Api Mematikan di Indonesia

18.51 Add Comment
Gunung Api
Dari ratusan gunung api di Indonesia, hampir seluruhnya masih aktif dan terus memuntahkan gejala vulkanisnya. Ada yang punya masa bencana gunung meletus yang periodik dan termasuk paling aktif di dunia, seperti Merapi di Yogyakarta, dan Sinabung di Sumatera Utara.
Tercatat, Indonesia memang terbentuk oleh bentangan Rings of Fire atau cincin api. Membujur dari sisi paling barat Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga membelok ke utara di Maluku dan Sulawesi Utara. Alur cincin api dengan ratusan gunung apinya ini menjadi acaman nyata bencana alam gunung meletus. Lintasannya sesuai dengan patahan lempeng Australia yang menubruk lempeng Eurasia dan menghasilkan fenomena vulkanis gunung berapi.
Namun tahukah Anda bahwa Indonesia pun memegang rekor dua kejadian bencana alam gunung meletus terdahsyat dan paling mematikan sepanjang sejarah?
Gunung Toba menjadi salah satu gunung api paling melegenda sepanjang masa. Menurut prediksi para ilmuwan, letusan super dahsyat gunung api purba Toba di Sumatera Utara memiliki skala letusan 8, atau skala maksimum dalam Volcanic Explosivity Index. Menurut Surono, dampak letusan Gunung Toba meledakkan volume material ke atas langit hingga sebesar 2.800 kilometer kubik.
Kini, gunung Toba tak pernah terlihat lagi bentuknya. Gunung itu hancur karena letusannya sendiri, menyisakan sebongkah “lubang” besar di ujung utara Pulau Sumatera. Sisa letusan purba Gunung Api Toba membentuk danau terindah dan terluas di Indonesia. Danau Toba, dan Pulau Samosir di tengah danaunya.
Menurut pernyataan Surono, selaku Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, dikutip dari portal CNN Indonesia, bahwa letusan terdahsyat gunung api di Indonesia yang sudah terdokumentasi dengan baik adalah Tambora. Besarnya bencana alam letusan gunungapi Tambora mencapai levelVolcanic Explosivity Index (VEI) di angka 7. Padahal angka dalam skala VEI hanya berderet dari angka 1 hingga 8. Tambora hanya berada satu tingkat di bawah level letusan maksimum yang bisa dihasilkan gunung api aktif di seluruh dunia.
Letusan dahsyat Tambora pada April 1815 menewaskan lebih dari 60 ribu jiwa di sebagian wilayah Indonesia Timur hingga pulau Jawa. Memicu gelombang kemiskinan bertahun-tahun bahkan hingga negeri Eropa karena gagal panen dan ekonomi lumpuh akibatmatahari tertutup awan panas hingga bertahun-tahun.
Bencana alam Letusan super dahsyat Tambora hanya bisa dikalahkan skala letusannya oleh gunung api purbaSupervolcano Gunung Toba yang meletus sekitar 75 ribu tahun lalu. (ijal)

Proses Terjadinya Tsunami

20.45 Add Comment
Proses Terjadi Tsunami
Ditilik secara harfiah, tsunami merupakan istilah dalam bahasa Jepang yang berarti “harbour wave” atau gelombang dahsyat yang menyapu pelabuhan atau dermaga. Tsunami juga dikenali sebagai seismic sea wave atau tidal wave. Jika diartikan secara menyeluruh, tsunami memiliki arti sebagai sebuah fenomena tentang gelombang dahsyat yang disebabkan oleh perpindahan volume air dalam jumlah besar, umumnya terjadi di tengah Samudera luas ataupun di danau besar. Faktor gempa bumi, letusan gunungapi, ledakan bawah laut, runtuhnya dasar laut, mencairnya gletser, tabrakan meteor, ataupun gangguan besar lain yang terjadi di dasar laut merupakan penyebab utama bencana tsunami.

Berdasar pada peta kebencanaan Nusantara, bencana tsunami menempati posisi tertinggi dalam hal nilai fatalistik atau kematian yang ditimbulkan. Setidaknya satu dekade terakhir, tsunami besar dan mematikan terjadi dua kali di Indonesia (tsunami Aceh 2004, dan tsunami Pangandaran 2006). Bencana tsunami terdahsyat tentu adalah tsunami Aceh atau Asia Tenggara di tahun 2004, membunuh kehidupan lebih dari 220 ribu jiwa dalam sekejap mata.

Lantas sesungguhnya bagaimana proses tsunami terjadi? Mengapa tsunami dapat begitu mematikan?

Secara umum, tsunami jelas berbeda dengan gelombang ombak normal yang terjadi akibat pasang surut air laut. Tsunami memiliki kecepatan laju, ketinggian dan kekuatan ombak yang mematikan. Gelombang tsunami dapat menjalar hingga ribuan kilometer melintasi Samudera.

Bagaimana proses tsunami terbentuk? Berdasar pada catatan kebencanaan, penyebab paling umum terbentuknya gelombang tsunami adalah karena aktivitas seismik di bawah samudera. Lantai samudera yang tersusun atas potongan lempeng-lempeng dunia berubah bentuknya secara tiba-tiba. Ketika sisi patahan lempeng bertubrukan ataupun bersubduksi satu satu lain, maka volume air di atas zona patahan mendapatkan pelepasan energi dari proses tubrukan tersebut, merubah volume air pada kesimbangannya secara tiba-tiba.

Di area tengah samudera yang jauh dari pesisir, pelepasan energi pada volume air laut ini memiliki tinggi gelombang yang kecil namun kecepatan dan daya yang luar biasa besar. Dari tengah Samudera, energi gelombang yang terbentuk ini akan merambat dengan kecepatan ratusan kilometer per jam. Hingga akhirnya mendekat ke pesisir dan berubah menjadi gelombang tinggi berkecepatan rendah namun masih memiliki kekuatan rusak yang dahsyat.

Jika titik kejadian hentakan tsunami berada di laut dalam tengah Samudera, gelombang tsunami rata-rata hanya memiliki ketinggian 1 meter namun melaju sangat cepat hingga 800 km jam. Inilah yang menyebabkan gelombang tsunami sulit dideteksi di lokasi laut dalam.

Mendekat ke daratan, energi gelombang berkurang drastis kecepatannya menjadi hanya sekitar 80 km/jam, namun kekuatan rusak dan ketinggiannya meningkat drastis. Catatan dalam tsunami Aceh, tinggi gelombang ketika meluluhlantakkan pesisir mencapai tinggi 30 meter!

