Bencana letusan Sinabung pada 2010 seketika membangunkan penduduk yang berada di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Sinabung yang memiliki tinggi puncak 2.460 meter di atas permukaan laut menjadi sebuah ancaman bencana gunung api yang aktif kembali setelah sekian lama tertidur.
Sejak pertama kali bergejolak di tahun 2010, dapur vulkanik Sinabung kembali meletuskan kembali isi perutnya di September 2013, pelepasan energi vulkanik Sinabung masih berlangsung sejak kini. Sudah hampir 2 tahun bencana letusan Sinabung tak menunjukkan gejala usai.
Bahkan, tepat di hari ini 3 Juni 2015, Badan Nasional Penanggulangan Bencana kembali meningkatkan status aktivitas Sinabung menjadi Awas. Sutopo Purwo Nugroho selaku Humas BNPB seperti yang dikutip dari laman Detik.com mengatakan bahwa status Sinabung kembali ditingkatkan di awal Juni ini karena peningkatan aktivitas secara signifikan di dalam dapur magmanya.
Mendengar nama Sinabung, sebagian besar masyarakat negeri ini, terutama yang berada di wilayah barat Indonesia pasti langsung mengenal dan membayangkan letusan gunung yang tak berhenti hingga kini. Dahulu, Sinabung sama sekali tak terdengar namanya, kalah dengan tren hingar bingar diskusi kebencanaan tentang gunung api Krakatau, Merapi, Tambora, Kelud dll. Pada kenyataannya memang Sinabung adalah gunung api purba yang mendadak aktif kembali sesaat setelah menyembulkan awan vulkaniknya pada tahun 2010. Sebelumnya, Sinabung adalah gunung api yang sama sekali tak ada gejala aktivitas vulkanistercatat sejak tahun 1600.
Hampir dua tahun bencana erupsi Sinabung masih saja terus bergejolak hingga kini, fenomena ini diperkirakan oleh BNPB sebagai akibat dari ratusan tahun Sinabung diam tak beraktivitas. Pelepasan energi luar biasa setelah ratusan tahun tidak erupsi setidaknya akan berlangsung lama dan tak dapat diprediksi.
Pergeseran struktur lempeng bawah kulit Bumi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia yang berada di sepanjang pesisir Sumatera bagian barat terus mencari posisi keseimbangannya. Patahan-patahan inilah yang diperkirakan memicu aktivitas dapur vulkanik Sinabung hingga aktif lagi setelah sekian ratus tahun tak beraktivitas.
Hingga kini, tercatat lebih dari 20 ribu orang yang berada di sekitar Sinabung masih bertahan di beragam tenda-tenda pengungsian. Setiap harinya, sejak 2013 hingga hari ini, level Sinabung tak pernah turun dari level 3 atau 4. Sinabung masih bertingkah memicu bencana kegempaan, letusan, dan luncuran awan panas tiada henti.
Bahkan sejak Maret hingga Juni tahun ini, kubah lava terus membuntal berisi jutaan meter kubik lava, dan kemudian runtuh membentuk guguran awan panas. Fenomena ini terus berlangsung hingga kini tanpa ada tanda-tanda berhentinya aktivitas letusan.
Mengutip dari Portal Kompas.com, salah seorang warga desa yang berada di sekitar Sinabung bahkan sampai menuliskan sebuah kalimat ratapan berbahasa Karo di tembok rumahnya: Ate-atendu, Tuhan. Sinabung ampun! Dalam bahasa Indonesia, kalimat tersebut bermakna “Kami berserah padaMu, Tuhan. Sinabung membuat kami minta ampun.” (ijal)
Sumber
0 Komentar