Merasakan Ramadhan Unik di Tanah Inggris

20.28
ramadhan-di-inggris
sejauh ini, tradisi berpuasa Ramadhan di Indonesia tak perlu menjadi bahan perdebatan, sebab sekian banyak ratus juta umat Muslim di Indonesia berpuasa dalam lingkungan mayoritas. Sahabat terdekat, guru, dosen, murid, hingga siapapun yang ditemui di pinggir jalan dapat saja gede yaitu muslim yang sedang berpuasa. Toleransi pun terjadi layaknya semestinya. Akibat proses ini, mungkin tak ada keunikan dan tantangan kusus yang harus dihadapi oleh muslim Indonesia, puasa di negeri ini merupakan kebiasaan memetik keberkahan sebesar-besarnya, bahkan terkadang ada egosime yang tampak karena terlalu terpacu untuk berlomba mendapatkan pahala ibadah untuk diri sendiri, namun tak peka dengan lingkungan lebih kurang. Nauzubillah Min Zalik.
Namun, tak mirip cerita seandainya Kita sebagai Muslim yang tinggal di negera mayoritas Islam sesekali coba melancong, menjejakkan kaki di tanah negeri lain, dalam kondisi berpuasa Ramadhan. Pasti akan ada banyak kisah unik yang tersaji dalam perputaran ketika di bulan Ramadhan. Salah satunya adalah kisah unik menjalankan Ramadhan di Tanah Inggris, tepatnya di Kota London, seperti yang dilansir dari laman National Geographic Indonesia.
Eropa, Benua Biru, waktu ini masih saja ramai oleh pemberitaan terkait rasisme dan Islamophobia yang menerjang keras minoritas muslim Eropa tak bersama henti. Mereka memang lah terkadang mengalami pengucilan, pendiskriminiasian, dan ejekan. Namun minoritas muslim di Eropa tetap kuat, tetap berpikir positif menerima rasisme dan Islamophobia tersebut dengan lapang dada dan terbuka.
Bahkan Ramadhan thn ini dipakai beberapa kalangan Muslim di Eropa, khususnya London buat “memperkenalkan diri” yg ialah seorang Muslim yang baik terhadap lingkungan area tinggalnya.
Salah satunya adalah sekelompok mahasiswa muslim dan relawan yang rutin menggelar acara buka bersama sepanjang bulan Ramadhan di pusat Kota London. Gelaran Ifthar Jama’i ini bertajuk Ramadhan Tent Project digagas oleh sekelompok alumni dari School of Oriental and African Studies (SOAS). Sejak tiga tahun dahulu gelaran ini telah menjadi adat tahunan, panitia setempat mendirikan tenda kecil dan menggelar tikar di satu buah taman di Malet Street di pusat Kota London dan mengundang siapapun, kalangan manapun, bahkan agama apapun untuk datang merapat dan ikut dengan merasakan kebahagiaan berbuka puasa
Peserta buka puasa bersama pun sangat amat sangat beraneka ragam, mulai dari para mahasiswa muslim dan non muslim sekalipun, para pejalan kaki warga lokal London, para tunawisma dan gelandang, hingga warga non muslim yang benar-benar lah tertarik dan sekadar ingin tahu bagaimanakah rupa dan rasa bahagia selepas menyantap makanan berbuka puasa. Selama satu bulan penuh, panitia menyediakan minuman botol, kurma, buah-buahan seperti pisang dan apel. Semuanya free utk dinikmati dengan.
Tidak Hanya itu, acara buka puasa dgn pun rutin digelar oleh komunitas muslim London di sekian tidak sedikit masjid yang tersebar di beraneka macam titik. Namun bedanya dengan di tanah air, sebagian gede kaum muslim yang datang buat berbuka puasa di masjid kota London datang sudah membawa modal makanan dan minuman utk dinikmati bersama sekian banyak ratus jamaah muslim lain, mereka menemukan kebahagiaan hakiki ditengah sesama jamaah muslim London. Tak peduli dari mana asal mereka, apa negara mereka, apa warna kulit dan bahasa mereka, keimanan telah menjadi penyatu umat yang paling ajaib.(CAL)
Previous
Next Post »
0 Komentar