Berdasar logika, efek destruktif yang ditimbulkan oleh tsunami disebabkan oleh dua penyebab: efek benturan hebat antara gelombang dan pesisir karena kecepatan rambat gelombang tsunami yang sangat tinggi, ataupun karena faktor kekuatan rusak yang dahsyat akibat besaran volume air yang “tumpah” ke daratan.(ijal)

Sumber

Bengkulu Waspada Gempa Bumi

20.16 Add Comment
bengkulu
Tanggal 12 September 8 tahun silam, bencana alam gempa bumi dahsyat kembali bergemuruh di wilayah Palung Jawa, sebelah barat Pulau Sumatera, dalam zona subduksi lempeng Australia dan lempeng Eurasia. Kala itu, menjelang senja angka seismograf bergetar dan menunjukkan magnitudo 8.4 skala richter. Subduksi di Palung Jawa kembali mengeluarkan energinya.

Berdasar pada artikel yang disadur dari Dongeng Geologi, gempa Bengkulu dan Mentawai ini merupakan pelepasan energi dari subduksi pergerakan segmen terakhir di Palung Jawa di tahun 1883 (9 skala richter). Akibat gempa dahsyat di penghujung abad 18 itu, terbentuk segmen panjang tempat penguncian energi selama lebih dari seabad. Hingga pada 12 September dan 13 September 2007 terjadi pelepasan energi menjadi bencana alam gempa bumi Bengkulu (8.4 skala richter) dan Mentawai (7.8 skala richter).

Bencana alam gempa bumi yang tergolong dangkal ini (10 km dari dasar laut) episentrumnya berada di 105 km lepas pantai barat Sumatera. Menurut beberapa pakar geologis di Indonesia, bentuk getaran gempa Bengkulu ini menyebar bahkan hingga 1000 km jauhnya. Akibat getaran yang meluas, korban bencana alam gempa bumi dangkal ini “tak lebih” dari 21 orang.

Tak lama setelah gempa Bengkulu, muncul gempa susulan di Mentawai pada 13 September. Kali ini gempa susulan mencetak angka 7.8 dalam skala richter. Baik gempa Bengkulu maupun Mentawai yang hanya terpaut kuang dari 24 jam ini membunyikan Tsunami Warning System di Thailand dan beberapa titik pengamatan gelombang tsunami di Samudera Hindia.

Bengkulu, juga Padang, Mentawai dan wilayah lain sepanjang pantai barat Sumatera diyakini para ahli geologi memang memiliki peluang luar biasa terhadap pelepasan energi subduksi lempeng yang terkonversi menjadi bencana alam gempa bumi di atas 6 skala richter. Pada 2007 silam, aktivitas seismik gempa bumi Bengkulu memecahkan segmen sejauh 240 km, dan gempa bumi Mentawai memecahkan segmen sepanjang 120 km. Berdasar pada catatan imbas bencana alam gempa bumi di tahun 1883, masih ada 200-280 km bidang subduksi yang belum melepaskan energinya, ekuivalen dengan magnitudo 8.0 hingga 8.6 skala richter.Oleh sebab itu, mitigasi bencana dan penyadaran risiko bencana alam gempa bumi bagi masyarakat sepanjang pantai barat Sumatera tak bisa disepelekan. Aktivitas seismik di jalur patahan ini memiliki banyak titik seismic gapyang tertidur selama beberapa puluh tahun. Seperti layaknya ketapel, lekukan akibat subduksi lempeng Australia dan lempeng Eurasia di sepanjang garis pantai Sumatera ini bukan hanya tertidur, ia hanya sedang menyimpan energi besar yang menunggu untuk dilepaskan. Pertanyaannya tinggal kapan pelepasan energi tersebut terjadi? Seharusnya tinggal menunggu waktu sebentar lagi. Oleh sebab itu, persiapan dan mitigasi bencana alam gempa bumi mutlak dimasifkan kembali prosesnya. (ijal)

Referensi: Dongeng Geologi

Sumber

Seismic Gap Potensi Gempa Bumi dan Tsunami

20.14 Add Comment
seismic-gap-padang
Fenomena pergerakan lempeng bumi merupakan persitiwa yang tak dapat dicegah, lempeng bumi bergerak secara alami dan secara rutin melepaskan energinya. Potensi pelepasan energi yang berakibat pada bencana alam gempa bumi ini jelas harus diwaspadai dan dipejari risikonya. Pemetaan teratur terhadap titik-titik seismic gap di sepanjang selatan Jawa harus didukung oleh semua pihak. Bencana alam bukan untuk disesali, namun hikmah dan pelajaran di balik kejadian bencana alam tetap harus dimaknai dan direfleksikan ke dalam diri.

Seperti yang sudah diketahui, bahwa rangkaian pulau-pulau di Indonesia terbentuk oleh proses subduksi jutaan tahun sebelum masehi antara Lempeng Australia, lempeng India, Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Filipina. Proses subduksi itulah yang akhirnya melepaskan energi luar biasa besar berbentuk getaran yang menyebabkan bencana ala gempa bumi.

Jalur tubrukan lempeng India, Lempeng Australia, dan Lempeng Eurasia berjajar sepanjang barat pulau Sumatera dan Selatan Pulau Jawa. Selama satu dekade terakhir, aktivitas seismik begitu aktif terekam melepaskan energinya menjadi bencana alam gempa bumi di atas skala 6 skala richter di sepanjang jalur ini. Gempa Bumi Aceh 2004, Padang 2007, dan Bengkulu 2007, Yogyakarta 2006 menjadi bukti nyata aktifnya fenomena seismik antara lempeng Australia, lempeng India dan lempeng Eurasia di lintasan garis batas lempeng ini.

Namun tahukah kalian, bahwa ada wilayah yang disebut para ahli geologis sebagai Seismic Gap(celah seismik)? Celah seismik ini adalah wilayah di sepanjang jalur tubrukan lempeng yang sudah lama tidak menunjukkan aktivitas kegempaan. Namun fakta menunjukkan bahwa titik-titik seismik yang sudah tertidur lama ini akan sangat mematikan apabila tiba-tiba bergerak dan melepaskan energi super besarnya menjadi bencana alam gempa bumi.

Indentifikasi risiko bencana alam gempa bumi memang sudah seharusnya menjadi tanggung jawab semua pihak, termasuk pemerintah dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Alam dan Badan Meteorologi dan Geofisika. Penelitian dan riset mendalam di sepanjang garis tubrukan atau zona patahan aktif di selatan Jawa menjadi perhatian penting bagi sebagian besar peneliti Geologi di Indonesia.

Contoh seismic gapyang baru saja aktif kembali dan melepaskan energinya adalah gempa Jogja pada 2006 yang terjadi akibat gerakan baru patahan opak, dan gempa Pangandaran yang menyebabkan tsunami membunuh ratusan jiwa juga di tahun 2006.

