Derita penduduk dihantam pekatnya kabut asap bukannya mereda malah semakin parah. Sepertinya isu menyangkut krisis kabut asap di akhir thn 2015 ini bakal jadi catatan bencana jelek yg menimpa negara ini. Mirisnya, krisis kabut asap ini jikalau ditelusuri dari hulu ke hilir yaitu akibat dari ulah warga sendiri yg malas menjaga & merawat hutan. Entah warga sipil, maupun perusahaan pemegang hak atas guna lahan hutan & gambut.
Padahal kebakaran hutan & lahan yg berujung kepada pekatnya kabut asap merupakan krisis tahunan yg senantiasa berjalan tidak mengenal usai. Tiap-tiap memasuki periode kemarau, tentu bara api pemicu kebakaran hutan dapat membara tidak dengan henti. Hilangnya potensi awan hujan & keringnya dahan & lahan akibat kemarau panjang semakin menambah parah keadaannya.
Tidak ada kata lain, melindungi seluruhnya lahan gambut & hutan di lokasi rawan terbakar merupakan solusi jangka panjang yg dapat kita laksanakan buat menghentkan kebakaan hutan. Menghindari bencana kabut asap yg menampar keadaan kesehatan penduduk & lingkungan di musim depan.
Lantas siapa sesungguhnya pihak yg mesti disalahkan atas krisis kabut asap ini? dikutip dari lansiran data Greenpeace Indonesia, sedikitnya ada sekian banyak pihak yg sanggup disalahkan atas krisis asap, berikut penjelasannya.
Tebalnya kabut asap di ribuan tempat titik api yakni kegagalan pemerintah
Pekatnya kabut asap mengepung Pekanbaru & Palangkaraya di level yg teramat berbahaya ini merupakan tamparan keras bagi pemerintah. Bukti dari betapa parahnya kegagalan pemerintah dalam memenuhi komitmennya utk mengakhiri kerusakan hutan & lahan gambut. Menurut catatan Greenpeace, 40% titik kebakaran hutan di Indonesia berjalan di atas lahan gambut. Padahal seandainya lahan gambut dibiarkan keadaan alaminya yg tergenang air, sehingga lahan gambut dapat jarang sekali berpotensi terbakar. Tetapi semakin parahnya kerusakan lahan gambut oleh perusahaan di bidang perkebunan sudah menciptakan wilayah hutan Indonesia di Sumatera & Kalimantan bagaikan tungku api raksasa. Kabut asapnya membubung tinggi, sampai ke Singapura, Malaysia bahkan Thailand.
Tersangka perkebunan yakni pelaku pengrusakan lahan gambut pemicu kabut asap
Pihak ke-2 yg dapat disalahkan atas krisis asap ini tidak lain ialah perusahaan perkebunan. Kebakaran hutan & lahan gambut tahunan di Indonesia yakni krisis yg betul-betul ditimbulkan oleh manusia. Greenpeace miliki bukti kuat bahwa perusahaan perkebunan di lahan konsesi Sumatera & Kalimantan tetap menambahkan ekspansi kebun sawit & kebun penghasil bubur kertas tidak dengan meperdulikan bahaya & resiko dari kabut asap yg ditimbulkannya. Meski telah ada komitmen dari para tersangka & pembuat agung komoditas kelapa sawit & pulp di Indonesia buat menghentikan degradasi lahan gambut & menghentikan pembakaran lahan, tapi nyata-nyatanya di th ini pembakaran lahan pula kabut asap yg amat sangat amat sangat parah masihlah berjalan, menghilangkan hak penduduk atas hawa yg bersih & kesehatan yg terjamin. (cal)
img : kompas
Padahal kebakaran hutan & lahan yg berujung kepada pekatnya kabut asap merupakan krisis tahunan yg senantiasa berjalan tidak mengenal usai. Tiap-tiap memasuki periode kemarau, tentu bara api pemicu kebakaran hutan dapat membara tidak dengan henti. Hilangnya potensi awan hujan & keringnya dahan & lahan akibat kemarau panjang semakin menambah parah keadaannya.
Tidak ada kata lain, melindungi seluruhnya lahan gambut & hutan di lokasi rawan terbakar merupakan solusi jangka panjang yg dapat kita laksanakan buat menghentkan kebakaan hutan. Menghindari bencana kabut asap yg menampar keadaan kesehatan penduduk & lingkungan di musim depan.
Lantas siapa sesungguhnya pihak yg mesti disalahkan atas krisis kabut asap ini? dikutip dari lansiran data Greenpeace Indonesia, sedikitnya ada sekian banyak pihak yg sanggup disalahkan atas krisis asap, berikut penjelasannya.
Tebalnya kabut asap di ribuan tempat titik api yakni kegagalan pemerintah
Pekatnya kabut asap mengepung Pekanbaru & Palangkaraya di level yg teramat berbahaya ini merupakan tamparan keras bagi pemerintah. Bukti dari betapa parahnya kegagalan pemerintah dalam memenuhi komitmennya utk mengakhiri kerusakan hutan & lahan gambut. Menurut catatan Greenpeace, 40% titik kebakaran hutan di Indonesia berjalan di atas lahan gambut. Padahal seandainya lahan gambut dibiarkan keadaan alaminya yg tergenang air, sehingga lahan gambut dapat jarang sekali berpotensi terbakar. Tetapi semakin parahnya kerusakan lahan gambut oleh perusahaan di bidang perkebunan sudah menciptakan wilayah hutan Indonesia di Sumatera & Kalimantan bagaikan tungku api raksasa. Kabut asapnya membubung tinggi, sampai ke Singapura, Malaysia bahkan Thailand.
Tersangka perkebunan yakni pelaku pengrusakan lahan gambut pemicu kabut asap
Pihak ke-2 yg dapat disalahkan atas krisis asap ini tidak lain ialah perusahaan perkebunan. Kebakaran hutan & lahan gambut tahunan di Indonesia yakni krisis yg betul-betul ditimbulkan oleh manusia. Greenpeace miliki bukti kuat bahwa perusahaan perkebunan di lahan konsesi Sumatera & Kalimantan tetap menambahkan ekspansi kebun sawit & kebun penghasil bubur kertas tidak dengan meperdulikan bahaya & resiko dari kabut asap yg ditimbulkannya. Meski telah ada komitmen dari para tersangka & pembuat agung komoditas kelapa sawit & pulp di Indonesia buat menghentikan degradasi lahan gambut & menghentikan pembakaran lahan, tapi nyata-nyatanya di th ini pembakaran lahan pula kabut asap yg amat sangat amat sangat parah masihlah berjalan, menghilangkan hak penduduk atas hawa yg bersih & kesehatan yg terjamin. (cal)
img : kompas
0 Komentar