Kisah dari Minoritas Muslim Rohingya di Rakhine

19.52
Muslim Rohingya di Rakhine

Sejak puluhan thn dahulu, ratusan ribu gelombang etnis minoritas Rohingya yang teraniaya dan tertindas habis oleh Pemerintah Myanmar mengambil keputusan sulit. Antara terus bersi kukuh di Rakhine – tanah kelahiran mereka – atau melarikan diri dari kerasnya Rakhine menuju tanah baru, area uluran tangan komunitas masyarakat ASEAN di Indonesia, Thailand, ataupun Kuala Lumpur Malaysia.

Akhirnya ribuan pengungsi etnis Rohingya juga banyak yang memilih untuk meningggalkan tanah tempatnya bernaung selama ratusan thn. Hingga sekarang diperkirakan ribuan orang masih terombang ambing di derasnya aliran ombak Teluk Bengal dan Laut Andaman. Sebagian lagi dari mereka telah mendarat selamat di semenanjung Aceh dan Kuala Lumpur sbg imigiran pengungsi. Sisanya konsisten menyabung nyawa di tengah jeratan keji gerombolan penyelundup manusia dari sepanjang perbatasan Thailand hingga Malaysia.

Lantas apa yang terjadi dgn sisa etnis Rohingya yang tetap memilih untuk menetap di Rakhine? Berikut cuplikan kisah mereka :

Sittwe, merupakan ibukota dari negara bagian Rakhine, Myanmar. Tempat kamp-kamp penampungan etnis Rohingya bermukim di tengah bayang-bayang polisi dan penjaga keamanan dari pemerintah Myanmar. Dgn Trik ketat polisi menjaga keluar masuknya pengungsi, mencatat dan mengawasi mereka yang masuk atau yang berupaya untuk kabur dari Rakhine. Polisi pun ditempatkan utk menjaga dan menghindari bentrokan berdarah berjalan lagi seperti 2012 silam akibat konflik antar etnis.
Warga Rohingya di Sittwe tersebar di beberapa desa, catatan yang dikutip dari laman VOA Indonesia menuliskan kira kira 10.000 orang Rohingya tinggal di pondok-pondok beratap jerami, dan hutan belantara di ruang sekeliling mereka.

Para etnis Rohingya di Sittwe yang tak mengikuti jejak saudaranya untuk melarikan diri dari Rohingya kini menghadapi ketentuan sulit, apakah mereka harus membela dan mempertahankan identitas sebagai penduduk ori etnis Rohingya, atau menerima tawaran kewarganegaraan dari Myanmar tapi dgn syarat menanggalkan status Rohingya dan mengenalkan diri mereka yg ialah imigran dari Bengal, Benggala.

Di awal bulan Juni ini, Myanmar memang telah memberikan keputusan baru terkait kebijakan kewarganegaraan bagi sejumlah etnis Rohingya di Sittwe, Rakhine. Namun ketetapan ini masihlah saja mengundang kontroversi sebab etnis Rohingya dipaksa untuk memilih status menjadi imigran dari Bengal, Benggala, tak boleh lagi mengaku yang merupakan etnis original Rohingya.

Pihak imigrasi Myanmar memaksa ribuan etnis Rohingya utk menyebut dirinya yg yaitu bangsa imigran dari Bengal, Benggala. Apabila bersedia, maka mereka akan mendapatkan status kewarganegaraan dan dgn kiat automatis akan mendapat hak mereka sbg masyarakat negara.

Saat Ini Ini, ribuan etnis Rohingya di Sittwe berada dalam kebimbangan. Ancaman konflik panas dari kelompok mayoritas Buddha yang mendiami Rakhine semakin menyudutkan mereka. Terlebih bagi kaum muslim minoritas Rohingya. VOA Indoensia melaporkan hampir tak ada lagi warga muslim yang tinggal di Sittwe, kecuali di satu buah daerah di Aung Minglar.

Menetap di Aung Minglar bukan berarti etnis muslim Rohingya aman dari konflik, seseorang masyarakat Rohingya mengakui bahwa mereka terjebak di tanah kelahiran sendiri, menghidupi sehari-hari bersama nasib tak menentu, tanpa uang, tak dgn harta, tanpa pendidikan, tak bersama pekerjaan. Bahkan selalu dalam bayang-bayang kekerasan dari tetangga mereka yang mayoritas beragama Buddha. Entah sampai kapan ada suatu keajaiban yang bisa menyelamatkan etnis minortitas Rohingya dari bencana kemanusiaan ini.(CAL)

Sumber
Previous
Next Post »
0 Komentar