Rohingya adalah Lumbung Pahala bagi Indonesia

19.14
Rohingya-Lumbung-Pahala
Ada aspek yang tak mirip di Ramadhan th ini bagi sebagian akbar populasi muslim di Indonesia, bukan lagi isu mengenai perbedaan awal puasa dan hari lebaran seperti rata rata yang berjalan di tahun-tahun lalu. Bukan pula berkaitan rumitnya gerakan mudik yang selalu menjadi permasalahan pelik lebih kurang kemacetan di titik Pantura dan pernak-pernik mudik lain. Kali ini nampak berbeda dikarenakan Indonesia, khususnya negeri Aceh Darussalam telah kedatangan tamu istimewa. Tamu yang bisa jadi serentak dikirimkan Allah dari negeri Rakhine, Myanmar. Tamu yang datang ke Indonesia – di sayangkan – dengan status pengungsi tak legal, dan bukan datang dgn kesengajaan penuh. Ribuan tamu Allah itu terdampar di pesisir Aceh setelah sebelumnya terombang ambing sewaktu berminggu-minggu. tanpa makanan dan air yang pantas, penuh bersama aura kematian dan kesakitan mendalam.
Ya mereka merupakan orang-orang Rohingya, muslim minoritas yang telah tertindas selama puluhan tahun. Teraniaya di tanah negerinya sendiri. Tak diakui, tak mendapatkan kewargenagaraan sama sekali.
Tamu bagi masyarakat Aceh itu datang dgn penuh kesakitan dan derita pilu yang menyakitkan. Menurut Badan Pengungsi PBB, mereka yakni grup manusia yang paling tertindas di dunia tatkala puluhan terakhir. Mereka datang mengharap belas kasih warga Aceh.
Seperti yang diketahui, penerimaan Rohingya bersama amat sangat amat sangat terbuka oleh masyarakat Aceh telah memantik kesadaran Pemerintah Malaysia dan Indonesia untuk ikut memanusiakan Rohingya yang datang juga sebagai imigran gelap. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri telah berujar bahwa Rohingya akan diberikan penampungan “sementara” di Aceh setidaknya hingga satu tahun ke depan. Setelah satu thn, entah secara apa nasib Rohingya, pemerintah Indonesia tak mau ambil pusing.
Tetapi apa yang ada di benak penduduk Aceh sungguh tidak sama, melalui kolaborasi kemanusiaan masyarakat Aceh dan komunitas kerelawanan dan filantropi yang dikomandoi oleh Tindakan Langsung Tanggap (ACT), penduduk Aceh miliki komitmen untuk memperjuangkan Orang Rohingya masih tinggal di Indonesia, sekiranya hingga tanah Rakhine, Myanmar kembali mau menerima dan memberikan hak-hak hidup yang patut bagi orang Rohingya.
Seperti yang diutarakan oleh Kapolsek Kuta Makmur, Sarimin (52), dirinya menyampaikan bahwa menolong pengungsi Rohingya adalah lumbung pahala. Sarimin dan segenap warga Aceh pun bicara hal yang serupa, sesulit dan selama apapun prosedur pengurusan status Rohingya, Aceh akan menerima saudara sesama muslim sampai kapanpun.
Ramadhan thn ini telah menjadi momentum terbaik bagi penduduk Aceh dan warga Indonesia seluruh untuk menampilkan bukti kepada dunia Internasional bahwa muslim Indonesia itu kompak. Muslim Indonesia itu akan menjadi pionir dalam urusan kemanusiaan. Rohingya merupakan lumbung pahala kebaikan yang tidak ada putusnya. Sesungguhnya Allah bakal melipatgandakan kebaikan sekecil apapun yang dilakukan selama bulan Ramadhan. (CAL)
Previous
Next Post »
0 Komentar