Krisis kemanusiaan & pengabaian atas jiwa manusia dalam bermacam macam kasus konflik di ASEAN kelihatan terlampaui gamblang di depan mata. Bahkan banyaknya negeri hingga bersitegang melepas mandat kemanusiaannya mengingat urusan problem kemanusiaan di ASEAN telah terlampaui pelik buat diselesaikan. Satu urusan yg tetap membelit sampai hri ini ialah konflik Rohingya. Solidaritas buat Rohingya yg tatkala ini cobalah diusahakan oleh negara-negara di populasi ASEAN hasilnya terganjal terhadap batas teritorial & diplomatik.
Tidak cuma itu, penduduk sipil & pemerintah di sebanyak negeri serta berada dalam adu pernyataan yg gersang. Susah menemukan padunya nada kalau telah berbincang berkenaan urusan krisis kemanusiaan Rohingya beserta ribuan pengungsi yg telah terkatung-katung tatkala bertahun-tahun di jumlahnya negeri, termasuk juga Indonesia.
Biasanya sample yg berlangsung yakni warga siap menyelamatkan Rohingya, tapi pemerintahannya menolak.
Tetapi apa yg berjalan di komune ASEAN itu tidak seharusnya berlangsung pun di Indonesia. Pas dgn amanat konstitusi & Pancasila, merupakan kemanusiaan yg adil & beradab. Prinsip kemanusiaan waib dijunjung tinggi, melebihi argumen diplomasi & teritorial negeri. Dalam urusan nyawa manusia, rakyat & pemerintah Indonesia mesti satu kata : selamatkan Rohingya!
Tidak butuh argumen politik macam-macam, sekian ribu jiwa yg pada awal mulanya telah ikut ditolong oleh jumlahnya negeri yang lain, ribuan yang lain telah diselamatkan & saat ini ada di rumah akbar bernama Indonesia.
Tetapi terang, pengungsi Rohingya yg dahulu pernah menyentak publik dunia dikarenakan ribuan jiwa yg diselamatkan oleh masyarakat Aceh tidak cuma perlu keselamatan & perlindungan sesaat. Solusi jangka panjang yaitu yang di cita citakan mereka.
Bertolak dari argumen tersebut, pun buat menjamin solidaritas Rohingya, Tindakan Serta-merta Tanggap menginisiasi suatu komite lingkup nasional yg bertopik Komite Nasional buat Solidaritas Rohingya (KNSR).
Kenyataannya, urusan Rohingya memang lah bukan sekadar berikan pangan, sandang, pelayanan medis, pula naungan hidup sesaat, dulu selanjutnya menyerahkan kelanjutan hidup Rohingya ini ke tangan para pencari suaka ini. Terlebih kalau hingga melepaskannya ke lautan luas lagi.
Meskipun telah bertindak tidak sedikit dengan cara teknis dalam menunjang urusan Rohingya di Aceh bahkan dgn mendirikan Integrated Community Shelter yg megah & luas, Indonesia tidak boleh merasa bangga hati, apalagi merasa telah jadi negeri baik, negeri manusiawi.
Myanmar sbg sumber dair masalah ini bahkan tidak hingga disentuh sama sekali. Malah beraneka ragam negeri di ASEAN seolah memandang tidak sedang berjalan apa-apa. Bersama bebas terus jalankan transaksi business bilateral lintas negeri ASEAN, multilateral, & bahkan menutup mata dgn fakta telah ribuan jiwa Rohingya yg hilang, ribuan jiwa yg merana, lari bahkan tewas kelaparan & kesakitan di tengah laut.
Hadirnya KNSR ini di harapkan jadi instrumen Indonesia utk menuntaskan masalah Solidaritas Rohingya & solusi keseluruhan utk melepaskan Rohingya dari belenggu derita. Sampai hri ini, tidak sedikit pihak telah merespons & beri dukungan aktivitas KNSR ini. Antara lain PAHAM (Pusat Advokasi Hukum & Hak Asasi Manusia) satu buah Instansi non pemerintah yg concern dalam urusan kemanusiaan Rohingya, Burma Task Force Indonesia – komune intelektual yg pula bertujuan mengadvokasi Rohingya, pula Majelis Intelektual Ulama Jejaka Indonesia (MIUMI)
(CAL)
img : stanfordpolicyreview.org
0 Komentar