Menjelang akhir bulan Ramadhan, potensi bencana kekeringan akibat puncak dari periode kemarau makin menunjukkan gejala nyatanya. Sejatinya, musim kemarau telah mulai sejak menyapa sekian tidak sedikit wilayah Indonesia sejak awal bulan ramadhan dahulu, tapi tak sedikit pihak yang memprediksi, puncak kemarau akan datang usai ramadhan, ialah antara bulan Juli dan November 2015.
Saat Ini, memasuki pertengahan bulan Juli gejala munculnya bencana kekeringan makin terlihat kelihatan, seperti yang dilansir dari laman National Geographic Indonesia, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) mengirimkan rilisan fakta bahwa hampir seluruh Kabupaten/Kota di jabar mengalami bencana kekeringan. Wilayah terparah yang terkena dampak merupakan Kota Bandung, Cirebon dan Karawang.
Sejak awal ramadhan hingga hari ini gejala anomali cuaca yang panas terik di siang hari namun dingin dan kering ditengah tengah malam hari memang jelas menjadi tanda bahwa wilayah Indonesia bersama kiat keseluruhan sedang memasuki fase masa kemarau. Masa kemarau tahun ini diperkirakan bakal cukup banyak membawa angin kering dan suhu panas terik dari arah laut Pasifik di Timur Indonesia. Selama sekian tidak sedikit pekan terakhir, curah hujan pun jarang turun, sekalipun turun hujan hanya sebatas hujan kecil dgn durasi hanya beberapa menit. Pantauan satelit melalui laman Tubuh Meteorologi, Klimatologi, & Geofisika pula menunjukkan gambaran tak ada potensi awan cumulonimbus atau atau kumpulan awan cumulus penyebab hujan di atas langit Indonesia. Hampir semua langit Indonesia selalu dalam kondisi cerah tak bersama awan hujan sama sekali setiap harinya.
Kondisi tersebut pun perlahan membawa ancaman bencana kekeringan, apalagi di wilayah jabar, kerusakan alam yang semakin menggila makin memperparah kondisi daerah resapan air. Seperti yang terjadi di Garut, secara geografis Garut yakni daerah hulu yang menjadi sumber mata air untuk daerah hilir. Tapi ironisnya, waktu ini Garut tak lagi menjadi wilayah resapan air, Garut pula berada dalam potensi bencana kekeringan.
Kalau tetap berada dalam kondisi seperti ini bukan tak mungkin wilayah jabar dapat mengalami kekeringan ekstrem. Bayangkan, untuk wilayah resapan air Hulu seperti di Garut saja sudah kekeringan, padahal Tubuh Meteorologi, Klimatologi, & Geofisika memperkirakan puncak musim kemarau di tahun 2015 terus menunggu di bulan Agustus esok.
Fakta lain dari Kepala Bagian Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan jabar, Uneef Primadi menunjukkan kenyataan sejumlah 2.053 hektar lahan pertanian di jabar telah berada dalam kondisi kekeringan sejak awal bulan Ramadhan lalu. Kekeringan terparah berada di Kabupaten Indramayu sebanyak 759 ha, lalu Subang 339 ha, Garut 218 ha, dan Tasikmalaya 217 ha.
Bencana kekeringan memang lah lah telah berada di depan mata, namun bukan berarti tak dapat dicegah. Pemeliharaan dan penanganan intensif pada sumber resapan air perlu ditingkatkan kembali. Jangan sampai wilayah hijau nan subur di ja-bar justru berada dalam kondisi bencana kekeringan fatal. Naudzubillahi Mindzalik.(CAL)
0 Komentar