Tetap teringat sekian banyak kala dulu satu buah informasi berkaitan meninggalnya puluhan balita dengan cara misterius di desa terpencil lebih kurang Pegunungan Tengah Papua? Informasi yg sekali lagi menyentak nurani publik itu makin menyadari adanya ketimpangan infrastruktur & ketimpangan kehidupan warga yg serius antara pedalaman Papua di bandingkan bersama Kota-kota lain di Indonesia.
Kematian puluhan balita di Distrik Mbua, Kab Nduga, Papua itu setidaknya dapat jadi gambaran ironis bahwa negara ini belum merdeka sepenuhnya. Belum merdeka dari ketidakadilan hidup antara Beliau yg tinggal dekat dgn Ibukota, & Dirinya yg terpisah jarak ribuan km dari Ibukota Jakarta.
Tempo Hari, di minggu ke-3 Desember 2015, Tim dari Kementerian Kesehatan sukses mengidentifikasi apa penyebab dari kematian puluhan balita di Distrik Nduga Papua. Pada Awal Mulanya, Tim Kementerian Kesehatan telah datang serta-merta ke tempat & coba membawa sample penduduk utk setelah itu diuji di laboratorium. Akhirnya pass mencengangkan. Berikut paparan lengkapnya;
Hasil dari penelitan KEMENKES mengungkapkan penyebab dari kematian puluhan balita di Distrik Nduga yg berlangsung sewaktu rentang diwaktu 2014-2015. Dilansir dari page Kompas, tim menyimpulkan bahwa ada dua macam kuman yg mewabah & selanjutnya menjangkiti puluhan balita & anak-anak di daerah tersebut. Akibat dari serangan kuman mematikan ini, catatan terakhir menunjukkan ada 41 balita yg wafat lantaran menderita penyakit misterius.
Hasil dari uji sample di laboratorium Kementerian Kesehatan & Dinas Biologi Molekuler Eijkman menyebut positif ada dua tipe kuman yg mewabah, yaitu Pneumococcus & Japanese Encephalitis. Pneumococcus ialah nama yg lebih pendek dari Streptococcus Pneumonia & tergolong bakteri Dua macam kuman penyakit ini kepada umum benar-benar jamak terdeteksi di wilayah Indonesia & paling berisiko bagi anak-anak, apalagi balita.
Ke-2 bakteri itu menyerang khas anak-anak yg masihlah rentan system kekebalan tubuhnya. Masuk & menyerang di saluran pernapasan .
Bakteri atau kuman Streptococcus pneumonia masuk ke dalam badan & menyerang badan mungil balita bersama menjadikan keadaan radang paru-paru pun kesukaran pendengaran. Infeksi serta dapat berjalan di bidang saluran pernapasan lain seperti sinus (rongga mungil di belakang tulang pipi & dahi). Gejalanya dengan cara umum akan diidentifikasi berupa sakit tenggorokan, muntah, demam, & kejang-kejang. Bahkan jikalau telah menyerang paru-paru, mampu menyebabkan kematian.
Sedangkan buat bakteri Japanese encephalitis yakni tipe virus yg rata-rata menular dari hewan ke manusia. Kebanyakan, virus ini ditemukan kepada hewan babi & unggas liar yg memang lah tidak sedikit terdapat di Papua. Ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Jikalau virus menyerang jaringan saraf, angka kematiannya sanggup 60 %. Gejala paling umum yaitu demam tinggi.
Hadirnya dua virus atau kuman dalam contoh di penduduk Distrik Nduga itu diprediksi akibat dari kurangnya kepedulian penduduk di Distrik itu utk menjaga kebersihan & mencegah nyamuk berkembang biak. Lebih-lebih warga ori Papua memelihara babi sbg hewan peliharaan. Kebersihan kandang babi amat sering tidak sempat diperhatikan.(cal)
img : tempo
0 Komentar