Kisah Derita Anak-anak Rohingya
Kisah pelarian mereka dari Rakhine serta mirip bersama perjalanan menantang nyawa yg dilakukan oleh imigran tidak legal Rohingya yang lain. Bermula dari tangan-tangan para pedagang manusia yg menerima jasa menyelundupkan manusia ke luar dari Rakhine menuju Malaysia via Thailand Selatan bersama upah duit per kepala.
Kisah perjuangan hidup pengungsi Rohingya tidak cuma milik orang dewasa saja. Bersaing sesak dalam kapal & berjuang menjaga nyawa sampai tiba ke area maksud pengungsian pula nyata-nyatanya pula mesti dirasakan oleh ribuan anak-anak etnis Rohingya yg tetap berada dibawah usia.
Yasin namanya, satu orang bocah lelaki Rohingya yg tetap berusia 10 th. ditengah keluguannya, Yasin sudah merasakan derita luar biasa ikut pun dalam pelayaran penuh maut utk ke luar dari Rakhine. Yasin melaksanakan perjalanan seseorang diri mengarungi laut Andaman, tujuannya cuma satu : berjumpa Pamannya yg telah lebih dulu mengungsi ke Malaysia. Yasin merasakan aspek yg mirip bersama saudaranya sesama etnis Rohingya, Beliau tidak tahan dgn segala kesakitan & penindasan dari mayoritas Buddha yg dialaminya di Desanya, di Propinsi Rakhine, Myanmar. Pamannya sudah “membiayai” perjalanan Yasin lewat sindikat jalur penyelundup Manusia seharga 3000 Ringgit Malaysia.
Yasin memaparkan, kisahnya bermula kepada satu buah tengah malam, dirinya sukses diselundupkan ke dalam satu buah kapal penangkap ikan meninggalkan Myanmar dengan beberapa ratus masyarakat dari desanya. Melalui jasa para penyelundup manusia, Yasin & beberapa ratus pengungsi Rohingya lain berada dalam kapal sesak penuh orang. Modal makanan & minum cuma pass utk satu pekan perjalanan. Padahal rute gelap melewati Teluk Andaman yg dilalui Yasin sampai ke Thailand perlu dikala satu bln perjalanan. Selagi sisa perjalanan, makanan & minuman nyaris sama sekali tidak ada, sampai kapal imigran gelap tersebut tiba di pinggir pantai Thailand Selatan.
Sesudah turun dari kapal, Yasin & beberapa ratus pengungsi Rohingya lain ditempatkan di dalam hutan tatkala berminggu-minggu. Bertahap, mereka digiring terjadi kaki melewati hutan menuju Malaysia. Mendaki pegunungan & hutan belantara penuh tantangan sepanjang Thailand Selatan. Bahkan Yasin pernah diselundupkan di dalam truk pengakut sapi. Beberapa Ratus imigran gelap Rohingya tersebut disembunyikan di antara kaki sapi oleh para penyelundup manusia bersenjata. Berjumpa polisi & ada kegiatan kongkalikong antara polisi penjaga perbatasan & para penyelundup manusia.
Sampai hasilnya Yasin tiba di perbatasan Malaysia & ditebus oleh Pamannya buat menghidupi kenyataan baru sbg pengungsi di Malaysia.
Kalau dipandang semakin jauh, bakal ada sangat banyak narasi derita yg dirasakan oleh Yasin & anak-anak seumuran yang lain yg ikut pula dgn gelombang penyelundup Manusia dari Rakhine menuju negara-negara Asia Tenggara. Perjalanan yg mereka tempuh sendirian tidak dengan orang sepuh bukanlah perjalanan yg gampang. Yasin & rekan-rekan seumurannya mesti menyaksikan kenyataan tidak makan tatkala berhari-hari, beberapa orang Rohingya yg sakit & kelaparan bergelimpangan di dalam kapal, bahkan mereka terpaksa mesti menyaksikan saudara sesama etnis Rohingya mati diatas kapal, setelah itu di buang demikian saja ditengah laut.(CAL)
Sumber
0 Komentar