Melihat Ganasnya Jalur Pelarian Pengungsi Rohingya

19.11



Kota Sittwe, Propinsi Rakhine yaitu basis mutlak kamp pengungsian etnis Rohingya di Myanmar. Etnis Rohingya merupakan etnis paling tertindas di dunia menurut catatan UNHCR. Jumlah populasinya menurut PBB berada dalam angka 1.3 juta jiwa, umumnya bermukim di desa-desa kamp pengungsian di Sittwe. Terasing di tanah kelahiran mereka sendiri tatkala puluhan thn terakhir.

Sesungguhnya kisah pilu gelombang pengungsian besar-besar Rohingya bukanlah elemen baru. Minoritas etnis Rohingya yg beragama Islam sudah bermukim di Myanmar sewaktu sekian banyak generasi. Tapi sampai saat ini mereka tetap tidak dianggap juga sebagai penduduk negeri Myanmar. Mereka di lihat sbg pengungsi tidak legal asal Bangladesh. Tidak punyai kewarganegaraan, tidak dengan tugas, dirundung kemiskinan & penindasan dari mayoritas Buddha warga Myanmar.

Kepada 2012 dulu, Konflik agung berlatar agama & etnis antara minoritas Rohingya & mayoritas Buddha di negeri bidang Rakhine Myanmar yaitu pemicu mutlak gelombang akbar eksodus atau pelarian etnis Rohingya ke luar dari Rakhine. Waktu itu, konflik berdarah berujung terhadap 200 penduduk etnis Rohingya tewas & lebih dari 140.000 jiwa diboyong ke kamps pengungsian. sampai sekarang, komune mereka yg tetap di Rakhine berada dalam bayang-bayang penindasan, kemiskinan akut, & penjagaan polisi nomor satu ketat di kamp pengungsian.

Rumitnya dilema hidup yg dialami etnis Rohingya serta hasilnya memaksa mereka buat laksanakan eksodus besar-besaran sewaktu puluhan th terakhir. Pelarian diri dari Rakhine mereka melaksanakan tidak dengan aset apapun, tanpa izin, bahkan tidak sedikit yg terjebak dalam sindikat perdagangan manusia.

Mulanya, kepada kegelapan tengah malam, para mafia penyelundup manusia mengambil imigran pengungsi Rohingya menuju kapal pukat gede yg berlabuh di tengah laut. Bersama banyak kapal penangkap ikan mungil, ribuan pengungsi Rohingya diangkut menuju ke tengah laut. Menghindari penjagaan aparat keamanan. Kapal penangkap ikan mungil rata rata enteng bergerak, tidak terdeteksi oleh polisi laut. Bersama pengawalan awak kapal bersenjata berat, para pengungsi Rohingya dioper di tengah laut menuju kapal gede yg sanggup menampung beberapa ratus bahkan ribuan orang. Usai seluruhnya terangkut di Kapal agung. Jalur penyelundupan pula menyusuri kegelapan tengah malam di Teluk Benggala.

Perahu menuju ke arah hutan di Thailand selatan, yg berbatasan cepat bersama tapal batas Malaysia. Para penjahat penyelundup itupun menahan mereka di dalam hutan hingga ada keluarga atau “pembeli” yg datang membayar duit tebusan mereka.

Diperkirakan sampai hri ini ada banyak kapal pukat akbar yg terombang ambing mengangkut etnis Rohingya. Mereka kehabisan bahan bakar, tidak ada air & makanan selagi berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Sekian Banyak kapal ada yg sukses mendarat di pinggir laut Aceh, Thailand, & Malaysia, waktu ini banyak kapal berisi ribuan pengungsi etnis Rohingya yg sukses merapat di Indonesia & Malaysia itu kembali mengakses mata dunia bahwa ada krisis imigran internasional yg masihlah saja berjalan di dunia mutahir sekarang ini. (CAL)


Sumber
Previous
Next Post »
0 Komentar