Pergerakan lempeng Australia yang bersubduksi terhadap lempeng Eurasia bergerak sekitar 70 mm tiap tahunnya. Masih ada sesar Cimandiri di Jawa Barat, sesar Opak di Yogyakarta, dan Sesar Grindulu di Jawa Timur yang memiliki banyak titikseismic gapyang harus diwaspadai aktivitasnya.(ijal)

Referensi: Dongeng Geologi

Sumber

Patahan Tanah Pulau Jawa

20.11 Add Comment
patahan-patahan-di-jawa
Pada awal proses terbentuknya Pulau Jawa, wilayah bagian Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi wilayah terakhir yang terangkat dari permukaan laut. Hal ini bisa dibuktikan oleh bukti-bukti geologis yang ditemukan di sepanjang Gunung Gamping di sekitar Wonosari hingga Wonogiri. Di wilayah perbukitan atau pegunungan Selatan Jawa itu banyak ditemukan potongan koral dan binatang laut yang sudah membatu dan menjadi fosil. Sepotong bukti bahwa dulu daratan Jawa tengah dan Timur terangkat dari dasar laut karena penunjaman Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia.

Tiap centimeter bahkan milimeter pergerakan lempeng yang membentuk Pulau Jawa jelas menimbulkan bencana alam gempa bumi dahsyat. Bahkan hingga detik ini, tiap harinya ada pergerakan Lempeng Australia yang menunjam di bawah Lempeng Eurasia dan menyebabkan guncangan kecil hingga besar yang terekam oleh seismometer.

patahan-patahan-di-jawaCoba renungkan kembali, mengapa Pulau Jawa, Pulau terpadat di Indonesia, bahkan terpadat di dunia memiliki bentuk muka bumi yang berbukit, penuh lembah, puluhan gunung berapi (45 gunung api di Jawa), memiliki 20 kawah, kompleks vulkanik Dieng, dan kompleks Kaldera Dieng, dll? Jejeran keajaiban bentangan alam di Pulau Jawa ini sebetulnya menjadi bukti nyata betapa aktifnya aktivitas seismik dan vulkanik di bawah permukaan Pulau Jawa. Bahkan Jawa sudah sangat aktif sejak 70 hingga 35 juta juta tahun lalu, di mana batuan pembentuk Pulau Jawa baru pertama kali terbentuk.

Menurut perkiraan para ahli Geologis, pada 20 juta tahun yang lalu sebelum Masehi, lempeng Australia dan Lempeng Eurasia saling menubruk satu sama lain, menyebabkan menunjamnya lempeng Australia di bawah Lempeng Eurasia. Penunjaman yang masih berlangsung hingga sekarang ini yang menjadi penyebab awal terbentuknya rangkaian gunung Api di sebelah barat Sumatera, dan Selatan Jawa. Termasuk gunung Krakatau, gunung Merapi, Gunung Semeru, dan Gunung Kelud. 4 gunung aktif di Pulau Jawa yang membawa dampak risiko bencana alam gunung meletus.

Akibat gerak lempeng ini, muncullah patahan-patahan yang kini memiliki ragam nama, seperti Patahan Jakarta, Patahan Grindulu, Patahan Cimandiri, Patahan Opak, dll. Patahan Opak contohnya, akibat pergerakan Sesar Opak di wilayah timur Yogyakarta, menyebabkan bencana alam gempa bumi 6.2 skala richter pada 2006 silam, kejadian pilu tepat sembilan tahun lalu yang membunuh lebih dari 5000 jiwa warga Yogyakarta.Referensi: Dongeng Geologi

(ijal)

Sumber

Suhu Panas Melanda India

20.07 Add Comment
suhu Panas India
Kondisi panas abnormal yang menyerang India ini diperparah pula oleh kondisi hembusan angin yang berhembus dari wilayah Pakistan di bagian barat India. Menurut Direktur Departemen Meteorologi India, udara kering dan panas yang melanda India bagian selatan dihembuskan oleh angin barat dari wilayah Pakistan.

Seperti yang dikutip dari portal BBC.co.uk, gelombang hawa panas yang tak terkira melanda negara India bagian selatan, terutama di Andhra Pradesh dan Telangana. Sejak pertengahan April lalu, hawa panas di siang bahkan hingga malam hari menembus 50 derajat celcius!

Satu minggu ini, di penghujung bulan Mei 2015, dunia dikabarkan oleh fenomena bencana hawa panas yang menerjang wilayah India dan sekitarnya.

Peningkatan suhu udara di India bagian selatan memang sudah terjadi hampir sebulan lebih, namun Laporan tentang kematian akibat bencana alam hawa panas tersebut baru terjadi di minggu ini.

Hingga artikel ini ditulis, sudah ada 1100 penduduk India bagian selatan yang meregang nyawa akibat suhu udara yang berada di atas normal ini. Portal berita cnnindonesia mengabarkan lokasi terparah ada di wilayah Andhra Pradesh, korban jiwa di wilayah ini menembus angka 852 orang tewas. Lalu di negara bagian Telangana sudah ada 266 orang tewas akibat lemas, tak kuat menahan terpaan panasnya suhu udara.

Mayoritas korban tewas akibat bencana alam hawa panas di Andhra Pradesh dan Telangana adalah masyarakat marjinal yang hidup di bawah garis kemiskinan. Korban tewas merupakan warga tunawisma, pengemis, miskin, dan para pekerja lapangan yang bekerja di luar ruangan.

Suhu panas diluar batas kemampuan manusia ini diperkirakan akan terus melanda India bagian selatan hingga bulan depan. Musim penghujan sesuai dengan perkiraan akan turun di India pada awal bulan Juni. Menurut laporan yang dihimpun dari berbagai sumber, suhu panas di India ini sejatinya bukanlah hal yang baru. Masyarakat India sudah terbiasa dengan suhu udara di atas 40 derajat celcius yang rutin melanda di musim panas. Namun kali ini, korban jiwa sampai berjatuhan diperkirakan karena bencana alam hawa panas yang lebih intens dan tingkat kemiskinan di India yang terus meningkat. Portal CNN melaporkan bahwa dari 1.2 milyar penduduk India, hanya satu pertiga dari jumlah tersebut yang memiliki akses terhadap sumber listrik.

Fakta tersebut semakin memperkuat alasan mengapa bencana alam hawa panas di India yang menembus 50 derajat celcius dapat begitu mematikan bagi 800 juta lebih masyarakat miskin di India. (ijal)

Sumber

9 Tahun Gempa Bumi Yogyakarta

20.00 Add Comment

Bencana gempa bumi dangkal yang terjadi 2006 silam merupakan akibat dari bergesernya sesar opak ini. Episentrumnya berada di daratan, hal inilah yang mengakibatkan guncangan terasa amat besar di wilayah Yogyakarta yang sebagian morfologinya tersusun atas endapan merapi muda.

Hingga detik ini, patahan di sesar opak masih memiliki kemungkinan untuk terus bergerak dan melepaskan energinya. Kepadatan populasi di wilayah Yogyakarta menjadi jawaban mengapa 9 tahun lalu korban jiwa akibat bencana gempa bumi ini begitu besar. Sejatinya, sebesar apapun energi yang dilepaskan oleh pergerakan sesar opak tak perlu menjadi kekhawatiran berlebih apabila sejak dini sudah menyadari risikonya. Mitigasi bencana di alam di Yogyakarta tak bisa dianggap sebelah mata. Nyatanya memang kondisi struktur bangunan yang buruk dan tahan gempa lah yang membunuh ribuan jiwa di Yogyakarta 2006 silam.

