Indonesia, sejak sebelum menjadi negeri merah putih pun, tanah air ini sudah berbentuk pulau-pulau. Ada pulau yang besar dengan potensi pertumbuhan maksimal, ada pula pulau kecil di pelosok negeri yang menjadi kawasan perbatasan. Terkucil, terisolir, dan tertinggal dibandingkan pertumbuhan kawasan lain.
Jika wilayah terpencil di Indonesia memilik potensi wisata yang apik, maka hanya tinggal menunggu waktu daerah terpencil tersebut akan meningkat karena faktor sosial budaya, kekayaan sumber daya alam, maupun potensi wisatanya. Namun jika wilayah kawasan perbatasan berada dalam kondisi yang miskin, terbelakang, minim sumber daya maka sekelumit permasalahan pun akan menggunung. Menciptakan duka dan derita yang luput dari perhatian para pemangku kepentingan di Ibukota.
Berikut adalah sekelumit masalah yang menjadi alasan utama mengapa isu seputar tepian negeri ini menjadi masalah darurat yang tetap wajib untuk diperhatikan:
- Kebijakan pemerintah dari masa ke masa belum ada yang berpihak pada kawasan tertinggal dan terisolir
Sejak puluhan tahun pemerintah Indonesia menjalankan kuasanya, ratusan wilayah desa dan kecamatan di perbatasan tepian negeri belum mendapat perhatian yang cukup dari pemerintah. Terbukti dari kebijakan pembangunan yang tak merata, menutup sebelah mata pada wilayah terpencil di pelosok Indonesia. hanya memusatkan pembangunan pada wilayah padat penduduk, mudah akses, dan potensial.
- Masih adanya paradigma ‘kawasan perbatasan sebagai halaman belakang’
Sejak masa lampau, pandangan pengelolaan kawasan perbatasan masih dianggap sebagai “halaman belakang” negeri. Pandangan ini akhirnya terbawa hingga saat ini. Padahal tepian negeri harusnya adalah teras terdepan. Tampak muka Indonesia yang harus dijaga dan dirawat. Tapi justru malah sebaliknya, tepian negeri makin terisolir, makin teringgal dari sisi sosial dan ekonomi.
- Adanya kesenjangan pembangunan dengan negara tetangga.
Banyak wilayah tepian negeri di Indonesia yang berbatasan darat langsung dengan negara tetangga. Kehidupan masyarakat di kawasan perbatasan yang miskin infrastruktur dan ekonomi yang sulit menjadikan kesenjangan yang luar biasa dengan kondisi negara tetangga. Dalam beberapa kasus, kesenjangan ekonomi ini akan melunturkan nasionalisme, menghilangkan rasa keindonesiaan, dan akhirnya mereka di tepian negeri lebih memilih untuk pindah negara ke tetangga sebelah yang lebih baik statusnya.
- Minimnya sarana dan prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana di tepian negeri sangat mengkhawatirkan. Minimnya Jaringan jalan, terbatasnya angkutan perhubungan darat dan laut, hingga nihilnya akses pendidikan, kesehatan dan kebersihan adalah hal yang menjadi pangkal masalah di perbatasan. Mereka akhirnya sulit untuk berkembang, karena tak memiliki keterkaitan sosial maupun ekonomi dengan wilayah lain.
- Tingginya angka kemiskinan dan minimnya angka kesejahteraan
Akibat tak adanya akses sarana dan prasarana yang menjadi tanggung jawab pemerintah, maka kemiskinan dan keterbelakangan menjadi masalah yang terjadi di setiap kawasan tepian negeri. Bukti nyata dapat terlihat langsung hampir di semua sisi perbatasan negeri ini, terutama yang berada di perbatasan Indonesia Timur. Hal ini semakin diperparah dengan adanya faktor penghambat kemajuan yaitu: rendahnya mutu sumberdaya manusia, minimnya infrastruktur pendukung, rendahnya produktifitas masyarakat dan belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam di kawasan tepian negeri.
Lima jenis masalah di atas adalah sebagian kecil dari benang kusut masalah perbatasan. Mereka, saudara di tepian negeri adalah sama-sama Indonesia. Mereka tetap memiliki hak yang sama atas kesejahteraan. Kuncinya hanya satu, solidaritas dan kepedulian Kita bersama untuk merangkul mereka.
Duka dan derita mereka dalam menjalani hidup di tepian negeri adalah duka dan derita kita juga, mari perlahan kita hapus duka mereka. Sedikit saja kepedulian kita akan membahagiakan dan membangun mereka. (CAL)
0 Komentar