Menjelang akhir thn 2015, periode hujan kelihatan makin deras membasahi tanah Indonesia. Hujan mulai sejak semakin merata dgn intensitas yg tetap bertambah. Hujan deras yg membasahi dgn rentang ketika yg lama yaitu ujian nyata bagi upaya pencegahan bencana banjir di sebuah Kota. Kenyataannya memang lah begitu, peningkatan curah hujan di Indonesia jadi ujian terberat saat air meluap dari sungai & hasilnya menyebabkan banjir. Seperti proses terjadinya banjir yg teratur menyapa masyarakat Jakarta tiap-tiap tahunnya. Tentu bermula dari meluapnya ajaran sungai, dikarenakan tubuh sungai tidak bisa lagi menampung derasnya air limpahan dari hulu.
Lantas adakah solusi buat mencegah bencana banjir terulang kembali?
Satu Buah solusi baru penecegahan banjir dirilis oleh Lembaga Permukiman & Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta. Pencegahan banjir dilakukan bersama menerapkan technologi baru pengelola falsafah sungai. Seperti yg dikutip dari kantor kabar Antara, tehnologi pencegahan banjir ini disebut “alat pemanen hujan”. Sampai tulisan ini diturunkan, sarana pemanen hujan baru di aplikasikan di tujuh hunian masyarakat, dari keseluruhan target pemasangan 10 hunian di akhir thn 2015 ini.
Dulu, bagaimanakah trik kerja sarana pemanen hujan ini? dijelaskan oleh Hendra Tantular, selaku Kepala Bagian Permukiman & Saluran Air Limbah Lembaga Permukiman & Prasana Wilayah Kota Yogyakarta, fasilitas pemanen hujan ini dapat berfungsi mengurangi debit air ajaran hujan yg masuk ke sungai. Maka sungai tidak meluap & tidak menyebabkan banjir.
Menjadi media pemanen hujan ini mesti ditempatkan sedekat kemungkinan bersama wilayah sepanjang bantaran sungai. Buat sementara, baru di Yogyakarta fasilitas ini dimanfaatkan. Di bantaran Sungai Code & Winongo masing-masing bakal dipasang tiga media & sisanya dipasang di bantaran Sungai Gajah Wong.
Media ini dapat berfungsi mestinya waduk penampung air. Menjadi disaat hujan turun bersama deras, sarana penampung hujan ini dapat menampung limpahan air hujan lewat talang air yg telah terpasang. Seterusnya air yg tertampung dapat diolah bersama system tertentu guna menyaring beraneka polutan yg terlarut di dalamnya sebelum diperlukan. Maka airnya mampu dibilang higienis & dimanfaatkan semestinya air sumur. Bahkan ada semacam bola seperti bola pingpong yg dipasang di media pemanen air hujan maka air hujan yg mula-mula kali turun dapat dikeluarkan & digantikan bersama air hujan berikutnya. Air hujan yg perdana kali turun rata-rata tetap mengandung tidak sedikit kotoran & tidak sehat utk dipakai.
Selanjutnya sesudah lewat beraneka proses sterilisasi air hujan, air hujan ini bakal dialirkan menuju ruangan penampungan. Kapasitasnya dapat mencapai 2.000 liter air.
Nah nantinya, terkecuali berfungsi mengurangi debit air sungai disaat hujan deras, sarana pemanen hujan ini mampu diperlukan masyarakat buat memenuhi kepentingan air bersih harian. Lebih-lebih di disaat sumur sedang kering & kumuh. Dilansir dari page Antaranews, Lembaga Permukiman & Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta menganggarkan dana kira kira Rp190 juta utk pemasangan peralatan pemanen hujan tersebut. (cal)
0 Komentar