Bulan
ramadhan sudah tinggal menghitung hari, kurang dari 9 hari ke depan,
umat muslim di negri kita bakal menyambut datangnya bulan bulan puasa
dengan penuh suka cita. Selayaknya tradisi dan kewajiban utama selama
bulan bulan puasa, puasa menjelma satu hal yang amat ditunggu-tunggu,
rutinitas menahan nafsu dari makan & minum sejak matahari terbit
hingga matahari tenggelam akan bergulir sampai satu bulan penuh.
Secara medis, ibadah puasa memang melepaskan serta atau memangkas risiko terhadap beraneka macam penyakit yang rutin mendera organ tubuh terutama organ pencernaan. Namun nyatanya, puasa yang kagak dijalankan sebagaimana mestinya pun akan mengancam penyakit untuk kambuh di tubuh. Salah satunya adalah penyakit diabetes.
Dalam istilah medis, Hipoglikemi berarti situasi ketika glukosa dalam darah kurang dari 60 mg/dL. Dikala terjadi kondisi Hipoglikemi, maka penderita diabetes diharuskan membatalkan puasanya apabila tak ingin badan semakin lesu serta berujung atas situasi tak sadarkan diri. Biasanya Hipoglikemi ditandai dengan sejumlah tanda seolah-olah keringat dingin, pusing dan lemas di antara waktu tengah hari sampai berbuka, ataupun situasi di mana puncak tubuh berada dalam kondisi idle setelah tak ada sama sekali makanan yang dicerna oleh lambung sampai masuk waktu berbuka.
Secara umum, diabetes terdiri dari dua tipe gejala, ialah Hipoglikemi dan Hiperglikemi. Dua gejala terbilang umumnya meningkat pada pasien yang menjalankan ibadah puasa di bulan bulan puasa. Pemeriksaan medis yang tepat & efektif sepanjang menjalankan ibadah puasa perlu diperhatikan bagi para pengidap diabetes bakal menghindari gejala yang tidak diinginkan.
Sedangkan akibat Hiperglikemi merupakan kondisi dimana kadar glukosa dalam darah meningkat drastis di atas 300 mg/dL. Di bulan ramadhan, hiperglikemi biasanya terjadi sesaat usai berbuka puasa. Menu buka puasa yang berlebihan kaya akan glukosa & makanan manis melainkan minim serat bakalan seketika menimbulkan dampak hiperglikemi. Bisa juga terjadi risiko dosis obat diabetes yang dirampingkan disaat menjalankan ibadah puasa di siang hari.
Dua risiko yang mengancam penderita diabetes selama menjalankan ibadah puasa tersebut kenyataannya memang mengalami peningkatan sewaktu bulan bulan puasa nanti. Seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Dr. Pradana Soewondo, Sp.PD-KEMD, selaku guru besar Fakultas Kedokteran UI seakan yang dilansir oleh portal Kompas.Com yang menyebutkan bahwa akibat hipoglikemi berat meningkat 4,7 kali lipat pada diabetes melitus (DM) tipe 1 & 7,5 kali lipat atas DM tipe 2 semasa puasa ramadhan. Selain itu dampak hiperglikemi berat 3 kali lipat pada DM tipe 1, dengan atau tanpa ketoasidosis, dan 5 kali lipat atas DM tipe 2.
Fakta di atas memberikan ancaman yang serius bagi para pasien diabetes. Oleh sebab itu pemeriksaan berkala di minggu-minggu awal sebelum menjalankan ibadah puasa penting buat dilakukan. 10 hari terakhir menjelang puasa bagai sekarang ini yaitu momen yang tepat demi mendapatkan pemahaman acara perilaku konsumsi makanan & minuman selama bulan bulan puasa & perkiraan pengobatan terbaik. (ijal)
Sumber
Secara medis, ibadah puasa memang melepaskan serta atau memangkas risiko terhadap beraneka macam penyakit yang rutin mendera organ tubuh terutama organ pencernaan. Namun nyatanya, puasa yang kagak dijalankan sebagaimana mestinya pun akan mengancam penyakit untuk kambuh di tubuh. Salah satunya adalah penyakit diabetes.
Dalam istilah medis, Hipoglikemi berarti situasi ketika glukosa dalam darah kurang dari 60 mg/dL. Dikala terjadi kondisi Hipoglikemi, maka penderita diabetes diharuskan membatalkan puasanya apabila tak ingin badan semakin lesu serta berujung atas situasi tak sadarkan diri. Biasanya Hipoglikemi ditandai dengan sejumlah tanda seolah-olah keringat dingin, pusing dan lemas di antara waktu tengah hari sampai berbuka, ataupun situasi di mana puncak tubuh berada dalam kondisi idle setelah tak ada sama sekali makanan yang dicerna oleh lambung sampai masuk waktu berbuka.
Secara umum, diabetes terdiri dari dua tipe gejala, ialah Hipoglikemi dan Hiperglikemi. Dua gejala terbilang umumnya meningkat pada pasien yang menjalankan ibadah puasa di bulan bulan puasa. Pemeriksaan medis yang tepat & efektif sepanjang menjalankan ibadah puasa perlu diperhatikan bagi para pengidap diabetes bakal menghindari gejala yang tidak diinginkan.
Sedangkan akibat Hiperglikemi merupakan kondisi dimana kadar glukosa dalam darah meningkat drastis di atas 300 mg/dL. Di bulan ramadhan, hiperglikemi biasanya terjadi sesaat usai berbuka puasa. Menu buka puasa yang berlebihan kaya akan glukosa & makanan manis melainkan minim serat bakalan seketika menimbulkan dampak hiperglikemi. Bisa juga terjadi risiko dosis obat diabetes yang dirampingkan disaat menjalankan ibadah puasa di siang hari.
Dua risiko yang mengancam penderita diabetes selama menjalankan ibadah puasa tersebut kenyataannya memang mengalami peningkatan sewaktu bulan bulan puasa nanti. Seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Dr. Pradana Soewondo, Sp.PD-KEMD, selaku guru besar Fakultas Kedokteran UI seakan yang dilansir oleh portal Kompas.Com yang menyebutkan bahwa akibat hipoglikemi berat meningkat 4,7 kali lipat pada diabetes melitus (DM) tipe 1 & 7,5 kali lipat atas DM tipe 2 semasa puasa ramadhan. Selain itu dampak hiperglikemi berat 3 kali lipat pada DM tipe 1, dengan atau tanpa ketoasidosis, dan 5 kali lipat atas DM tipe 2.
Fakta di atas memberikan ancaman yang serius bagi para pasien diabetes. Oleh sebab itu pemeriksaan berkala di minggu-minggu awal sebelum menjalankan ibadah puasa penting buat dilakukan. 10 hari terakhir menjelang puasa bagai sekarang ini yaitu momen yang tepat demi mendapatkan pemahaman acara perilaku konsumsi makanan & minuman selama bulan bulan puasa & perkiraan pengobatan terbaik. (ijal)
Sumber
0 Komentar