Ribuan pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh tak semuanya berstatus dalam satu ikatan keluarga. Mirisnya, banyak di antara mereka merupakan anak-anak dalam kondisi yatim piatu. Rata-rata anak-anak Rohingya yatim piatu yang ikut melarungi Teluk Bengal di atas kapal tak layak adalah anak-anak yang sudah tak memiliki keluarga lagi di Rakhine, Myanmar. Mereka yaitu yatim piatu lantaran konflik yang menderu sejak puluhan tahun. Ada yang orang tuanya tewas akibat konflik antar etnis, ada pun yang orang tuanya telah lebih lalu meninggalkan mereka di Rakhine untuk mencari penghidupan dan pekerjaan di Thailand, Malaysia, maupun Indonesia. sekarang ini mereka ikut cobalah peruntungan tersebut, terombang-ambing ditengah Samudera tak tentu arah. Berharap keajaiban dapat dipertemukan kembali dengan orang lanjut usia mereka, entah di mana berada.
Pemerintah Indonesia melalui sebanyak populasi dan aktivis kemanusiaan, tak terkecuali Aksi Segera Tanggap (ACT) memberikan responsnya terkait kenyataan adanya anak yatim-piatu dalam rombongan Rohingya di Aceh. Dengan sebanyak kalangan dan pemerintah RI, anak-anak yatim piatu Rohingya yang diwaktu ini berada di Aceh akan ditampung di banyaknya pondok pesantren di Pulau Jawa.
Berdasarkan data dari Petugas kemanusiaan lokal yang di lansir oleh laman VOA Indonesia menyebutkan bahwa dgn kiat umum kondisi kesehatan pengungsi Rohingya sudah sejak sejak mulai membaik, terutama anak-anak. Khusus buat kaum perempuan dan anak-anak sudah sedari awal mendapat pendampingan husus dari beragam komune internasional.
Pantas diketahui bahwa anak-anak Rohingya, tak tak hanya para yatim piatu sudah sejak lama bahkan sejak lahir tak pernah mendapat kesejahteraan pendidikan sama sekali di tanah kelahiran mereka, Rakhine.
Hak anak-anak etnis minoritas Rohingya utk meraih pendidikan dasar diputus habis oleh pemerintah Myanmar akibat ketidakjelasan status masyarakat negara bagi etnis Rohingya. Tetapi tidak hanya di Rakhine, bahkan anak-anak dan yatim-piatu di Kuala Lumpur Malaysia serta konsisten belum mampu mendapati pendidikan yang layak. Status juga sebagai pengungsi UNHCR hanya memberikan mereka hak utk pendidikan di sekolah swasta yang secara bersama dikelola oleh UNHCR.
Terkait hal tersebut, Menteri Sosial RI, Khififah Indar Parawansa pada dua pekan lalu pernah menjanjikan ada lebih kurang 12 pesantren di Jawa, terutama di jawa timur dan Jawa Barat yang menyebutkan kesediaan dan keikhlasannya utk menampung anak-anak pengungsi Rohingya, terutama bagi anak-anak yatim piatu.
Pondok Pesantren yg adalah Penampungan sementara atau permanen bagi anak-anak Rohingya dapat tergantung pada kebijakan jangka panjang yang akan diambil oleh pemerintah Indonesua. Namun setidaknya, beraneka bantuan dan perhatian intensfif yang diberikan Indonesia dan ratusan Lembaga kemanusiaan di Aceh telah membuka mata dunia bahwa Indonesia dan beragam populasi kemanusiaan di dalamnya yakni mediator kunci utk mewujudkan kedamaian di kancah ASEAN.(CAL)
Sumber
0 Komentar