Bencana letusan gunung Sinabung, hingga kini masihlah menyisakan derita mendalam dan berkepanjangan. Sejak awal Juni dahulu, Sinabung kembali dioptimalkan statusnya menjadi tingkatan tertinggi “Awas”. Sejak itu, tingkah Sinabung menyemburkan mengisi perut dapur magmanya makin tak dapat diprediksi. Kepulan awan panas terus membumbung, menyisakan duka dan cerita pilu dibalik segala keterbatasan barak pengungsian korban erupsi Sinabung. Entah sampai kapan, ribuan pengungsi yang tinggal di sekitar lereng Sinabung harus menumpukan hidupnya di dalam tenda pengungsian yang sempit, kumuh, dan minim alat.
Pasca meningkatnya status Gunung Sinabung menjadi titik paling tinggi “Awas” kepada awal Juni lalu, sedikitnya lebih dari 10 ribu jiwa atau sekitar 3000 Kepala Keluarga harus dievakuasi di sekitar 10 titik pengungsian. Mulai Sejak Sejak dari pos pengungsian di Kota Kabanjahe dan Brastagi.
10 ribu lebih pengungsi Sinabung berasal dari Kuta Gugung, Mardinding, Kuta Tengah, Dusun Lau Kawar, dari Desa Guru Kinayan, Tiga Pancur, Pintu Besi, Sukanalu, Beras Tepu, Sigarang-garang, Jeraya, Kuta Rakyat.
Mengingat konsisten belum dapat diprediksinya akhir letusan Sinabung, 10 ribu pengungsi yang sudah hampir satu setengah tahun hidup di tenda pengungsian (Sinabung meletus sejak September 2013 – sejauh ini) serta bisa bernafas lega. Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho pada Pekan lalu akhirnya memutuskan dapat membangun hunian sementara (shelter) untuk menampung para pengungsi erupsi Gunung Sinabung. Niat baik itupun mendapat dukungan penuh dari Bupati Kabupaten Karo, Terkelin Brahmana.
yang merupakan bentuk eksekusinya, Gubernur Gatot Pujo Nugroho sepakat menggandeng Aksi Serentak Tanggap yg adalah eksekutor proyek pembangunan shelter utk pengungsi Sinabung, dan sekian tidak sedikit pihk yang paham akan urusan teknis seperti arsitek dari Universitas Sumatera Utara.
Sewaktu ini, 10 ribu lebih pengungsi Sinabung benar-benar lah berada dalam kondisi yang tak patut huni. Bencana letusan gunung Sinabung yang terus bergejolak berkepanjangan hingga hampir mencapai 2 thn ini membuat mereka depresi dan stres. Bencana Sinabung memang lah lah menjadi salah satu kisah epik gimana letusan gunung api di Indonesia mampu berlangsung berkepanjangan hingga bertahun-tahun.
Mengingat urusan kemanusiaan Pengungsi Sinabung yang makin mendesak, maka pembangunan shelter dirasa amat dipakai. Terlebih sebagian besar pengungsi Sinabung berada dalam kondisi berpuasa ramadhan walaupun berada di tengah kesulitan hidup di dalam tenda pengungsian.
Duka mereka sbg saudara sebangsa harus cepat dihapuskan, Sementara hanya beberapa ratus km jauhnya ke utara Sinabung tepatnya di wilayah Gampong Blang Adoe Aceh Utara, sebuah Integrated Community Shelter (ICS) hasil upaya masyarakat Aceh dan ACT buat pengungsi Rohingya hampir usai dibangun.
Derita mereka yakni duka kita, Ramadhan yakni momentum terindah untuk menyantuni dan menyelamatkan air mata duka saudara muslimin di semua dunia.
Hapus duka mereka ialah ladang pahala bagi kita, bagaimanapun bisnis yang bisa kita lakukan utk Palestina masihlah harus diperjuangkan. InsyaAllah dapat bahagiakan akhirat kita.(CAL)
0 Komentar