Walau Darurat Kabut Asap Tak Semua Warga Palembang Memakai Masker, Mengapa?

21.15
Asap-Jambi
Kelihatannya belum seluruhnya warga di wilayah terdampak kabut asap menyadari betapa bahayanya kabut asap bagi kesehatan. Padahal kenyataannya, bencana kabut asap yg mengepung Riau, Palembang, Jambi, Palangkaraya sampai Pontianak dgn fokus yg teramat pekat punyai indeks standar pencemaran hawa jauh diatas kadar berbahaya.
Lebih-lebih, Sumatera Selatan menurut data lansiran terkini Badan Nasional Penanggulangan Bencana merupakan Propinsi penyumbang kabut asap terbanyak di Pulau Sumatera. Terakhir, data tertanggal (6/10) dari Tubuh Meteorologi Klimatologi & Geofisika menunjukkan titik panas di Sumatera Selatan ada sebanyak 384 titik. Beberapa Ratus titik api di Sumatera Selatan inilah yg diakui jadi sumber dari petaka kabut asap yg menyelimuti Riau. Telah sejak sebulan dulu kebakaran hutan di Sumatera Selatan sudah meniupkan asapnya sampai ke Riau, Malaysia bahkan Singapura. Padahal titik api di Riau tidak sempat lebih dari 10 titik api.
Di Riau, jarak pandang ikut menurun drastis seiring dgn meningkatnya kadar polutan penyebab ancaman kesehatan. Lantaran kabut asap kiriman dari Sumatera Selatan, jarak pandang di Propinsi Riau turun drastis sampai menyentuh angka puluhan m saja. Padahal normalnya di keadaan tidak dengan kabut asap, jarak pandang minimal ada di angka 1.000 m ke atas.
Buruknya keadaan kabut asap di Riau ini serta berjalan di Sumatera Selatan khususnya wilayah Palembang. Menurut lansiran dari Tubuh Nasional Penanggulangan Bencana yg dilansir dari CNN pada(7/10), kabut asap di Sumatera Selatan termasuk juga Palembang sudah menyebabkan sejumlah 22.855 jiwa warga Propinsi itu terjangkit penyakit akibat kabut asap. Penyakit ISPA yg paling dominan.
Kenapa mampu korban penderita ISPA mencapai angka puluhan ribu jiwa di Sumatera Selatan? Nyatanya berdasarkan pantauan terakhir, tidak seluruh penduduk Palembang memanfaatkan masker utk kabut asap. Padahal datangnya asap di Palembang paling pekat berlangsung di pagi hri kurang lebih pukul 5 pagi sampai 6 pagi. Saat kabut asap paling pekat itu bersamaan bersama dikala dimulainya kegiatan masyarakat.
Dilansir dari CNN, tidak sedikit masyarakat Pelembang yg beraktivitas di luar rumah tidak dengan menggunakan masker. Seseorang penduduk bernama Nazaruddin (53) mengemukakan bahwa beliau tidak memanfaatkan masker sebab masyarakat di sini seperti telah terbiasa bersama keberadaan kabut asap!
Argumen yg sungguh ironis! Masyarakat telah terbiasa dgn kabut asap yakni bukti ketidakhadiran pemerintah & kelalaian pemerintah dalam menjaga kesehatan penduduk. Padahal resiko dari kabut asap mampu sangat-sangat jelek kepada kesehatan. Tidak Sedikit sekali penyakit akibat kabut asap yg bsia menyerang siapapun yak membiarkan fokus pekat karbon sisa kebakaran hutan terhirup masuk ke pernapasan.
Hingga kapan kita berdiam diri kepada derita puluhan ribu saudara terdampak kabut asap di Palembang & sekitarnya?(cal)
Previous
Next Post »
0 Komentar