Gempa Bumi Yogyakarta 2006 Pasca gempa, Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis analisis penyebab bencana gempa bumi dangkal yang berepisentrum di Yogyakarta. Menurut BMKG, gempa yang terjadi 9 tahun silam terjadi akibat patahan purba sesar opak, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Patahan opak merupakan fenomena geologis lempeng bumi yang bersubduksi di bawah permukaan kota Yogyakarta. Sesar opak inilah yang menjadikan kondisi morfologi dan bentangan alam yang sangat berbeda antara dataran rendah Yogyakarta dan dataran tinggi di Wonosari. Di permukaan bumi, Sesar opak ini terlihat sepanjang sungai Opak yang membatasi beda morfologi dan bentangan alam antara Yogyakarta dan Wonosari.

Apalagi kondisi patahan di sekitar Pulau Jawa menurut beberapa peneliti memiliki potensi yang berbahaya sebab patahan-patahan tersebut banyak yang tertutup oleh endapan muda. Ketika patahan tersebut bergerak dan melepaskan energi, akan memantul atau amplifikasi getaran gempa. Akibatnya akan sangat merusak seperti yang terjadi di Yogyakarta 2006 silam.

Hari ini, tepat 9 tahun lalu, 27 Mei 2006 bumi bergetar hebat selama 57 detik di wilayah selatan Pulau Jawa. Seismometer di sekitar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah mencatat angka 6.2 pada skala richter. Bencana gempa bumi yang mengguncang tak lebih dari 1 menit tersebut melepaskan energi dahsyatnya di waktu subuh, kala sebagian besar masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya masih masyuk terlelap.

Kala itu, episentrum bencana gempa bumi dilaporkan berada di 25 km selatan wilayah Dearah Istimewa Yogyakarta. Angka 6.2 dalam skala richter menjadi fatal karena gempa bumi ini termasuk dalam kategori dangkal, dan terjadi di kala banyak masyarakat masih terlelap di dalam rumah. Akibatnya mematikan, guncangan hebat terasa hingga Solo, Magelang, Semarang dan sebagian wilayah Jawa Timur tersebut membunuh kurang lebih sekitar 6.300 orang tewas. Sebagian besar merupakan warga Yogyakarta yang tak sempat menyelamatkan diri keluar, tewas karena tertimbun rumahnya sendiri. Data terakhir yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana, gempa dangkal tersebut mengakibatkan 80.000 lebih rumah di selatan Yogyakarta rata dengan tanah. (ijal)

2006 Gempa Bumi dan Tsunami Pangandaran

19.26 Add Comment
 

Gempa di lepas laut selatan Jawa dan tsunami Pangandaran mungkin sudah mulai dilupakan di sebagian benak masyarakat Indonesia. Memang kenyataannya besaran dampak tsunami Pangandaran ratusan persen lebih sedikit dibanding kerugian yang dialami Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. 





Namun, jumlah korban jiwa yang menembus angka ratusan akibat hempasan tsunami Pangandaran tak bisa dianggap remeh. Sekai lagi, angka korban jiwa bukanlah jejeran statistik semata. Masyarakat Indonesia khususnya yang berada dalam risiko tertinggi bencana alam gempa bumi dan bencana alam tsunami harusnya semakin sadar. Dengan cerita pengingat, setidaknya dapat terefleksikan ke dalam diri masing-masing. Sudah sejauh mana diri kita menyadari dan memiliki pengetahuan dasar tentang mitigasi bencana alam? Mengurangi risiko sekecil mungkin adalah keharusan yang tak bisa dielak.
Fenomena bencana alam gempa bumi bisa dibilang punya risiko menyapa Indonesia hampir tiap tahunnya. Luas wilayah risiko terdampak gempa bumi di negeri ini bagai menjajar dari barat ke timur, utara ke selatan.

Lempeng aktif terus bergerak di bawah permukaan negeri. Prosesnya berlangsung natural: bencana mengguncang, darurat bencana berjalan, rehabilitasi dan rekonstruksi digelar. Terus bergulir menggunakan pola yang serupa. Tanggal kejadian, dan dampak korban jiwa maupun harta hanya nampak seperti rangkaian statistik semata. Masih ingatkah dengan kejadian Bencana Alam Gempa Bumi Selatan pulau Jawa dan tsunami Pangandaran di pertengahan 2006? Kala itu, sebagian besar masyarakat negeri ini masih merasakan bayangan duka bencana alam tsunami yang meluluhlantakkan Aceh di akhir 2004. Menjelang sore hari di pertengahan Juli 2006, ketika mendapat kabar dan merasakan langsung bencana alam gempa bumi di selatan Jawa beramplitudo 6.8 skala richter, seketika penduduk negeri ini bertanya-tanya, apakah tsunami akan muncul lagi?

Peringatan dini tsunami sempat berdering di sekian banyak tsunami warning system. Menjelang malam, media pun mulai melansir kabar duka yang mendalam bahwa gelombang tsunami yang ditakutkan betul tiba. Akibat gempa subduksi garis batas lempeng Australian dan lempeng Eurasian di lepas pantai Jawatersebut, gelombang tsunami terbentuk dan menghantam desa-desa di pesisir selatan Jawa, wilayah Cipatujah, Tasikmalaya dan pesisir Pangandaran, Ciamis.

Berdasar pencatatan U.S Geological Survey, tubrukan lempeng Australia dan lempeng Eurasia itu berepisentrum di kedalaman 48.6 km dari dasar laut, 240 kilometer tenggara Pangandaran. Akibat perubahan kontur dasar laut, terbentuk gelombang tsunami setinggi kurang lebih 2 hingga 5 meter. Gelombang ini menghempas dan merusak wilayah rekreasi pantai Pangandaran. Penduduk desa dan ratusan orang yang berlibur di pinggir pantai Pangandaran tak sempat berlari dan menyelamatkan diri. Bencana di sore hari itu membunuh setidaknya 659 jiwa, ratusan jiwa lainnya hilang tersapu ombak. (ijal)
Sumber

Lempengan Penyebab Umum Gempa Bumi

19.23 Add Comment
Indonesia secara geografis terletak di antara pertemuan lempeng Australia, India, Eurasian, filipina, dan lempeng pasifik. Lempeng yang mengelilingi Indonesia ini bergerak konstan secara bertahap setiap tahunnya. Ketika terjadi subduksi atau patahan maka lempeng ini akan melepaskan energi besar ke atas. Energi dahsyat inilah yang akan menimbulkan gempa bumi. Semakin dangkal episentrum subduksi lempeng, maka akan semakin dahsyat risikonya. Seperti yang terjadi pada bencana gempa bumi super 9.1 skala richter yang mengguncang Aceh, Sumatera 2004 silam, gempa tersebut terjadi akibat proses subduksi alamiah lempeng India dan lempeng Eurasia di kedalaman 30km timur laut Pulau Simelue.


