Yakin atau tak, buruknya pengelolaan ketajiran alam yg dikonversi jadi energi di Indonesia sudah mengambil tidak sedikit sekali efek tidak baik ketimbang dampak positifnya. Berdasarkan riset terupdate yg dirilis oleh tim peneliti dari Harvard University bekerja sama dgn Atmospheric Chemistry Modeling Grup (ACMG) bencana tehnologi yg tercermin dalam rumitnya pengelolaan PLTU Batubara sudah sebabkan efek tidak baik yg susah dihindari.
Riset yg dilakukan dgn studi pemodelan atmosfer GEOS-Chem menunjukkan resiko tidak baik PLTU Batubara kelihatan demikian mematikan, lantaran polusi hawa dari operasi suatu Pembangkit Listrik Tenaga Uap sudah memicu statistik kematian dini yg meningkat drastis, adalah seputar 6.500 jiwa kematian tiap tahunnya.
Riset yg dirilis oleh Greenpeace & Harvard University itu bahkan menimbulkan prediksi ancaman maut 6.500 kematian dini sanggup naik bahkan sampai mencapai 15.700 jiwa kematian per thn seandainya pemerintah Indonesia masih bersikap nekat buat melanjutkan peluncuran konsep ambisius lebih dari seratus satuan pembangkit listrik tenaga uap baru.
Kenapa PLTU mampu sebabkan meningkatnya angka kematian yg demikian ekstrem? Ancaman maut 6.500 jiwa kematian dini akibat resiko jelek PLTU akan dijelaskan dikarenakan argumen polusi batubara punyai efek terburuk kepada hak hidup penduduk Indonesia. Seperti yg didapati, polusi hasil dari pembakaran tempat bakar pembangkit listrik tenaga batubara bahkan mampu lebih membahayakan ketimbang polusi kendaraan bermotor. Akibat terpapar polusi ekstrem, ancaman penyakit stroke, serangan jantung, kanker paru-paru, penyakit jantung, sampai kesukaran pernapasan yang lain.
Emisi yg dikeluarkan pembangkit listrik tenaga batubara pula termasuk juga dalam ketagori emisi paling bernoda yg mencemari langit. Dilansir dari page National Geographic, emisi dari PLTU batubara menempa partikel & ozon yg amat sangat merugikan kesehatan manusia. Simpulannya, penyakit kronis yg menyerang pernapasan orang dewasa & kesehatan paru-paru anak mungil lantaran terpapar serentak emisi pembangkit listrik tenaga batubara terang bukan lagi satu buah isapan jempol.
Sekian Banyak dikala dulu, Presiden Joko Widodo mengumumkan info pengembangan energi yg berujung kepada perdebatan sengit. Berita yg dirilis presiden berupa konsep agung membangun penambahan 353 Gigawatt pembangkit listrik baru, dari target tersebut, 22 Gigawatt pasokan listrik baru yg direncanakan ialah pembangkit listrik tenaga batubara.
Bila betul realisasinya begitu, sehingga Indonesia merupakan salah satu negeri di dunia yg yg miliki konsep paling besar utk menambah area industri batubara, padahal tehnologi pembangkit listrik batubara merupakan tehnologi “kotor” yg telah teramat jadul, sejak seabad dulu sudah dimanfaatkan di muka bumi.
Musim depan energi Indonesia kayaknya memang lah tetap suram, tehnologi energi bersih & terbarukan masihlah belum jadi prioritas mutlak pengembangan tehnologi. Tapi setidaknya laporan riset yg dirilis Greenpeace & Kampus Harvard itu dapat jadi bahan pertimbangan buat memikirkan semakin jauh resiko sangat buruk dari pemakaian energi batubara bagi kehidupan & lingkungan Indonesia.(CAL)
img : greenpeace.com
0 Komentar