Menjelang berakhirnya ramadhan, negara ini kayaknya telah mesti siap menghadapi ancaman bencana alam kekeringan & kebakaran hutan. Tubuh Nasional Penanggulangan Bencana lewat rilisannya menghimbau biar warga & pemerintah di daerah bisa memberikan kewaspadaan penuh terhadap puncak masa kemarau yg dapat mengambil resiko kekeringan & kebakaran lahan, serasi usai berakhirnya bln ramadhan ini.
Seperti yg dilansir oleh page CNN, krisis air sebenarnya telah berjalan sejak sekian banyak bln sebelum ramadhan, tapi puncak masa kemarau di thn ini diperkirakan baru bakal berlangsung di antara bln Juli sampai Nopember. Sekian Banyak daerah dilaporkan telah mengalami tidak sedikit kasus kekeringan. Sekian Banyak kasus di Jawa, Bali, & Kepulauan Nusa Tenggara sudah dilaporkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana juga sebagai kasus bencana kekeringan & krisis air.
Di periode Kemarau ini, persediaan air mesti diminimalkan. Pemborosan air yg tak butuh tidak bakal sanggup mencukupi keperluan buat pertanian, minum, perkotaan, & sanitasi.
Tidak Hanya periode kemarau, bencana kekeringan di Indonesia pula diperkirakan bakal semakin diperparah oleh potensi fenomena El Nino. Tubuh Meteorologi, Klimatologi, & Geofisika (Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika) telah sejak bln dulu memberikan peringatan bahwa Indonesia bakal termasuk juga sbg negeri yg terdampak El Nino, atau naiknya suhu permukaan laut yg akan dirasakan mulai sejak bln Juni 2015 sampai puncaknya terhadap Nopember 2015. Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika memprediksi El Nino dapat mengakibatkan kekeringan berkepanjangan yg berakibat terhadap rusaknya produk-produk pertanian seperti padi yg telah memasuki musim panen.
Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika mencatat, bencana kekeringan & fenomen El Nino bakal menghantam dgn resiko yg lumayan berat kepada sekian banyak wilayah di Indonesia, meliputi : Jawa, Bali, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan hinggga Sulawesi Tenggara yg didapati yaitu sentra-sentra produksi padi.
Seperti yg sudah dirasakan dalam sekian banyak pekan terakhir ini, bln ramadhan th ini yg dimulai sejak 18 Juni silam berjalan tidak dengan ada guyuran hujan yg pass berarti. Factor ini mengisyaratkan bahwa masa kemarau benar-benar telah memasuki fase puncaknya sampai Oktober atau Nopember kelak.
Di segi lain, fenomena periode kemarau serta bakal mengambil ancaman lain berupa bencana kebakaran hutan & kebakaran lahan yg diperkirakan kembali membakar kawasan hutan gersang di wilayah Sumatera & Kalimantan. Seperti yg dikutip dari page CNN, berdasarkan pantauan satelit di Sumatera terhadap 3 Juli 2015 dulu, terdapat 2013 hotspot atau titik yg berpotensi memunculkan api. Ialah di Sumatera Selatan (71), Jambi (37), Sumatera Barat (24), Riau (23), Sumatera Utara (23), Sumatera Selatan (9), Lampung (14), Bangka Belitung (4), Aceh (3), Bengkulu (3), & Kepulauan Riau (1).
Kebakaran hutan yg melanda wilayah dekat Kota bakal mengambil efek jarak pandang yg terbatas, mutu hawa yg menurun & termasuk juga dalam ketagori berbahaya kepada indeks standar pencemaran hawa.(CAL)
0 Komentar