Bicara tentang bencana alam gempa bumi, hampir bisa dipastikan sebagian besar komunitas masyarakat manapun di muka bumi kenal dan tahu bagaimana rupa dan dampak yang disebabkan gempa bumi. Namun pertanyaan kemudian berbalik menjadi, apakah penyebab dan alasan terjadinya gempa bumi?
Lindu, seismo, atau jamak dikenal sebagai gempa bumi pada dasarnya kondisi bergetarnya permukaan bumi secara tiba-tiba sebagai akibat gelombang seismik terhadap lapisan-lapisan batuan (litosfer). Berdasar sumber penyebabnya, bencana alam gempa bumi terjadi akibat:
  1. Gempa bumi vulkanik: terjadi karena aktivitas gunung api
  2. Gempa runtuhan: terjadi akibat longsoran atau runtuhan dinding goa
  3. Gempa tektonik: getaran hebat yang terjadi karena pergeseran lempeng bumi
Gempa bumi tektonik adalah gempa bumi yang paling jamak terjadi sepanjang sejarah kebencanaan umat manusia. Gempa bumi jenis ini terjadi akibat pergerakan hebat yang terjadi di lapisan plate tectonics atau lempeng tektonik. Lempeng ini berada di lapisan Litosfer. Sebuah lapisan tipis yang menutup permukaan paling luar muka bumi.
Lempeng tektonik atau lempeng litosfer terpisah menjadi 7 bagian mayor dan 8 bagian minor. Lempeng terbesar adalah lempeng Antartic, Eurasian, dan lempeng North American. Ketebalan rata-rata tiap lempeng tektonik ini berada dalam kisaran 125 km. Mencapai ketebalan maksimum persis dibawah rangkaian gunung. Lempeng oceanic atau lempeng yang berada di lautan lebih tipis (50-100 km) dibanding dengan lempeng continental (lebih dari 200 km). Beberapa lempeng cukup besar untuk menampung lapisan kerak oceanic dan continental sekaligus (contoh lempeng African dan lempeng South AmericanI)
Karena bentuk bumi yang membulat, tiap lapisan lempeng bumi ini patah atau retak pada beberapa garis batasnya. Lempeng ini pun bersifat bergerak konstan, bertemu, dan menabrak satu sama lain. Pada pertemuan lempeng inilah kemudian selama jutaan tahun muncul gunung dan aktivitas vulkanik di dalamnya. Memberikan ancaman bencana alam gunung meletus.
Pada pertemuan dua lempeng ini pula atau yang akrab disebut sebagai plate boundaryberhubungan langsung dengan fenomena bencana alam gempa bumi. Topografi muka bumi pun terbentuk oleh garis-garis lempeng ini. Jejeran gunung, gunung berapi, punggung bukit, palung laut, dan deretan gunung berapi sepanjang garis batas lempeng pasifik yang membentuk Ring o Fire. (ijl)
Sumber

Gempa Nepal dan Penyebab Gempanya

19.21 Add Comment


Jam berdetak menjelang tengah hari yang dingin namun terik di Nepal, tanggal menunjukkan angka 24 April 2015. Seketika dua tubrukan lempeng paling aktif di dunia, lempeng Eurasia dan lempeng India mengejutkan jutaan penduduk Nepal. Energi besar yang terlepas akibat tubrukan dahsyat tersebut menggoyang Kathmandu dan sebagian wilayah Nepal lain dengan kekuatan 7.9 skala richter, kedalaman pusat gempanya termasuk dalam kategori sangat dangkal, tak lebih dari 15 km dari permukaan laut. Bencana alam gempa bumi terburuk sejak 81 tahun lalu. Terakhir, Negeri atap dunia ini diguncang gempa dahsyat dengan lebih dari 16.000 korban jiwa pada 1934 silam.

Nepal, negeri berjuluk atap dunia tersebut berada tepat di atas lapisan lempeng bumi paling aktif di dunia. Tengok bagaimana pegunungan Himalaya dan puncak tertingginya: Puncak Everest menjulang menjadi titik tertinggi di muka bumi. Rangkaian pegunungan Himalaya di Nepal dan sebagian negara Asia Tengah adalah bukti nyata betapa aktifnya lapisan seismik lempeng Eurasia dan lempeng India. Berdasar catatan sejumlah peneliti, kedua lempeng tersebut bergerak teratur dan bertubrukan satu sama lain sekitar 4 hingga 5 cm tiap tahunnya. Lempeng india mendorong ke utara, dan menghasilkan rangkaian pegunungan Himalaya sejak puluhan juta tahun lalu.

Bencana alam gempa bumi yang melanda Nepal 24 April merupakan salah satu bentuk perputaran waktu yang konsisten selama 4 sampai 5 dekade. Para ahli kebencanaan menyebut bahwa pergerakan konsisten lempeng India yang menyesak ke utara mengakibatkan peluang Nepal diguncang gempa dengan skala sekitar 8 skala richter kurang lebih satu kali tiap 5 dekade.

Energi dahsyat yang terhempas keluar sebesar 7.8 skala richter pada April lalu berakibat mematikan bagi Nepal, khususnya di Ibukota Kathmandu. Ribuan infrastruktur yang dibangun tak berdasarkan pada kesiapsiagaan bencana langsung ambruk seketika. Menimbun nyawa, menghancurkan ekonomi Nepal. Sebagai negeri rawan bencana, nampaknya Nepal masih belum memiliki mitigasi bencana alam gempa bumi yang tertata apik. Bencana alam gempa bumi 24 April silam menewaskan lebih dari 6.500 korban jiwa.
Menurut Irwan Meliano, pakar gempa dari Pusat Gempa dan Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bandung (ITB) seperti yang dikutip dari portal Kompas.com, bahwa karakter lokasi Nepal dan magnitudo gempa serta karakter lapisan tanah di Nepal menyumbang peran besar pada tingkat fatalistik dampak gempa. Irwan menjelaskan bahwa Nepal terutama Kathmandu berdiri di atas lapisan tanah lunak yang dahulunya berupa danau. Karakter itulah yang menyebabkan gempa Nepal bisa begitu mematikan.

