Menjelang 2 Pekan Ramadhan, Pengungsi Anak-anak di Sinabung Kelaparan

20.31
anak-anak-sinabung
Menjelang masuk ke pekan kedua Bulan Ramadhan, ribuan saudara Kita di Sinabung masih harus bertarung dgn ganasnya bencana alam letusan gunung Sinabung. Erupsi yang terjadi sejak September 2013 hingga detik ini kelihatannya belum sanggup memunculkan tanda-tanda berhentinya erupsi. Entah sampai kapan, ribuan pengungsi yang tinggal di lebih kurang lereng Sinabung harus menumpukan hidupnya di dalam tenda pengungsian yang sempit, kotor, dan minim sarana.
Pasca meningkatnya status Gunung Sinabung menjadi titik paling tinggi “Awas” terhadap awal Juni lalu, sedikitnya lebih dari 10 ribu jiwa atau sekitar 3000 Kepala Keluarga harus dievakuasi di seputar 10 titik pengungsian. Sejak Mulai Sejak dari pos pengungsian di Kota Kabanjahe dan Brastagi.
10 ribu lebih pengungsi Sinabung berasal dari Kuta Gugung, Mardinding, Kuta Tengah, Dusun Lau Kawar, dari Desa Guru Kinayan, Tiga Pancur, Pintu Besi, Sukanalu, Beras Tepu, Sigarang-garang, Jeraya, Kuta Rakyat.
Dikala Ini, menjelang fase dua pekan Ramadhan, persediaan barang barang makanan dilaporkan menjadi semakin menipis, khususnya buat anak dan bayi yang berada di pengungsian, seperti yang dilansir oleh relawan Masyarakat Relawan Indonesia – Aksi Langsung Tanggap (MRI-ACT). sejauh ini bantuan makanan yang datang dari kebaikan hati para pendonor mayoritas ialah makanan untuk orang dewasa, itu serta tetap dalam jumlah yang amat sangat amat terbatas. Padahal, kebutuhan anak-anak dan bayi tak bisa disamakan, rata-rata mereka butuh susu dan makanan untuk bayi.
Namun, walaupun berada dalam kondisi sulit di tengah pengungsian, sebagian gede pengungsi Sinabung masih tetap masihlah menjalankan ibadah puasa ramadhan. Cobaan erupsi yang tak henti tak menyurutkan semangat mereka utk memetik kebaikan ramadhan di tengah hamparan kesulitan di tenda pengungsian.
Tak Hanya minim stok makanan, masalah penting yang konsisten melanda sebagian besar pengungsi yakni koordinasi buat menyiapkan panganan sahur. Menurut laporan dari relawan MRI-ACT hingga menjelang pekan ke dua Ramadhan ini koordinasi makan sahur utk pengungsi Sinabung masih berantakan. Koordinasi makanan berbuka dan sahur dari jadwal Petugas logistik belum terdistribusi bersama trick cocok saat dan merata. Terlebih jumlah pengungsi yang luar biasa besar, lebih dari 10 ribu jiwa yang tersebar di sekian banyak titik pengungsian. Kondisi ini makin menyulitkan koordinasi untuk menyiapkan keperluan berpuasa pengungsi Sinabung.
Terlebih, di diwaktu sahur pun terkadang anak-anak dan bayi masihlah membutuhkan asupan menu khusus(padat gizi) yg yaitu makanan sarapan utk anak-anak dan bayi.
beberapa hari terakhir, kegiatan erupsi Sinabung kembali bergejolak dalam intensitas yang lebih tak jarang dan gede. Terpantau daerah Brastagi dan sekitarnya sudah padat oleh abu vulkanik yang menutup total kota itu. Hambatan kesehatan pun serentak meneror pengungsi disaat masalah asupan mengkonsumsi belum terselesaikan. beberapa laporan menunjukkan banyak kendala kesehatan seperti diare dan infeksi saluran pernafasan sejak mulai diderita oleh para pengungsi, terutama anak-anak, balita, dan lansia. Tiga entitas yang paling rentan di tempat pengungsian Sinabung.
Derita mereka yaitu duka kita, Ramadhan merupakan momentum paling indah untuk menyantuni dan menyelamatkan air mata duka saudara muslimin di seluruh dunia.
Hapus duka mereka yaitu ladang pahala bagi kita, bagaimanapun usaha yang mampu kita melakukan buat Palestina tetap harus diperjuangkan. InsyaAllah dapat bahagiakan akhirat kita. (CAL)
Previous
Next Post »
0 Komentar