Kabut asap tetap mengepung, walaupun hujan deras sesekali telah mengguyur, tetapi terus saja beberapa ratus titik api yg menyebar terpisah jarak beberapa ratus hektare antara satu dgn yang lain maenyulitkan operasi pemadaman. Akibatnya kabut asap pula masihlah jadi etika sehari-hari penduduk Sumatera. Terutama wilayah Jambi, Riau, & Palembang. Kerugian di wilayah terdampak asap tidak cuma berimbas kepada anjloknya peluang utk hidup sehat. Tapi pun kerugian ekonomi dari beragam bagian & keran pendapatan. Salah satu penyebab mutlak lumpuhnya ekonomi merupakan sebab matinya kegiatan penerbangan.
Logika keamanan penerbangan yaitu jangan nekat mendaratkan & memberangkatkan pesawat angkutan komersial dalam keadaan jarak pandang yg minim. Normalnya pesawat komersial yg terbang dari bandara-bandara di Indonesia perlu jarak pandang di atas 1.000 m buat jalankan take off & landing. Tetapi kenyataannya, sampai artikel ini diturunkan, keadaan jarak pandang di Riau, Palembang, Jambi & sekitarnya sudah anjlok amat drastis sampai menyisakan cuma kurang lebih 100 m saja jarak pandang.
Berikut yakni 2 kasus kerugian kegiatan penerbangan di Sumatera akibat kabut asap
Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru mengklaim kerugian banyaknya Rupiah. 4 miliar
Bandara miliki peranan utama sbg supporter mutlak laju ekonomi sebuah daerah. Jikalau bandara mati tidak beroperasi dikarenakan ga ada pergerakan pesawat sehingga dampaknya bakal amat agung, apalagi bagi pengelola bandara itu sendiri. Dilansir dari AntaraNews, PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru mengklaim sudah kehilangan pendapatan sampai mencapai lebih dari Rupiah. 4 Miliar sewaktu sekian banyak minggu terakhir akibat matinya bandara Pekanbaru. Lantaran pekatnya kabut asap yg menutupi jarak pandang di Riau, bandara lumpuh sama sekali. Tidak ada satupun pesawat yg mendarat maupun tinggal landas. Akibatnya pengelola bandara Sultan Syarif Kasim II kehilangan pendapatan sama sekali.
Lumpuhnya kegiatan ekonomi & moda transportasi hawa penduduk Riau
Bandara Sultan Syarif Kasim II yaitu bandara satu-satunya yg menghubungkan warga Pekanbaru dgn wilayah lain di Indonesia. Akibat kabut asap, bandara lumpuh keseluruhan. Pengelola bandara tertulis sudah membatalkan 49 dari keseluruhan 70 penerbangan berjadwal yg terbang tiap-tiap harinya dari bandara Pekanbaru ini. Beragam rute domestik & internasional dibatalkan sebab minimnya jarak pandang. Pekatnya kabut asap yg menutupi Pekanbaru telah tidak mampu lagi ditolerir buat laksanakan gerakan penerbangan. Pasalnya jarak pandang terakhir cuma berkisar di angka 100 m. Padahal minimnya seseorang pilot perlu membawa ketentuan yg teramat susah utk berani melandaskan pesawatnya terhadap jarak pandang paling minim diatas 500 m.
Apa efek langsungnya kepada penduduk? tidak hanya penduduk Pekanbaru terisolasi dari angkutan penerbangan, banyak barang kargo menumpuk di gudang bandara dikarenakan tak terangkut. Padahal tidak sedikit dari banyak barang kargo itu merupakan milik pebisnis ekonomi mungil yg menggantungkan bisnisnya dari menjual beli barang bersama pengguna diluar Pekanbaru. Jikalau barang tidak terkirim, sehingga ekonomi pula bakal diam tak bergerak. (cal)
img : beritasatu
0 Komentar