Rumah Potong Hewan Jazeera di tepi pantai Mogadishu, Pekan siang (27/9) masihlah riuh. Beberapa Ratus penjagal & pencacah kurban sapi & unta Global Qurban tampak sibuk menyembelih, menguliti & mencacah daging. Kepada salah satu pintu masuk tetapi tidak berpintu rumah jagal itu telah berderet tiga truk. Dua truk berukuran tiga perempat, & satu truk ukuran gede. Ketiganya siap mengantarkan daging-dagig kurban ke sekian banyak ruang distribusi Global Qurban ke sekian banyak distrik di Mogadishu & sekitarnya.
Terik matahari serasa serasi cuma sekian banyak m saja di atas ubun-ubun. Menyengat. Namun bagi penduduk Mogadishu yg ikut menolong menaikkan daging-daging kurban ke atas truk, panas siang itu seperti panas biasa saja. Mereka masih semangat. “Ikut ya buat saksikan distribusi. Kita ke kamp pengungsian masyarakat Somalia yg datang dari tidak sedikit pedalaman Somalia,” ajak H. Ali Osman, Direktur Acara Kurban ZamZam Foundation.
Muatan penuh, tiga truk bergerak ke gerbang ke luar Jazeera. Truk tidak sanggup cepat ke luar sebab gerbang yg terbuat dari besi solid itu mesti di buka lalu oleh dua orang yg menyandang senjata. Terkecuali dua orang itu ada pula dua orang penjaga yang lain yg pula menyandang senapan serbu produksi Uni Sovyet itu, seluruh berlabel Avtomat Kalashnikova.
Global Qurban mencoba menanyakan pemandangan itu pada Ogle dari ZamZam, apakah sebebas itu tiap-tiap orang di Somalia menyandang senjata. “Tidak, buat bawa (senjata) itu mesti bisa ijin dari pemerintah. Tak sembarang orang,” menurutnya. Di Luar militer & polisi, pemerintah mengizinkan tenaga sekuriti menyandang senapan serbu & pistol kategori FN. Tapi sangat sering para tenaga sekuriti itu tidak berseragam. amat sering kelihatan sbg masyarakat sipil biasa.
Selepas gerbang, truk pula konvoi menuju Distrik Wadajir. Di sana terdapat satu kamp pengungsi masyarakat Somalia yg berasal dari suku Abgaal, Murosade, Hawadle & Habargidir, sub-suku dari suku Hawiye. Ini salah satu kamp paling besar di Mogadishu, dikenal yang merupakan Kamp Rajo. Buat menuju kamp ini truk mesti meliuk kiri-kanan menghindari jalan bersama aspal terkelupas.
Jalan raya di Mogadishu tidak tidak sedikit yg mulus. Kalaupun mulus rata rata nyaris separuhnya dalam keadaan rusak. Jalan yg keadaannya memang baik cuma ada di pusat kota seperti di sepanjang Anatolia Street, Airport Street atau sekitaran pasar Bakara. Dari jalan penting menuju ke pemukiman penduduk di kota, seluruhnya jalan tidak beraspal. Seluruhnya jalan tanah, berbatu & berdebu. Padahal ini masihlah di ibukota. “Bertahun-tahun berkonflik, lima tahunan saja tak pass utk memperbaiki infrastruktur di kota. Ya seperti inilah,” imbuh Ogle.
Menuju Kamp Rajo, pemandangan di kiri & kanan jalan menyajikan tenda-tenda pengungsi dalam kondisi compang-camping. “Kita tetap masuk ke dalam sana, bukan di sini,” kata Ogle. Semakin ke dalam jumlah tenda makin tidak sedikit. Konvoi truk pula berakhir di satu buah arena lapang yg dikelilingi tenda-tenda pengungsian. Panas matahari makin menyengat, namun disekitar arena lapang para pengungsi justru duduk slow mencangkung. Mereka telah menunggu, dgn tidak mempedulikan sengatan matahari di atas kepala.
Para perempuannya—dewasa & anak-anak, duduk berkelompok sendiri, dgn baju muslimah & jilbab panjang berwarna-warni. Lelaki dewasanya pula mengelompok sendiri, demikian pula bersama anak-anaknya. ga ada satupun dari mereka yg menggunakan penutup kepala demi menghalau sengatan panas. Alih-alih nampak menunggu kehadiran truk mereka seperti nampak sedang berjemur.
Seluruhnya duduk santai & tertib. “Mereka bukan dari distrik kira kira Mogadishu sini, namun dari provinsi-provinsi di tengah & timur Somalia. Jikalau bukan dikarenakan akibat perang saudara atau berkonflik bersama group Islam keras, di sana kehidupan mereka tidak lebih baik,” terang H. Ali Osman, yg nyatanya telah berada di Rajo lebih lalu. Truk mula-mula maju ke tengah arena lapang. Pembagian hewan kurban pula dimulai. Dimulai dari kaum perempuannya yg dipanggil utk berbaris, daging kurban mulai sejak berpindah tangan dari relawan ke para pengungsi wanita. Yg tetap duduk mencangkung sabar menanti panggilan utk masuk ke dalam baris antrian.
Tidak hingga tuntas di Rajo, GQ bergerak ke ruangan lain. Keseluruhan ada 7 distrik yg jadi sasaran distribusi GQ dalam empat hri hajatan kurban di Somalia; Yagshid, Hawlwadag, Waheri, Hodan, Wadajir, Kaxda & Dharkinley. Sebelum Pekan, distribusi GQ menghampiri Kamp Dadap, di perbatasan Somalia bersama Kenya. Tidak Cuma kamp-kamp pengungsi, distribusi Global Qurban pun menyapa anak-anak yatim-piatu & janda-janda korban perang saudara Somalia. Kurban Kamu sungguh membahagiakan mereka. Kurban barokah! [] (bams)
0 Komentar