Sudah hampir empat bulan bencana kekeringan membawa banyak cerita di Indonesia. Paling banyak tentu cerita duka. Antisipasi kekeringan yang tak efektif dan cenderung bersifat jangka pendek hanya menyingkirkan kesedihan sejenak, padahal kemarau tahun ini diprediksi yang terpanjang sejak 10 tahun terakhir.
Kekeringan tahun ini yang begitu kompleks dan tersebar merata hampir di seluruh Indonesia membuktikan posisi pemerintah belum siap dalam menyikapi potensi bencana kekeringan akibat kemarau panjang. Pemerintah hadir hanya sebagai pemberi jalan keluar bersifat jangka pendek. Begitu yang nampak terlihat.
Tak adakah jalan keluar lain yang bisa diusahakan?
Ternyata di antara duka akibat kemarau panjang dan kesulitan air bersih di tahun 2015 ini, masih ada segelintir kelompok yang punya usaha dan cara efektif untuk mulai menjalankan solusi jangka panjang.
Rangkaian cara-cara efektif itu di suarakan oleh Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia yang makin giat mendorong pemerintah untuk mulai mengidentifikasi dan melakukan inventarisasi ketersediaan air beserta peluang sumber dayanya. Teknisnya dengan menggunakan dan memanfaatkan teknologi tepat guna untuk mencari sumber air.
Dikutip dari laman National Geographic Indonesia, Seorang pengajar di Kampus Universitas Gadjah Mada yang juga Ketua Kelompok Kerja Banjir dan Kekeringan, Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia, Agus Maryono mengungkapkan bahwa kekeringan itu muncul karena masyarakat tak lagi punya inisiatif dan kebiasaan baik untuk memanfaatkan dan menabung air hujan. Karena pada dasarnya kekeringan dan banjir itu dua fenomena alam yang tak bisa dipisahkan. Usai kekeringan pasti akan ada momentum hujan lebat, kemudian muncul lagi kekeringan, terus berlangsung secara berselang seling.
Karena berkah air di musim hujan tak bisa ditabung oleh masyarakat, maka air hasil dari proses destilasi alam itu dibiarkan terbuang percuma di musim hujan. Bahkan limpahan air justru berubah menjadi banjir akibat tak tertampung dan tak terkontrol.
Menampung cadangan permukaan air dengan menabung air hujan adalah cara paling efektif dalam antisipasi kekeringan. Air hujan yang sudah ditabung nantinya bisa dipanen ketika masuk musim kemarau panjang. Berangkat dari itu, sudah seharusnya masyarakat bisa mandiri dalam mengusahakan cadangan air permukaan. Pemerintah pun punya tanggung jawab serupa dengan membuat atau merevitaslisasi embung, situ, telaga, waduk atau sejenisnya.
Antisipasi kekeringan lain yang bisa diusahakan adalah dengan pembuatan sumur resapan dan biopori untuk menambah cadangan air tanah secara alami. Jika cadangan air tanah bisa dijaga kualitasnya maka bukan hal yang sulit untuk menemukan sumber air baru dalam skala besar. Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia menuliskan fakta bahwa dengan menemukan mata air baru dengan debit setidaknya 1 liter perdetik bisa mencukupi kebutuhan air bagi 1.000 jiwa.
Selain usaha sistemik itu, antisipasi kekeringan pun bisa ditutup dengan melakukan inventarisasi potensi sumber daya air di setiap daerah. Data ini nanti berguna untuk mengetahui kemampuan tiap daerah dalam menghadapi kekeringan. (CAL)
img: merdeka.com
0 Komentar