di tengah hingar bingar penderitaan sesama muslim orang Rohingya yang terdampar di tanah Aceh, nyatanya masih ada sekelumit kisah pilu berkenaan penderitaan kaum papa, kaum tidak berdaya yang hidup ditengah himpitan ekonomi yang makin mendesak. Akibatnya, nyawa menjadi taruhan. Si kecil Balita pula terwas lantaran tak kuat menahan sakit akibat kelaparan dan buruknya asupan gizi yang dia terima sejak muncul dunia. Seperti yang terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak sekian tidak sedikit saat silam.
Dilansir dari laman National Geographic, mengutip pernyataan staf bagian seksi perbaikan gizi, Instansi Kesehatan Provinsi NTT mengemukakan fakta pilu bahwa sedikitnya 11 balita di Provinsi NTT harus meregang nyawa di umur yang amat jejaka akibat gizi buruk dalam jangka dikala 5 bulan terakhir.
Data tersebut didapat dari laporan Instansi Kesehatan di Kabupaten/Kota dalam rentang disaat antara Januari 2015 hingga 31 Mei 2015. 11 balita yang meninggal akibat kasus gizi tidak baik tersebut berasal dari Kabupaten Timor Tengah Utara. Satu Buah Kabupaten yang berada di dekat perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste.
Data yang dihimpun oleh Dinas tekait menunjukkan bahwa dari 330.214 anak balita yang ditimbang di 21 Kabupaten dan 1 Kota di NTT, terdapat sedikit 1.936 balita yang menderita gizi buruk, baik tanpa maupun dengan kelainan klinis.
Seperti yang diketahui, kondisi Indonesia Timur memang lah selagi ini seakan luput dari mata kebijakan yang dibuat para pemimpin di Ibukota. Sulitnya akses jalan juga terpencilnya desa-desa Indonesia Timur dari kemajuan ekonomi dan pembangunan warga yang berdaya, menjadi satu resiko mengapa angka kemiskinan di wilayah Timur Indoenesia terus saja tinggi hingga detik ini.
ditengah pembangunan dan hedonisme penduduk Ibukota yang demikian menggurita, nyata-nyatanya benar-benar lah di pelosok Indonesia bidang Timur tetap ada ribuan anak-anak yang harus menerima kenyataan hidup di tengah marjinalitas tak ada batas.
Ulan Kaunan (9 th) satu orang balita yang tinggal di Kampung Oenanan, Desa Faennake, Kecamatan Bikomi Timor Tengah Utara, meninggal sekian tidak sedikit disaat dahulu dikarenakan status gizi tidak baik dan penyakit ISPA, diare, serta kejang-kejang yang dialaminya sejak lama.
Adapula Lidtuana Palbeno, berusia 22 bulan. Penduduk Desa Nimasi, Kecamatan Bikomi Tengah, Timor Tengah Utara. Lidtuana yang belum genap 2 tahun menyapa dunia harus menerima kenyataan vonis gizi buruk yang dideritanya sejak terlahir. tidak hanya itu, Lidtuana juga divonis terkena virus batuk, pilek, dan panas tinggi. Bayi mungil itu pun sempat menjalani perawatan di RSUD Kefamenanu, namun akhirnya Tuhan bicara lain, Allah memanggil kembali Lidtuana kembali ke Pangkuan-Nya.
Masihkah Kita berdiam diri menonton kenyataan tersebut?
Derita mereka adalah duka kita, Ramadhan merupakan momentum terindah utk menyantuni dan menyelamatkan air mata duka saudara muslimin di seluruh dunia.
Hapus duka mereka yakni ladang pahala bagi kita, bagaimanapun bisnis yang mampu kita lakukan untuk Palestina tetap harus diperjuangkan. InsyaAllah akan bahagiakan akhirat kita.(CAL)
0 Komentar