Setelah dikabarkan terjadi peningkatan gerakan menjadi level paling atas sejak seminggu dahulu, akhirnya Gunung Raung yang berada di perbatasan Bondowoso, Banyuwangi, Lumajang, dan Jember Provinsi jawa timur memuntahkan isi dapur magmanya pada akhir pakan silam.
Letusan Gunung Raung bertipe strombolian. Ciri-ciri letusan strombolian merupakan letusannya kecil namun terus-menerus mengeluarkan material pijar. Selama ini letusan Gunung Raung mampu diprediksi melalui bermacam tanda-tanda gerakan permulaan yang merupakan keluarnya cahaya api, tingginya kegempaan, suara gemuruh, dan adanya embusan asap. Cahaya api dan embusan asap yang tampak diperkirakan merupakan lontaran material pijar.
Terpantau sejak akhir pekan kemarin, debu vulkanik erupsi Gunung Raung telah menyebar hingga radius 20 kilo meter. Bahkan debu vulkanik sempat dirasakan juga oleh warga yang berada di Kecamatan Wongsorejo yang berbatasan serta-merta dengan Kabupaten Situbondo, seperti yang dilansir dari laman Kompas.
Berdasarkan laporan warga penduduk yang tedampak hembusan debu vulkanik Raung, debu yang bertebaran berwarna kehitaman dan agak kasar. Kategori gunung Strombolian yang disandang Raung menyebabkan kategori letusan akan mirip seperti kembang api, dan termasuk dalam tipe minor atau letusan kecil. Karena letusan yang kecil ini diperkiran tak dapat terlalu berbahaya bagi penduduk yang tinggal di kurang lebih kaki Gunung Raung.
Tapi BPBD telah memberikan imbauan kepada penduduk seputar di tiga daerah yang paling sanggup menjadi terdampak letusan utk konsisten tenang dan tidak gegabah dalam mencerna kabar kurang lebih kerawanan Gunung Raung. Tiga daerah yang berpotensi mengalami risiko letusan gunung api Raung adalah Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember. Jumlah jiwa yang terancam mencapai kira kira 139. 382 jiwa. masing-masing sejumlah 115.878 jiwa di Banyuwangi, 1.836 di Bondowoso, dan 21.668 di Jember.
Walau letusan bertipe minor, namun tetap saja suara gemuruh yang dihasilkan dari proses vulkanik di dalam dapur magma gunung setinggi 3.332 mdpl itu sempat membuat khawatir penduduk di tiga Kabupaten sekitar Gunung Raung. Lava pijar pula masih tetap ke luar dari puncak kawah yang makin nampak jelas ditengah tengah malam hari seusai masyarakat kurang lebih berbuka puasa ramadhan. Asap putih kelabu yang tebal bersama ketinggian mencapai 16.000 kaki pun terlihat di puncaknya mengikuti guguran lava.
Terkait dgn suara gemuruh yang pass besar, Kepala Pusat Data Berita dan Humas Tubuh Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan suara gemuruh tersebut berasal dari letusan yang terjadi secara terus-menerus. Seperti yang dikutip dari laman Kompas, Purwo Nugroho menuturkan bahwa suara gemuruh disebabkan karena kawah Gunung Raung dalam dan luas sehingga suaranya menggema. Namun hingga waktu ini, aktivitas vulkanik Gunung Raung masih dapat dikatakan aktivitas minor yang tak perlu terlalu dikhawatirkan.(CAL)
0 Komentar