Menelusuri Alur Penyelundupan Muslim Rohingya

19.23
Alur-Penyelundupan-Rohingya

Penindasan & kemiskinan tidak berujung yg dialami oleh beberapa ratus ribu etnis Rohingya di negeri sektor Rakhine, Myanmar sudah memicu gelombang eksodus besar-besaran. Setidaknya tatkala satu dekade terakhir, perpindahan tanpa izin terpaksa mereka melakukan semata-mata demi mencari penghidupan yg lebih baik di sekian banyak negeri Asia Tenggara. Rakhine sbg tanah kelahiran etnis Rohingya telah bukan lagi lokasi yg patut ditengah bayang-bayang pelecehan & penindasan dari kaum mayoritas Budhhist di Myanmar.

Hasilnya, terhadap para penyelundup manusialah nasib mereka ditentukan. Di malam-malam yg gelap & dingin, beberapa ratus sampai ribuan etnis Rohingya lewat sekian banyak gelombang dinaikkan diatas kapal kayu gede berkapasitas beberapa ratus orang, ditumpuk jadi satu, dgn modal makanan seadanya. Mereka berlayar selagi sebulan lebih tidak dengan makan & minum yg memadai. Kelaparan & kematian tiap-tiap hri terjadi diatas kapal. Sampai hasilnya mereka yg mampu menjaga nyawa tatkala pelayaran tiba di pinggir pantai-pantai sunyi di Thailand selatan.

Sebanyak catatan perjalanan wartawan yg pernah menyusuri jalur perdagangan manusia ini menyebut fakta bahwa sekian banyak masyarakat lokal memperoleh keuntungan banyaknya duit dari perdagangan manusia ini. Tapi seandainya masyarakat desa membocorkan gerakan perdagangan manusia ini, sehingga para pernyelundup tidak segan buat melenyapkan nyawa atau sekadar memeras habis penduduk desa yg membocorkan usaha tanpa izin tersebut terhadap junta militer Thailand.

Melalui pesisir pantai mereka berlangsung kaki dipimpin oleh bos-bos penyelundup manusia bersenjata menuju hutan belantara di perbatasan Malaysia. Di dalam desa terpencil di tengah hutan Thailand Selatan mereka transit tatkala sekian banyak pekan & diinapkan di kandang bambu, bersama sedikit makanan & bermacam penyiksaan seandainya berupaya kabur atau melanggar aturan.

Para pengungsi Rohingya yg diboyong penyelundup manusia ini kebanyakan lewat sekian banyak desa sbg transit. Bau kematian & penyakit yg mendera masihlah amat sangat terasa di belasan desa di tengah hutan Thailand ruangan transit ribuan pengungsi Rohingya ini. Mereka ditempatkan di kandang bambu yg bernoda & tidak patut, ruangan toilet darurat yg luar biasa menjijikkan, & tidak sedikit bukti bahwa anak-anak mungil balita ikut diselundupkan dengan orang tuanya.

Kamp penyiksaan & kuburan serta tampak di belasan desa tersebut. Kamp penyiksaan berbentuk dari bambu yg ditutupi terpal & ada tiang gantungan dari kawat utk menggantung leher para pengungsi Rohingya dari Myanmar & Bangladesh.

Tapi desa-desa area transit penyelundupan manusia itu rata rata difungsikan dalam kala singkat, dikarenakan mereka mesti menyambung lagi perjalanan penyelundupan lewat perbatasan Malaysia.

Sampai mereka tiba di Malaysia, pasti dgn tebusan duit utk per kepala orang Rohingya yg diselundupkan. Kebanyakan mereka ditebus oleh keluarga atau sanak saudara yg telah lebih dulu menetap di Malaysia. Lebih Sering, sebelum tebusan dibayarkan, orang Rohingnya yg masihlah berada dalam cengkaraman penyelundup manusia disika & dipenjara, bahkan di perbatasan Malaysia belum lama dulu Polisi Malaysia sukses membongkar beberapa ratus kuburan diperkirakan berisi mayat-mayat para imigran asal Rohingya yg mati sebab penyakit atau disiksa sewaktu berada ditengah hutan.

Di negara Jiran, para etnis Rohingya yg telah kenyang bakal segala kisah pedih penyelundupan manusia itu menginginkan belas kasih dari lembaga-lembaga kemanusiaan, pun mengharap adanya tugas kasar utk sekadar meneruskan hidup.(CAL)

Sumber
Previous
Next Post »
0 Komentar