Guncangan gempa bumi 24 April silam memiliki skala guncangan 9 MMI (Modified Mercallu Intensity). MMI memiliki skala minimum dan maksimum dari rentang 1 hingga 12. Dengan skala menyentuh angka 9, maka dapat dibayangkan seberapa kuat besaran goncangan gempa bumi Nepal yang menggoyang Nepal hampir satu bulan lalu. (IJL)
 Sumber

Penyebab Penindasan Etnis Rohingya

19.19 Add Comment

Satu bulan terakhir, pemberitaan sejumlah media nasional maupun internasional ramai oleh artikel yang menyentuh nurani. Tentang perjuangan anak manusia etnis Rohingya dalam mengarungi laut selama berbulan-bulan sejauh ribuan kilometer, menyelamatkan jiwa, mencari pertolongan dan belas kasih dari negara tetangga di seputar Myanmar. Mereka terusir dari tanah Rakhine, dekat perbatasan Myanmar dan Bangladesh di sudut timur laut Indonesia. Rakhine adalah satu negara bagian di Myanmar, tempat kamp-kamp konsentrasi etnis mereka selama ini berteduh.
Penindasan etnis Rohingya menjadi bentuk bencana sosial yang paling menyita perhatian saat ini. Berdasar catatan UN Refugee Agency, lebih dari 120.000 etnis rohingya telah memilih mengarungi lautan, terombang-ambing tak tentu arah. Jika mereka tetap memilih tinggal di Rakhine, penjara akan menjadi rumah mereka. PBB mengklasifikasikan etnis Rohingya sebagai etnis yang saat ini paling tertindas di dunia. Intervensi diplomatik antar negara sedang diusahakan menjadi jalan keluar terbaik mengatasi bencana sosial krisis pengungsi Rohingya ini.
Lantas apa sesungguhnya yang menjadi penyebab konflik etnis Rohingnya ini melaju berkepanjangan? Kepada siapa bencana sosial ini harus dimintai pertanggung jawabannya? Berikut adalah sepotong cerita yang menjelaskan alasan utama mengapa ribuan pengungsi etnis Rohingnya harus memilih mempertahankan hidupnya dengan pergi dari tanah Rakhine, menjelajah laut tanpa perbekalan apapun, menantang maut dengan berlayar ribuan kilometer demi mengharap pertolongan bangsa lain.
Rohingya, adalah sekelompok etnis muslim yang sudah sejak lama resmi tak memiliki tanah tempat bermukim. Rohingya tak diakui di kebangsaan manapun. Mereka sejatinya tak dianggap oleh pemerintah Myanmar sudah sejak dekade lalu. Berdasar catatan dan pengakuan mereka, etnis Rohingya mengaku sebagai keturunan dari para pedagang arab yang telah mendiami tanah kelahirannya di Rakhine selama beberapa generasi. Mereka juga tersebar di Bangladesh, Saudi Arabia, dan Pakistan. Namun nyatanya, pemerintah Myanmar menegaskan bahwa mereka sejatinya adalah imigran dari Bengali. Di Myanmar mereka diklasifikasikan sebagai tenaga kasar, tak memiliki hak terhadap tanah dan tempat tinggal, dan sangat dibatasi ruang geraknya. Terhitung sejak 4 dekade lalu, pemerintah Myanmar telah mengeluarkan undang-undang untuk menekan Rohingya keluar dari Myanmar.
Sejak saat itu, pergerakan mereka betul-betul diawasi dan dibatasi. Penindasan terhadap etnis Rohingya semakin menjadi sejak gerakan pembaharuan dikenalkan oleh Presiden Thein Sein pada 2011. Sekitar Juni hingga Oktober 2012 menjadi momen duka bagi etnis Rohingya ketika penyerangan terhadap etnis mereka di negara bagian Rakhine makin masif terjadi. Setidaknya 200 orang etnis Rohingya tewas akibat kerusuhan 2012.
Hingga puncaknya pada Maret 2015 lalu, pemerintah Myanmar secara resmi mencabut hak etnis Rohingya terhadap kartu identitas penduduk, satu-satunya dokumen resmi yang mereka miliki sebagai tanda bahwa mereka adalah penduduk Myanmar. Pencabutan kartu identitas tersebut berarti mereka tak memiliki lagi hak suara pada pemilihan umum.
Sejak 31 Maret lalu, resmi sudah etnis Rohingnya yang berjumlah 1,3 juta hingga 1,5 juta tak memiliki status sebagai warga negara manapun. Tak ada dokumen warga negara berarti tak ada tempat bagi mereka, bergerak pun tidak boleh, tak ada ruang untuk melangkah dari satu ke tempat lain di Myanmar, Undang-undang yang menyekat pergaulan bahkan cinta mereka sesama umat manusia pun dibatasi. Oleh sebab itu, etnis Rohingya pun mencari jalan keluar. Mereka memilih untuk mengapung di laut berbulan bahkan bertahun-tahun. Diselundupkan oleh sejumlah jaringan penyelundup manusia. Menjadi salah satu bencana sosial terbesar saat ini. (IJL)
Sumber

5 Gempa Terdahsyat

19.14 Add Comment
 


Sejak bergulirnya sejarah modern, kebencanaan menjadi suatu gejala alam yang tak lagi asing ataupun absurd. Bencana kini mampu diprediksi dan dihitung dalam berbagai macam skala, tak terkecuali bencana alam gempa bumi. Seismometer, atau alat yang digunakan untuk menghitung skala gempa berdasarkan skala richter telah dipasang dan diaplikasikan di seluruh belahan dunia. Ketika gempa bumi di suatu sudut bumi mengguncang, maka dapat dipastikan hampir seluruh alarm seismometer di penjuru bumi akan bedering dan menghitung besaran skalanya untuk kemudian dikirimkan menjadi laporan peringatan dini bencana. Terkadang, perhitungan skala gempa bumi ini akan berbeda satu sama lain. Tak bisa dipastikan akurasinya seketika. Namun sejarah berhasil mencatat bahwa gempa bumi terdahsyat yang pernah mengguncang bumi berada dalam skala maksimum 9 skala richter. Berikut fakta tentang 5 bencana gempabumi terbesar yang pernah tercatat oleh seismograf.

Prince William Sound, Alaska, 28 Maret 1964 (9.2 skala richter)
Gempa kedua terbesar setelah gempa Chile, hanya berpaut 4 tahun dari gempa di Valdivia Chile. Patahan terjadi di atas Alaska, hingga ke beberapa lokasi di sekitar Kanada. Kerusakan terparah melanda kota Anchorage, 120 km barat laut dari episentrum gempa. Namun karena populasi Alaska tak seberapa padat, maka gempa dahsyat ini “hanya” membunuh 128 jiwa dan mengakibatkan kerugian US$ 311 juta.

Sumatera, Indonesia, 26 Desember 2004 (9.1 skala richter)
Berdasar pada total kerusakan dan catatan korban jiwa, bencana alam gempa bumi ketiga terbesar sepanjang sejarah ini menjadi gempa bumi paling mematikan. Berkekuatan 9.1 skala richter, gempa 26 Desember yang mengguncang Samudera Hindia dan sekitarnya ini membunuh total 227.900 jiwa. Menelantarkan 1.7 juta jiwa di lebih dari 14 negara di Asia tenggara dan Timur Afrika. Episentrumnya berada di 250 km sebelah tenggara Banda Aceh.

