Lebih dari 6 pekan, jutaan masyarakat Palangkaraya mesti merasakan pedih & sesaknya hidup ditengah kepungan kabut asap. Kaliamntan Tengah divonis oleh Tubuh asional Penanggulangan Bencana yang merupakan kota terdampak sangat buruk bencana kabut asap th 2015 ini. Sekian Banyak kali rekor indeks standar pencemaran hawa ter buruk terekam di Palangkaraya. Kalau batas paling berbahaya dari pencemaran hawa ada di level 500, mutu hawa Palangkaraya telah berada 4 kali lipat lebih berbahaya, tiap harinya umumnya angka pencemaran hawa di Kota ini lantaran kabut asap mampu mencapai level 1.000 sampai 2.000.
Mengingat resiko yg makin parah tersebut, Perbuatan Langsung Tanggap bergerak segera mengusahakan pencegahan efek penyakit ISPA berkembang kian parah.
Jumlahnya 206 orang masyarakat Kelurahan Marang, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangkaraya memeriksakan kesukaran pernafasan yg dialaminya di Posko Layanan Kesehatan Tindakan Serentak Tanggap (ACT).
Layanan Kesehatan terjadi di hri libur th baru 1 Muharram, Rabu (14/10). Sontak gerakan ini disambut penduduk bersama rasa syukur sebab bencana kabut asap di Kalimantan Tengah, khususnya Palangkaraya telah amat sangat parah menggerogoti kesehatan mereka & mengganggu kehidupan.
Berry pasti(50) Lurah Marang menyebutkan sebahagian agung warganya menggunakan pengobatan cuma-cuma ini bersama antusias.
“Tadi ada 150 masyarakat dewasa & 56 anak-anak berobat disini,Alhamdulillah hasilnya masyarakat kami mendapat layanan kesehatan cuma-cuma dari ACT,” tutur Berry Tentu sesaat sesudah prosesi layanan kesehatan usai.
Berry pun mengakui, pengobatan free ini baru mula-mula kali diadakan di kelurahannya, padahal telah dua bln lebih warganya terganggu kabut asap.”Terimakasih ACT, penduduk kami teramat antusias & gemar,” imbuhnya.
Sebelum program pengobatan di sejak mulai tim medis ACT apalagi dulu mensosialisasikan tips-tips mengurangi dampak kabut asap bagi kesehatan juga memperagakan macam mana memanfaatkan masker N95 yg benar.
Dr.Probo Wuryanto (38) anggota Tim Medis ACT menyampaikan diwaktu ini mayoritas masyarakat Kalteng tak saja mengalami sakit ISPA, diare & iritasi mata, tetapi sanggup terkena penyakit-penyakit baru di setelah itu hri kalau terus-terusan menghirup kabut asap.
“Penyakit-penyakit baru bakal muncul dalam rentang ketika 5 sampai 10 th akan datang yg disebabkan efek racun & bakteri yg terkandung dalam kabut asap, kalau tak serta-merta diatasi sehingga keadaan kesehatan penduduk Kalteng 10 thn akan datang bakal amat sangat memprihatinkan, terlebih efek serentak yg mesti dirasakan oleh generasi muda”ujarnya.
Sementara itu Ketua Kordinator MRI Kalteng Hri Mukti (28) menyebutkan timnya dengan tenaga medis dari ACT tetap dapat lakukan layanan kesehatan utk masyarakat Palangkaraya.”Personel medis & stock obat-obatan kami tetap lebih dari lumayan, besok dapat kami teruskan,” ujarnya.
Tidak Hanya menurunkan tim Medis ACT & MRI serta menurunkan tim pemadam kebakaran hutan yg diterjunkan di Desa Tumbang Nusa, Kab Pulau Pisau.”Secara paralel tim kami bergerak langsung, baik itu medis, pemadam maupun tim relief,” pungkas Hri Mukti
(act.id) Selain menurunkan tim Medis ACT dan MRI juga menurunkan tim pemadam kebakaran hutan yang diterjunkan di Desa Tumbang Nusa, Kabupaten Pulau Pisau.”Secara paralel tim kami bergerak serentak, baik itu medis, pemadam ataupun tim relief,” pungkas Hari Mukti
Mengingat resiko yg makin parah tersebut, Perbuatan Langsung Tanggap bergerak segera mengusahakan pencegahan efek penyakit ISPA berkembang kian parah.
Jumlahnya 206 orang masyarakat Kelurahan Marang, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangkaraya memeriksakan kesukaran pernafasan yg dialaminya di Posko Layanan Kesehatan Tindakan Serentak Tanggap (ACT).
Layanan Kesehatan terjadi di hri libur th baru 1 Muharram, Rabu (14/10). Sontak gerakan ini disambut penduduk bersama rasa syukur sebab bencana kabut asap di Kalimantan Tengah, khususnya Palangkaraya telah amat sangat parah menggerogoti kesehatan mereka & mengganggu kehidupan.
Berry pasti(50) Lurah Marang menyebutkan sebahagian agung warganya menggunakan pengobatan cuma-cuma ini bersama antusias.
“Tadi ada 150 masyarakat dewasa & 56 anak-anak berobat disini,Alhamdulillah hasilnya masyarakat kami mendapat layanan kesehatan cuma-cuma dari ACT,” tutur Berry Tentu sesaat sesudah prosesi layanan kesehatan usai.
Berry pun mengakui, pengobatan free ini baru mula-mula kali diadakan di kelurahannya, padahal telah dua bln lebih warganya terganggu kabut asap.”Terimakasih ACT, penduduk kami teramat antusias & gemar,” imbuhnya.
Sebelum program pengobatan di sejak mulai tim medis ACT apalagi dulu mensosialisasikan tips-tips mengurangi dampak kabut asap bagi kesehatan juga memperagakan macam mana memanfaatkan masker N95 yg benar.
Dr.Probo Wuryanto (38) anggota Tim Medis ACT menyampaikan diwaktu ini mayoritas masyarakat Kalteng tak saja mengalami sakit ISPA, diare & iritasi mata, tetapi sanggup terkena penyakit-penyakit baru di setelah itu hri kalau terus-terusan menghirup kabut asap.
“Penyakit-penyakit baru bakal muncul dalam rentang ketika 5 sampai 10 th akan datang yg disebabkan efek racun & bakteri yg terkandung dalam kabut asap, kalau tak serta-merta diatasi sehingga keadaan kesehatan penduduk Kalteng 10 thn akan datang bakal amat sangat memprihatinkan, terlebih efek serentak yg mesti dirasakan oleh generasi muda”ujarnya.
Sementara itu Ketua Kordinator MRI Kalteng Hri Mukti (28) menyebutkan timnya dengan tenaga medis dari ACT tetap dapat lakukan layanan kesehatan utk masyarakat Palangkaraya.”Personel medis & stock obat-obatan kami tetap lebih dari lumayan, besok dapat kami teruskan,” ujarnya.
Tidak Hanya menurunkan tim Medis ACT & MRI serta menurunkan tim pemadam kebakaran hutan yg diterjunkan di Desa Tumbang Nusa, Kab Pulau Pisau.”Secara paralel tim kami bergerak langsung, baik itu medis, pemadam maupun tim relief,” pungkas Hri Mukti
(act.id) Selain menurunkan tim Medis ACT dan MRI juga menurunkan tim pemadam kebakaran hutan yang diterjunkan di Desa Tumbang Nusa, Kabupaten Pulau Pisau.”Secara paralel tim kami bergerak serentak, baik itu medis, pemadam ataupun tim relief,” pungkas Hari Mukti
(act.id)
0 Komentar