Nampaknya kebahagiaan idul fitri tidak akan bisa bersi teguh lama dalam deru nafas masyarakat Gaza, Palestina. Setelah satu th lalu dibombardir habis oleh pasukan bersenjata Israel, warga Gaza menjalani satu tahun terakhir bersama beratapkan langit tak bersama rumah, beralaskan tanah dingin, bahkan nihil ruangan beribadah. Mau tak akan mereka harus rela menikmati hidup dengan penuh keterbatasan, tiap langkah dalam bayang-bayang kungkungan tentara Israel.
Usai lebaran ini pula, kabar baik tetap belum berpihak bagi ribuan masyarakat Gaza. Info berkaitan ide agung bantuan pembangunan rumah dari sejumlah Instansi donor kemanusiaan internasional kembali ditunda, faktor ini disebabkan sebab kebijakan dadakan tentara Israel yang memperketat masuknya aliran bahan bangunan ke dalam Kota Gaza.
Jumlahnya total 18.000 unit rumah hancur total berubah wujud menjadi puing-puing kecil setelah serangan udara, darat, dan laut dari tentara Israel membombardir wilayah Gaza sewaktu 50 hari pada ramadhan thn lalu. Waktu itu, menjelang gencatan senjata, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menjalankan program kemanusiaan kilat di tengah kecamuk perang, mereka mengubah 91 sekolah di Gaza menjadi ruangan penampungan sementara bagi lebih dari 300.000 warga Gaza. Hingga detik ini, penampungan tersebut masihlah ditempati oleh pengungsi yang tak memiliki rumah, beberapa penampungan pun ditutup oleh PBB mengingat keterbatasan dana operasional kemanusiaan yang dimiliki PBB di Palestina.
Hari ini, tetap ada sedikitnya 100.000 ribu masyarakat Gaza yang berstatus yg yaitu tunawisma, tanpa rumah, tak dgn pendidikan, tanpa pekerjaan sama sekali. Jumlah tersebut jikalau dikalkulasikan adalah 5 persen dari total keseluruhan penduduk Perbatasan Gaza yang berjumlah 1,8 juta jiwa.
Dilansir oleh Dream.co.id, Satu Orang warga Palestina yang menyandang tunawisma, Fouad Abu Asser, 54 tahun, dan keluarganya telah memutuskan untuk kembali dari pengungsian di perbatasan Gaza ke rumahnya. Tapi nyatanya, rumah yang ditinggalkannya sejak setahun lalu setelah di serang oleh tentara Israel masihlah berbentuk puing-puing reruntuhan. Padahal Fouad telah mendapat berita bahwa gabungan Dinas kemanusiaan Internasional dapat membangun rumah-rumah yang hancur milik warga Gaza.
Akhirnya, Fouad merasa amat sangat frustasi lantaran kenyataannya tentara Israel masihlah menutup rapat gerbang perbatasan dan mempersulit bersama syarat-syarat ketat utk proses distribusi bahan bangunan. Gagasan bantuan pembangunan rumah dari sejumlah Lembaga donor pula terpaksa mengalami penundaan. Entah sampai kapan?
Akhirnya kini, Fouad dan penduduk Gaza senasib yg lain terpaksa mendirikan rumah seadanya dengan trik apapun yang dapat mereka usahakan. Puing-puing yang masih tersisa mereka manfaatkan buat sekadar membangun atap dan lantai yang layak. Fouad dapat membuat tiga tempat buat tempat tinggalnya dengan keluarga besarnya yang berjumlah 15 orang.
Tak Cuma derita tunawisma, Bank Dunia juga merilis fakta, banyaknya 44 prosen warga Gaza di hari ini yakni pengangguran akibat kecamuk konflik satu tahun lalu.
Sampai kapan penderitaan mereka dapat berakhir?(CAL)
0 Komentar