Sejak 2012 silam, sekian banyak ratus ribu orang Rohingya juga memutuskan tekad untuk keluar dari Rakhine, mencari tanah penghidupan baru di negeri yang menjanjikan, mungkin saja Malaysia, bisa jadi Thailand, atau bisa saja saja Indonesia. Puluhan ribu berhasil menembus kerasnya lautan dalam kekejaman kelompok penyelundup manusia dan tiba di Malaysia, namun ribuan yang lain tetap masihlah terjebak dalam nasib tak baik. Terkatung ditengah lautan, tak bersama makanan, tanpa destinasi. Bahkan dilempar dan diusir kembali oleh tentara penjaga perbatasan laut Thailand, Malaysia, ataupun Indonesia.
Hingga akhirnya, kurang dari sebulan lalu. Ribuan orang Rohingya yang berada dalam sekian perahu tak pantas, diselamatkan oleh nelayan lokal Aceh. Sambutan hangat dan ramah dari masyarakat Aceh seketika menyelamatkan nyawa jumlahnya seribu tujuh ratus jiwa orang Rohingya. Sebagian akbar dari mereka kelaparan, sakit, raut mukanya penuh bersama kesedihan.
Isu orang Rohingya yang diselamatkan penduduk Aceh serta menjadi isu nasional bahkan internasional. Ribuan bantuan dalam bentuk fisik terus mengalir ke Aceh yang diperuntukkan utk orang Rohingya. Namun, bila diselami lagi maknanya, betulkah bersama memberikan ribuan bantuan ke orang Rohingya merupakan kiat paling baik mengatasi masalah mereka?
Setelah tercukupi bersama pakaian, makanan, juga sanitasi yang layak, Sesungguhnya ribuan orang-orang Rohingya di Aceh dan pun di ratusan kamp pengungsian lain di Malaysia hanya butuh satu faktor : pemberdayaan.
Kemandirian mereka yakni kunci mensejahterakan orang Rohingya dalam jangka waktu panjang. Kunci program pemberdayaan inilah yang saat ini sedang dikerjakan oleh kolaborasi kemanusiaan masyarakat Aceh dan penduduk Indonesia, dipimpin serentak oleh Instansi kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT)
Trick perdana adalah dgn menyediakan lahan pertanian mandiri di lebih kurang shelter penampungan Rohingya. Lahan inilah yang nanti harapannya dapat dikerjakan oleh orang Rohingya buat melanjutkan hidup lebih lama lagi di Aceh. Saat Ini sekian tidak sedikit ruangan lahan yang masih ditumbuhi hutan liar di kurang lebih desa Gampong Blang Adoe, Kuta Makmur, Aceh Utara akan dialihfungsikan sebagai bentuk program lahan pertanian mandiri untuk Orang Rohingya
Trik kedua yaitu dengan memberdayakan para perempuan Rohingya untuk memiliki keahlian khusus, seperti menjahit misalnya. ACT melalui kolaborasi pemerintah dan masyarakat Indonesia telah menyetejui utk menyediakan sekian banyak ratus mesin jahit. Rencananya mesin jahit itu akan diletakkan di Balai Latihan Kerja (BLK) milik Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. dalam tempo dekat, ratusan pengungsi perempuan Rohingya di Aceh setidaknya sanggup memiliki kesempatan utk menuntut ilmu menjahit dan produktif berkreasi.
Cara ketiga merupakan dengan mengalokasikan areal persawahan untuk digarap oleh ornag-orang Rohingya. Bersama adanya persawahan yang mandiri, harapannya laki-laki Rohingya bakal bekerja keras mencukupi kebutuhan pangannya. Buat keluarganya sendiri di dalam shelter atau buat dijadikan komoditas dagang dalam dalam tempo lama.
Itulah beberapa cara efektif yang sekiranya menjadi bayangan, secara apa mestinya mengelola program-program efektif yang dapat dikerjakan cepat oleh masyarakat Indonesia dalam komando Aksi Cepat Tanggap pada saudara sesama muslim orang Rohingya. Tamu istimewa dari Rakhine yang didatangkan Allah di Bulan Ramadhan ini sebagai ladang kebaikan.(CAL)
Sumber
0 Komentar