Seismic Gap di Pesisir Barat Sumatera: Waspada Gempa Bumi Dahsyat
Para ahli bencana meyakini bahwa zona Subduksi Mentawai di lepas pantai Sumatera Barat memiliki perulangan siklus 200 tahunan. Titikmegathrust tumbukan lempeng Eurasia dan Indo-Australia terbentang dari Andaman, Aceh, Nias, Selat Sunda, Jawa, Bali, dan Lombok.
Sejauh ini, titik megathrustAndaman di Aceh sudah melepaskan energi besarnya yang menyebabkan bencana tsunami dahsyat di Aceh 2004 silam, Nias dan Bengkulu pun sudah melepaskan energinya. Tinggal menunggu segmen Mentawai yang masih diam menyimpan tingkat energi yang dahsyat.
Senada dengan kenyataan tersebut, seperti yang dikutip penulis dari portal Liputan6.com, Presiden Geohazard (sebuah lembaga non profit di Amerika yang bergerak dalam bidang pengurangan risiko bencana) Brian Tucker, mengatakan bahwa bukti yang paling kuat untuk prediksi gempa bumi selanjutnya setelah gempa Nepal adalah mengarah ke lepas pantai Sumatera. Energi yang tersimpan di patahan Sumatera bagian barat masih banyak yang berlum terlepas. Pelepasan energinya setara dengan 8,8 hingga 8,9 skala richter.
Jika memprediksi wilayah mana di Indonesia yang berada dalam level kegempaan tertinggi, maka sebagian besar peneliti kebencanaan pasti akan menunjuk wilayah pesisir barat Pulau Sumatera. Pada dasarnya, aktivitas kegempaan memang tak dapat diprediksi. Belum ada ilmu atau alat canggih yang dapat melihat pergerakan lempeng di bawah permukaan bumi sebagai akibat utama yang memicu bencana gempa bumi seismik.
Namun, menilik peta kebencanaan di Indonesia, wilayah pesisir barat pulau Sumatera berada dalam jalur aktif patahan Eurasia dan Indo-Australia. Dua lempeng tersebut setiap harinya masih terus bergerak aktif, melepaskan energi puluhan kilometer ke atas permukaan bumi dengan asumsi skala sekitar 3 hingga 5 skala richter. Jika pergerakan lempeng mematahkan jalur patahan panjang, maka energi yang terlepas dapat mencapai 8 hingga 9 skala richter. Seperti yang terjadi pada patahanmegathrust Andaman, yang retak sejauh 1000 km, tersangka utama pemicugempa dahsyat 9.1 skala richter yang meluluhlantakkan Aceh pada 2004 silam.
Lantas apa yang menyebabkan pesisir barat Pulau Sumatera berada dalam bayang-bayang bencana gempa berskala dahsyat? Adalahseismic gap, atau sebuah titik atau koordinat yang berada dalam jalur seismik aktif, namun sudah sekian lama tidak tercatat oleh seismograf melepaskan energi hasil tumbukan lempeng. Titik semacam ini sebetulnya tidak sedang tertidur, namun berlaku hukum seperti ketapel. Patahan sedang terlipat dan tertarik macam ketapel. Semakin lama patahan terlipat, energi yang terkumpul pun semakin dahsyat. Tercatat, puluhan bahkan ratusan titik di zona subduksi pesisir barat Sumatera masih menyimpan energi bencana gempa bumi dalam skala dahsyat. Salah satu titik patahan yang belum melepaskan energinya selama ratusan tahun adalah titikmegathrust Andaman yang berada di antara Pulau Siberut sebelah barat Pulau Sumatera. (ijal)
Sumber
0 Komentar