Pengalihan Fungsi Hutan Picu Risiko Bencana

19.41


Percaya ataupun enggak, ternyata dari satubuah bentuk kerusakan hutan & alih fungsi lahan hutan bakal memicu marak akibat bencana alam yang berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Banjir, longsoran tanah, kebakaran hutan, bencana kabut embun, hingga-hingga bencana kekeringan yakni kumpulan akibat nyata bencana alam akibat hilangnya kegunaan hutan.

Memang, tak ada salahnya memanfaatkan hutan sebagai bahan dasar bangunan. Ataupun membuka lahan hutan & mengalihfungsikan menjelma lahan bercocok tanam sayuran maupun padi. Tetapi, semua perubahan desain terhadap hutan nyatanya sudah di atur terperinci dalem Undang-undang. Praktek terlarang semacam penyerobotan lahan ilegal serta penebangan liar jelas tercantum dalam undang-undang sebagai sesuatu yang kagak diperbolehkan. Kaidah ini dibuat bukan berdasarkan alasan kosong, kerusakan hutan bakalan menciptakan pemicu nyata bencana alam.

Lihat macam mana kasus bencana asap menutupi atmosfer Provinsi Riau dengan embun pekat pembawa penyakit pernafasan. Embun perolehan pembakaran hutan ilegal terbilang terjadi tak lain sebab alih kegunaan lahan hutan secara membabi buta. Kepala tengah Studi Bencana IPB, Prof Eusi Sunarti seolah-olah yang dikutip dari portal Antaranews menjelaskan bahwa praktik membeli tanah di bawah tangan, membuka lahan dengan cara membakar untuk memangkas biaya, telah membawa dampak luas atas masyarakat yang terkena efek bencana kabut embun.

Contoh lain alih faedah lahan terjadi jua di wilayah padat penduduk Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tengok doang macam mana masifnya pergantian desain tanah serta gunanya di hampir seluruh wilayah Puncak. Sejak puluhan tahun lantas, Puncak memang mewujudkan lokasi plesir paling digandrungi oleh masyarakat Ibukota. Demi mengakomodir faedah wilayah wisata terbilang, maka reklamasi alias alih faedah lahan besar-besaran telah terjadi di Puncak sampai-sampai-hingga detik ini. Bangunan villa besar nan megah tak pernah berhenti didirikan di lereng-lereng Puncak, Bogor.

Padahal sesungguhnya, gunung tinggi di Puncak, Jawa Barat adalah lokasi resapan cairan buat wilayah hulu sungai-sungai besar yang mengalir dari Bogor sampai-sampai ke Ibukota, Jakarta. Alih faedah lahan resapan cairan di wilayah Puncak ialah satu pemicu utama kenapa banjir besar masih doang mengintai Jakarta tiap tahunnya.

Hilangnya faedah hutan selaku wilayah resapan cairan membuat problem pelik yang masih doang terjadi sampai-sampai dikala ini. Hutan tadah hujan semasa ini di belahan bumi manapun memiliki faedah yang serupa, selaku penyerap air hujan sebelum mengalir ke sungai & sebagai pengikat lapisan tanah yang rapuh. Kejadian banjir Jakarta, longsor Banjarnegara, & banjir bandang Manado makin dari satu tempo silam masih belom cukupkah menjelma peringatan? Haruskah ada lagi bencana dahsyat yang menimpa warga indonesia kalau masih doang belom perduli terhadap faedah hutan? (CAL)

Sumber
Previous
Next Post »
0 Komentar