Tetap ingat dgn fenomena aneh munculnya cacing tanah dgn jumlah tidak sedikit di Kota Djogja sekian banyak bln dulu? Sesudah kejadian tersebut, tidak sedikit warga Jogjakarta yg seterusnya resah lantaran fenomena munculnya cacing dari dalam tanah dikaitkan dgn tanda-tanda dapat munculnya gempa bumi berkekuatan gede.
Pertanyaannya selanjutnya, mungkinkah tingkah laku hewan yg aneh sanggup jadi prediksi gempa?
Bila ditelisik dari catatan sejarahnya,sesungguhnya perbincangan menyangkut tabiat hewan yg aneh sebelum munculnya gempa sudah jadi diskusi yg berusia amat sepuh. Dilansir dari page Dongeng Geologi, satu buah kisah dari Yunani kepada 373 SM melaporkan adanya tikus, musang, ular, & cacing kaki seribu yg seketika meninggalkan rumah, liang tanah, pula sarang mereka menuju ke lokasi lain sesaat sebelum terjadinya gempa bumi yg merusak.
Nyatanya benar-benar, ramalan semi ilmiah sebelum gempa berjalan yg berhubungan dgn tabiat aneh hewan-hewan bukanlah sesuatu yg baru. sangat banyak bukti yg berserak kira kira tingkah laku hewan yg dikaitkan bersama prediksi gempa, termasuk juga terhadap bencana gempa yg berlangsung di sekian banyak ruangan Indonesia.
Tidak Sedikit penelitian juga sudah dilakukan buat menyelidiki pola tingkah laku hewan yg tidak jarang dijumpai yang merupakan prediksi datangnya gempa sekian detik sebelum gempa berlangsung. Tingkah Laku aneh tersebut amat sering muncul terhadap ikan, burung, reptil, & type seranggga.
Tapi sesudah lewat beraneka ragam riset yg mendalam, nyatanya tidak sedikit tingkah laku hewan yg dilakukan sekian banyak diwaktu sebelum gempa lebih sering tak tetap & belum akan diandalkan sbg penanda prediksi dapat datangnya gempa. Terkecuali itu, seperti yg dikutip dari page Dongeng Geologi, belum ada mekanisme atau teori yg pas buat memaparkan tabiat hewan yg akan memprediksi gempa.
Lantas dgn kiat apa kita bakal memaparkan kenapa tidak sedikit fenomena tabiat hewan yg dikaitkan dgn prediksi gempa?
Jawaban yg paling masuk akal yakni adanya gelombang primer/gelombang P, atau gelombang lemah yg bergerak paling segera dari titik episentrum gempa sepersekian detik sebelum gelombang S atau gelombang sekunder yg lebih agung. Nah, paling sering manusia tidak bisa merasakan datangnya gelombang primer tersebut. Tapi sebaliknya, tidak sedikit hewan nyata-nyatanya punyai indra yg lebih tajam buat merasakan datangnya gelombang P sesaat sebelum gelombang S tiba.
Kepada dasarnya gempa bumi adalah suatu gelombang guncangan bumi yg merambat. Gelombang gempa terdiri atas sekian banyak gelombang yg saling menyusul. Gelombang yg saling menyusul ini mempunyai kecepatan & kebolehan yg berbeda-beda.
Lebih Sering gelombang mula-mula hasil guncangan gempa datang dgn kecepatan rambatan yg lebih serentak tapi bersama kapabilitas yg teramat lemah, maka cuma mampu dideteksi oleh fasilitas seismograf ataupun oleh pemeriksaan tertentu yg dipunyai hewan.
Penjelasan ilmiah di atas memang lah masuk akal & setidaknya sanggup memaparkan pertalian antara tabiat hewan yg mampu “prediksi” gempa. Tetapi bersama jarak jeda antara gelombang P & S yg amat sangat singkat yg rata-rata cuma sepersekian detik terang tidak dapat memaparkan fenomena tabiat hewan yg mampu prediksi gempa sekian banyak hri atau sekian banyak pekan menjelang gempa.
Jikalau berbicara prediksi gempa sekian banyak hri, atau bahkan sekian banyak pekan yg dipandang dari tingkah laku hewan barangkali saja mampu dijelaskan sebab adanya gejala yg lebih signifikan yg dirasakan hewan seperti miringnya tanah, perubahan tinggi muka air tanah, gejala listrik tanah atau mungkin saja perbedaan suhu dalam tanah sebelum gempa berlangsung. (CAL)
img : Tribunnews
0 Komentar