Berbagi Berkah Ramadhan antara Kita dan Rohingya

19.23
berbagi-rezeki-dg-rohingya
Etnis Rohingya, puluhan ribu dari mereka masih berstatus sebagai pengungsi paling tertindas di dunia menurut Badan Pengungsian PBB. Tetapi, ribuan dari mereka sekarang ini ini setidaknya sudah sanggup bernafas lega, usai terombang-ambing di lautan tatkala berminggu dan berbulan-bulan, puluhan mil dari garis pantai Kuala Langsa Aceh, nelayan lokal Aceh seterusnya menemukannya, membawanya ke darat. Hingga hari ini seribu tujuh ratus lebih dari mereka telah merasakan nikmatnya ibadah ramadhan tak bersama konflik atau ancaman sama sekali dari mayoritas Myanmar di Rakhine, tanah lahir mereka.
Sejak itu, Kisah berkaitan ribuan muslim Rohingya yang terdampar di Aceh telah menjadi isu yang terus didengungkan di ribuan komunitas muslim Indonesia. Urusan kemanusiaan mereka sekarang ini menjadi tanggung jawab bersama. Bantuan datang berselang, uluran tangan tetap datang. Tak peduli apa kata perdebatan segelintir masyarakat Indonesia yang punya anggapan Indonesia terlalu baik pada Rohinygya di Aceh. Sebagian dari mereka yang sinis berujar bahwa warga miskin Indonesia konsisten tak sedikit yang terlunta, mengapa harus sedemikian repotnya mengurusi Rohingya?
Perdebatan tak berguna tersebut akhirnya pula hanya memunculkan penyakit busuk dari hati manusia, iri dengki yang mampu mematikan hati, menyiram semua kebaikan pahala. Naudzubillah Min Zalik.
Rohingya setidaknya yakni tamu spesial yang mampu saja sengaja dikirimkan Allah tepat takdirnya di wilayah Aceh Darussalam. Alih-alih dilemparkan kembali ke tengah laut, sikap masyarakat Aceh justru penuh simpati. Mereka bahu-membahu mengumpulkan receh, menggalang sisihan rezeki, demi memberikan penampungan hangat bagi Rohingya di Kuala Langsa maupung Gampong Blang Adoe, Aceh Utara. Penduduk Aceh menjadikan Rohingya yang merupakan lumbung pahala yang amat sangat mulia di bulan ramadhan ini.
Ditilik dari kisah kelamnya, sejarah muslim minoritas Rohingya yang tertindas, tak diakui negara, teraniaya, bahkan terbunuh oleh konflik dgn mayoritas Buddha tentu lah dapat mengundang pilu dan memantik secuil kemanusiaan. Rasa kemanusiaan itulah yang waktu ini sedang menggebu menjadi “virus” baik yang menjangkiti masyarakat Aceh.
Bahkan di pusat peradaban negeri, Jakarta. Sekian Tidak Sedikit minggu dahulu telah berhasil dideklarasikan Komite Nasional untuk Solidaritas Rohingya (KNSR). Sebuah penggalangan tingkat tinggi antar Instansi kemanusiaan dan Lembaga berpengaruh lain di Indonesia. Mereka bersatu padu buat menyiapkan sumber daya terbaik bagi pengelolaan Rohingya.
Lantas, ada di manakah posisi Kita? Dalam golongan pejuang Allah yang menyambut “tamu” Rohingya bersama derasnya aliran harta maupun tenaga utk disedekahkan?
Atau berada dalam golongan apatis yang tetap saja sinis kepada Rohingya?
Sekarang Ini Ini, muslim Rohingya tamu Allah tersebut selain butuh kecukupan pangan saja, tapi serta butuh tenaga, pikiran, rencana, dan dana untuk memberikan pemberdayaan mental, ekonomi, maupun intelektual bagi mereka, biar mampu lebih mandiri. Untuk ketahuan, akibat puluhan tahun tak pernah meraih hak pendidikan yang layak dari negerinya sendiri, jutaan orang dari mereka para Rohingya saat ini masihlah dalam kondisi buta huruf dan minim pendidikan.
Sudah bukan waktunya lagi utk berdebat kusir mempertanyakan Rohingya dengan beraneka ragam macam bagai macam sinisme. Silakan satukan niat dan komitmen di bulan Ramadhan ini. Berkah terbaik dari Allah siap dipetik apabila kita mau menyambut Rohingya dengan tangan terbuka.
Muslim Rohingya baik yang berada di Rakhine, maupun di penjuru negeri ASEAN butuh Kita untuk mengadvokasi, mengawal, menjaga kepentingan, serta mengelola seluruh pengungsi Rohingya. 
(CAL)
Previous
Next Post »
0 Komentar