Indonesia
secara geografis terletak di antara pertemuan lempeng Australia, India,
Eurasian, filipina, dan lempeng pasifik. Lempeng yang mengelilingi
Indonesia ini bergerak konstan secara bertahap setiap tahunnya. Ketika
terjadi subduksi atau patahan maka lempeng ini akan melepaskan energi
besar ke atas. Energi dahsyat inilah yang akan menimbulkan gempa bumi.
Semakin dangkal episentrum subduksi lempeng, maka akan semakin dahsyat
risikonya. Seperti yang terjadi pada bencana gempa bumi super 9.1 skala
richter yang mengguncang Aceh, Sumatera 2004 silam, gempa tersebut
terjadi akibat proses subduksi alamiah lempeng India dan lempeng Eurasia
di kedalaman 30km timur laut Pulau Simelue.
Bicara tentang bencana alam gempa bumi, hampir bisa dipastikan sebagian besar komunitas masyarakat manapun di muka bumi kenal dan tahu bagaimana rupa dan dampak yang disebabkan gempa bumi. Namun pertanyaan kemudian berbalik menjadi, apakah penyebab dan alasan terjadinya gempa bumi?
Lindu, seismo, atau jamak dikenal sebagai gempa bumi pada dasarnya kondisi bergetarnya permukaan bumi secara tiba-tiba sebagai akibat gelombang seismik terhadap lapisan-lapisan batuan (litosfer). Berdasar sumber penyebabnya, bencana alam gempa bumi terjadi akibat:
- Gempa bumi vulkanik: terjadi karena aktivitas gunung api
- Gempa runtuhan: terjadi akibat longsoran atau runtuhan dinding goa
- Gempa tektonik: getaran hebat yang terjadi karena pergeseran lempeng bumi
Lempeng tektonik atau lempeng litosfer terpisah menjadi 7 bagian mayor dan 8 bagian minor. Lempeng terbesar adalah lempeng Antartic, Eurasian, dan lempeng North American. Ketebalan rata-rata tiap lempeng tektonik ini berada dalam kisaran 125 km. Mencapai ketebalan maksimum persis dibawah rangkaian gunung. Lempeng oceanic atau lempeng yang berada di lautan lebih tipis (50-100 km) dibanding dengan lempeng continental (lebih dari 200 km). Beberapa lempeng cukup besar untuk menampung lapisan kerak oceanic dan continental sekaligus (contoh lempeng African dan lempeng South AmericanI)
Karena bentuk bumi yang membulat, tiap lapisan lempeng bumi ini patah atau retak pada beberapa garis batasnya. Lempeng ini pun bersifat bergerak konstan, bertemu, dan menabrak satu sama lain. Pada pertemuan lempeng inilah kemudian selama jutaan tahun muncul gunung dan aktivitas vulkanik di dalamnya. Memberikan ancaman bencana alam gunung meletus.
Pada pertemuan dua lempeng ini pula atau yang akrab disebut sebagai plate boundaryberhubungan langsung dengan fenomena bencana alam gempa bumi. Topografi muka bumi pun terbentuk oleh garis-garis lempeng ini. Jejeran gunung, gunung berapi, punggung bukit, palung laut, dan deretan gunung berapi sepanjang garis batas lempeng pasifik yang membentuk Ring o Fire. (ijl)
Sumber
0 Komentar