Sendai, Jepang, 11Maret 2011 (9.0 skala richter)
Empat tahun lalu, seismograf di belahan penjuru bumi mencatatkan gempa Sendai, Jepang sebagai bencana alam gempa bumi terbesar ke-4 sepanjang sejarah, dan terbesar pertama sepanjang sejarah kebencanaan Jepang. Menewaskan lebih dari 10 ribu jiwa di sepanjang pantai timur Jepang. Dampak ekonomis yang harus ditanggung oleh Jepang begitu masif, merusak ribuan infrastruktur dan mematikan reaktor nuklir Fukushima.

Kamchatka, Russia, 4 November 1952 (9.0 skala richter)
Bencana alam gempa bumi yang mengguncang sisi timur dari Russia ini merupakan gempa bumi pertama dengan skala di atas 9.0 skala richter yang berhasil tercatat oleh seismograf. Memicu gelombang tsunami setinggi 9 meter di seputar pesisir Samudera Pasifik. Kerugian harta benda dan kerusakan infrastruktur mencapai US$ 1.000.000. Namun anehnya, tak ada laporan catatan yang menunjukkan korban jiwa.

Valdivia, Chile. 22 Mei 1960 (9.5 skala richter)

Sembilan koma lima skala richter merupakan angka terbesar yang pernah terekam oleh seismograf. Gempa chile ini merupakan catatan rekor terbesar yang pernah mengguncang bumi. Zona patahan akibat gempa super ini melintang sejauh 1000 km. Mengakibatkan tsunami setinggi 25 meter hingga ke Hawaii, Jepang, bahkan Filipina. Dua hari usai bencana alam gempa bumi dahsyat Chile, gunung berapi Puyehue dekat lokasi episentrum tiba-tiba aktif dan mengeluarkan awan panas setinggi lebih dari 6 km ke atmosfer.
 (IJL)
Sumber

Dalam Sejarah Gempa Bumi Terbesar

19.13 Add Comment


Great Chilean Earthquake atau 1960 Valdivia Earthquake merupakan guncangan terbesar yang terjadi akibat tumbukan atau subduksi kulit bumi yang pernah tercatat oleh sejarah modern. Bencana alam gempa bumi yang menggoyang Chile menjelang sore hari (19.11 GMT / 15.11 local time) di hari itu berlangsung selama tak lebih dari 10 menit. Episentrum gempanya berada di dekat wilayah Lumaco, kurang lebih 570 kilometer (350 miles) selatan Santiago, ibukota negara Chile. Akibat gempa hebat tersebut, 25 meter gelombang tsunami menghempas pesisir barat Chile, dan menggulung setinggi 10 meter melintasi Samudera Pasifik hingga ke Hawai, Jepang dan Filipina sejauh 10 ribu kilometer dari episentrum.
Namun, karena populasi penduduk pesisir pantai Chile kala itu yang takterlalu padat, total korban akibat gempa super dahsyat tersebut tak sampai 1/10 dari total korban jiwa yang terenggut oleh bencana gempa dan tsunami Sumatera, Aceh 2004. Catatan sejarah menunjukkan “hanya” 6000 jiwa tewas di Valdivia dari total korban bencana alam gempa bumi Sumatera, Aceh 2004yang mencapai 200 ribu korban jiwa.
Pasca gempa super Valdivia, 40% bangunan rumah hancur lebur, meninggalkan 20 ribu tuna wisma. Infrastruktur jalan raya menjadi bagian yang terkena dampak paling parah karena perubahan struktur tanah secara tiba-tiba, memicu bencana alam tanah longsor.
Gempa Valdivia termasuk dalam kategori megathrust earthquake. 9.5 skala richter yang tercatat merupakan akibat dari subduksi hebat lempeng Nazca dan lempeng Amerika Selatan yang berada dalam Palung Peru-Chile. Struktur zona subduksi di wilayah tersebut memang diketahui memiliki peluang besar untuk menghasilkan gempa dahsyat. Kala itu, bencana alam gempa bumi yang menggoyang Valdivia merupakan hasil dari energi yang terlepas akibat patahan kulit bumi sepanjang lebih dari 800 kilometer.
Dalam satu dekade terakhir, dua gempa bumi dahsyat: Gempa bumi Aceh 2004 (9.1 skala richter) dan gempa bumi Sendai 2011 (9.0 skala richter) menjadi catatan buruk dalam peradaban kebencanaan. Namun dua bencana alam gempa bumi dahsyat itu bukanlah yang terkuat dalam catatan sejarah. Adalah gempa bumi yang mengguncang Valdivia, Chile pada 1960 yang menjadi gempa terbesar berdasar magnitudo dalam skala richter. 22 Mei 1960 menjadi sejarah kelam bagi warga kota Valdivia, Chile, kala itu 9.5 skala richter guncangan gempa super dahsyat melululantakkan kota hanya dalam hitungan menit. Memicu tsunami di Samudera Pasifik setinggi lebih dari 25 meter.
Pada 2010 lalu, lempeng Nazca dan lempeng Amerika Selatan kembali melepaskan energi supernya akibat subduksi yang tak pernah berhenti. 27 Februari 2010, pukul 03.34 waktu lokal, 8.8 skala richter guncangan gempa tercatat kembali dengan episentrum sedalam 35 kilometer dari permukaan laut, tak jauh dari bekas patahan gempa bumi Valdivia 1960.
Melihat ke belakang, menilik sejarah kebencanaan, adalah cara terbaik untuk merefleksikan cara pencegahan dan memikirkan solusi serta mitigasi terbaik dalam rangka mengurangi risiko buruk bencana. Berangkat dari pemikiran tersebut, berikut adalah fakta seputar bencana alam gempa bumi terbesar yang pernah tercatat oleh sejarah modern. (IJL)
Sumber

Tsunami Sendai 2011

19.10 Add Comment

Berdasar pencatatan, episentrum gempa merupakan lokasi subduksi antara Lempeng Pasifik yang menghimpit Lempeng Amerika Utara. Titik episentrum ini berjarak hanya 130 kilometer (80 miles) dari Sendai, Perfektur Miyagi, atau 373 kilometer dari ibukota Jepang, Tokyo.

Akibat dari subduksi lempeng yang terjadi secara bertahap sejak dua hari sebelum puncak gempa ini, retakan lempeng memiliki pola patahan lurus sepanjang kira-kira 480 kilometer, memanjang dari lepas pantai Perfektur Iwate hingga Ibaraki. Akibat dari patahan inilah, terjadi perubahan drastis di bentuk dan pola dasar laut yang mengakibatkan perubahan volume air secara tiba-tiba, air laut berubah menjadi gelombang dahsyat berwujud bencana alam tsunami yang menghempas pantai Pasifik Jepang. Tinggi maksimal gelombang tsunami yang menghantam seluruh pantai pasifik diperkirakan mencapai 10 meter (33 ft)

Belum genap satu dekade usai tsunami Aceh 2004 meluluhlantakkan sebagian wilayah pesisir Samudera Hindia, dunia kembali dikejutkan oleh peristiwa gempa dahsyat yang berujung pada tsunami. Hari itu, Jumat 11 Maret 2011, pukul 05:46 UTC atau pukul 14.46 waktu setempat, sebelah barat Samudera Pasifik, 130 kilometer timur Sendai, wilayah lepas pantai Semenanjung Oshika, sebelah timur laut Tohoku (Honshu) terguncang hebat oleh pergerakan drastis yang terjadi di titik Palung Jepang. Guncangan dahsyat di pulau utama Jepang ini memiliki magnitudo sebesar 9.0 atau 9.1 dalam skala richter. Dengan skala guncangan gempa di atas 9.0 menjadikan kejadian kelabu di Jumat sore ini menjadi catatan bencana gempa terbesar yang pernah mengguncang Jepang, bahkan terbesar dalam 1.200 tahun terakhir.

