Shindake dapat digolongkan sebagai gunung api berjenis Stratovolcano. Shindake menjadi bagian dari jalur panjang Rings of Fire yang membentang di antara jalur tubrukan lempeng dunia, tak terkecuali di Indonesia. Pada 2009 lalu, peneliti mencatat ada sekitar 452 gunung api yang masih aktif dan dapat mengancam Jepang dengan kenyataan bencana gunung meletus tanpa peringatan sama sekali.
Sebelum dua gempa berkekuatan sedang hingga besar menggoyang Jepang pada 30 dan 31 Mei silam, aktivitas seismik di bawah permukaan Jepang nampaknya berada dalam fase pelepasan energi yang masif. Hal ini terbukti dari letusan tiba-tiba sebuah gunung yang berada di satu pulau terpencil di selatan Jepang, pulau Kuchinoerabujima.
Gunung Shindake, satu dari sekian gunung berapi di Jepang, berlokasi di tengah laut selatan Jepang. Jumat minggu lalu (29/5). Shindake tiba-tiba meletus, membuncahkan awan panas setinggi 30.000 kaki ke atmosfer. Dampak awan panas bencana letusan Shindake pun terbang hingga 600 km selatan Tokyo.
Shindake meletus tanpa ada tanda-tanda aktivitas peningkatan aktivitas seismik yang berarti. Nobuaki Hayashi, seorang warga lokal pulau Kuchinoerabujima seperti yang dikutip dari laman sciencetimes.com menceritakan bahwa suara letusan Shindake terdengar amat keras. Tiba-tiba suara ledakan memekakkan telinga 140 orang penduduk lokal yang menghuni Pulau Kuchinoerabujima. Usai ledakan, awan panas berbentuk bunga mawar pun membubung tinggi dari Pucak Shindake.
Kesigapan masyarakat Shindake akan bencana letusan gunung api patut diacungi jempol. Walau para peneliti hanya memberikan laporan bahwa terjadi peningkatan aktivitas vulkanik Shindake 2 minggu sebelum letusan 31 Mei, namun letusan mendadak Shindake sama sekali tak membawa dampak korban jiwa. Seluruh Pulau Kuchinoerabujima dinyatakan telah kosong dan penduduk berhasil dievakuasi tepat beberapa jam sebelum aliran Piroklastik Shindake menerjang Pulau.
Hingga 1 Juni silam, Aliran Piroklastik dari letusan Shindake masih meluncur deras menuruni lereng gunung. Namun seluruh penduduk sudah selesai dievakuasi menjauh dari Pulau.
Beberapa vulkanologis yang berbasis di Jepang menyatakan bahwa letusan Shindake dapat dikaitkan dengan meningkatnya aktivitas Seismik di bawah permukaan Jepang. Korelasi ini pun dibuktikan oleh guncangan gempa besar 8.5 skala richter dan 6.4 skala richter yang menggoyang wilayah Selatan Jepang, sekitar Ogasawara tak lama usai meletusnya Shindake.
Shindake ditilik dari catatan bencana letusannya memang tergolong sebagai gunung api yang aktif. Terakhir Shindake mengeluarkan energi dari dapur kawahnya pada 2014 lalu. Pun serupa dengan kejadian beberapa hari lalu, letusan 2014 pun terjadi tiba-tiba tanpa ada peringatan dini sebelumnya. Akibat letusan mendadak 2014, 63 orang pengunjung taman wisata dan pendaki Shindake tewas tersapu Aliran Piroklastik. (ijal)
Sumber
0 Komentar