Walau selama ini fakta membuktikan bahwa penduduk Jepang telah sekian lama akrab dan berada dalam kondisi mitigasi terbaik ketika bencana melanda, namun tetap saja dampak kerusakan akibat kekuatan destruktif bencana alam tsunami Sendai demikian luar biasa. Perfektur Miyagi menjadi wilayah yang mengalami dampak terburuk. 10.800 orang penduduk Sendai meregang nyawa dan lenyap tersapu gelombang tsunami Samudera Pasifik, 4.100 lainnya mengalami luka-luka. Kerusakan infrastruktur pun tak bisa dianggap remeh, Jepang dengan kemajuan infrastrukturnya harus menanggung kerugian luar biasa akibat rusaknya jalur jalan dan lintasan kereta api super cepat, hancurnya puluhan ribu tempat tinggal, hingga yang masih menjadi masalah sampai detik ini, yaitu bencana kebocoran pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima akibat kerasnya hempasan tsunami. Kota Fukushimahingga detik ini masih berada dalam ancaman bahaya radiasi nuklir yang bocor akibat tsunami 4 tahun lalu.

Kala itu, gempa Sendai seketika memicu peringatan dini bencana alam tsunami di sepanjang Samudera Pasifik. Kecepatan gelombang mencapai angka 800 km/jam! Menghasilkan tsunami bahkan hingga setinggi 3.6 meter di lepas pantai Kauai dan Hawaii.

Gelombang dahsyat tsunami ini mengakibatkan kerusakan fatal di sebagian besar wilayah Sendai, Perfektur Miyagi dan wilayah timur Jepang lain. Data terakhir yang dirilis pemerintah Jepang, tsunami Sendai telah melenyapkan 19.300 nyawa penduduk Jepang. Tak hanya itu, dikonfirmasi bahwa dua kereta penumpang dengan jumlah penumpang ratusan orang lenyap dan menghilang usai tsunami menghempas Sendai. [IJL]
sumber

Tsunami Aceh 2004 dan Kenangannya

19.00 Add Comment

Pagi itu, Jumat 26 Desember 2004. Tanpa prediksi dan peringatan apa-apa, Indonesia dan sebagian besar wilayah Asia Tenggara dikejutkan oleh guncangan maha dahsyat dari bawah kulit bumi. Menjelang pukul 00.58 UTC atau 07.58 WIB, dua lempeng besar yang berada di bawah kulit bum, lempeng Hindia dan lempeng Burma saling bergerak, berhimpit satu sama lain, dan akhirnya mengguncangkan wilayah terdampak di Samudera Hindia dengan kekuatan sekira 9.1 Skala Richter. Gempa dahsyat yang kemudian membawa pembunuh susulan beruwuju bencana alam Tsunami atau gelombang air bah dengan tinggi puncak mencapai 30 meter (98 feet).
Tercatat lebih dari 230.000 nyawa tewas tersapu tsunami di 14 negara terdampak. Indonesia menjadi satu dari lima negara Asia yang mengalami kerusakan dan korban jiwa paling besar, diikuti oleh Sri Lanka, India, dan Thailand. Di indonesia sendiri, Tsunami 2004 telah merenggut nyawa sekitar 165.708 jiwa yang mayoritas merupakan warga Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Berdasar catatan dan penelitian usai terjadinya tsunami Aceh 2004, gelombang maha dahsyat setinggi puluhan meter itu butuh waktu setidaknya 15 menit-7 jam untuk mencapai dan menghempas wilayah terdampak. 15 menit adalah catatan waktu bencana alam tsunami untuk menenggelamkan dan menghancurkan pesisir Pulau Sumatera. Lalu 90 menit hingga 2 jam kemudian, tsunami menerjang Thailand, Sri Lanka dan India di bagian sisi barat.
Bahkan menurut catatan yag dihimpun, gelombang tsunami mencapai Struisbaai di Afrika Selatan.8500 km dari pusat episentrum gempa di Simeulue. 16 jam setelah bencana alam gempa dengan tinggi 1.5 meter.
Berdasar penelitian terdahulu, bencana alam tsunami Aceh 2004 disebabkan oleh gempa ketiga terdahsyat yang pernah tercatat. Dengan kekuatan 9.2 Skala Richter, gempa yang menyebabkan bencana alam tsunami Aceh 2004 berpusat di antara Simeulue dan Pulau Sumatera. Tepatnya di 160 km di radial 330 derajat dari Pulau Simeulue. Kedalaman gempa berada pada jarak 30 km (19 mi) di bawah permukaan laut. Durasi gempa merupakan yang terlama sepanjang sejarah, kala itu bumi bergetar hebat selama kurang lebih 8.3 sampai 10 menit. Usai gempa berhenti, air laut pun surut dari garis pantai di sejumlah negara bagian terdampak gempa, lalu seketika muncul bencana alam tsunami yang menghempas pesisir pantai Indonesia, Bangladesh, India, Malaysia, Myanmar, Thailand, Singapura, dan Maladewa.
Tubrukan lempeng yang mengakibatkan patahan kulit bumi sepanjang 1600 kilometer dan bergeser sekitar 15 meter menghasilkan perubahan dasar laut yang mendadak dan memindahkan air laut dalam volume yang amat besar ke dalam rongga hasil tubrukan. Inilah yang mengakibatkan air laut sempat surut bermeter-meter dari garis pantai sebelum energinya terlepas dan bergulung kembali ke pesisir dengan kekuatan dan kecepatan yang amat dahsyat. Di laut dalam, gelombang bencana alam tsunami tak memiliki kekuatan yang besar, namun kecepatannya berakumulasi mencapai lebih dari 500-1000 km/jam! Hingga mencapai laut dangkal kecepatannya pun perlahan berkurang, namun kekuatan dan ketinggiannya bertambah secara drastis. Para peneliti bencana alam tsunami Aceh 2004 menyimpulkan bahwa rata-rata ketinggian air bah yang menghempas Aceh kala itu setinggi 24-30 meter ketika menyapu daratan!
Tsunami Society menyimpulkan bahwa total energi gelombang bencana alam tsunami Aceh 2004 setara dengan lima megatin TNT. Jumlah yang setara dengan dua kali lipat lebih besar daripada semua energi bahan peledak yang menghancurkan selama Perang Dunia II. (IJL)