Munculnya Cacing Tanah di Jogja, Pertanda Gempa Bumi?

19.53
Cacing Tanah, Gempa JogjaApakah betul gejala munculnya cacing dalam tanah itu sebagi bukti nyata peningkatan aktivitas seismik terutama di sepanjang patahan Opak yang menjadi biang keladi gempa Jogja 2006 lalu?

Pesan berantai tersebut kemudian memicu keresahan warga Jogja karena peristiwa munculnya cacing tanah dalam kondisi lemas itu pun dikaitkan dengan kejadian serupa sebelum berncana gempa dashyat mengguncang Jogja 2006 silam. “Analisis awal terjadi peningkatan aktivitas tektonik di jalur subduction kidul sana. Akibat terjadi pelepasan energi ke dalam tanah. Fenomena ini terjadi pada 2006 sebelum gempa besar di DIY, khususnya di Bantul sekitarnya. Copas dari sebelah, sekedar info,” berikut sebagian isi pesan tersebut.

Setelah ditelisik, fenomena munculnya cacing tanah itu memang benar adanya. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Dwi Daryanto melihat dengan mata kepala sendiri peristiwa munculnya cacing tanah di sekitar Bantul, seperti yang dikutip dari portal Tribunnews.
Satu hari lalu, Rabu (3/4) sebagian besar warga Kota Yogyakarta dihebohkan dengan pesan berantai yang berisi peringatan waspada bencana gempa besar yang mengguncang Jogja dalam waktu dekat. Ancaman bencana gempa dikaitkan dengan fenomena munculnya cacing yang keluar dari dalam tanah dengan kondisi lemas di sekitar Bantul dan Prambanan.

Namun jika dikaitkan dengan ancaman peningkatan seismik di jalur patahan Opak, Surono Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementrian ESDM menampik hal tersebut. Menurut Surono seperti yang disampaikannya kepada Tribunnews fenomena munculnya cacing di Bantul kemungkinan besar akibat pergeseran musim. Perubahan iklim hujan ke kemarau menciptakan kondisi Pancaroba. Perubahan suhu inilah yang diprediksi membuat banyak cacing muncul ke permukaan tanah.

Surono menambahkan, Kabupaten Bantul pada dasarnya memang menjadi lokasi rawan gempa karena pergerakan sesar Opak yang memisahkan Bantul, Yogyakarta dan dataran tinggi di Wonosari. Pelepasan energi gempa pada 2006 silam merupakan akibat dari perulangan gempa yang menyimpan energi lama setelah gempa Bantul 1943. Surono menyatakan bahwa gempa 2006 memiliki perulangan yang lama, mungkin sekitar puluhan tahun lagi. Saat ini patahan opak memang masih terus bergerak, namun sesar Opak baru 2006 silam melepaskan energinya, kini 2015 waktunya cukup pendek untuk terjadi pelepasan energi besar serupa gempa 2006.

Melalui pernyataan tersebut, setidaknya warga Yogyakarta tak usah terlalu panik dan bertingkah gegabah. Bencana gempa bumi pada dasarnya memang tak dapat diprediksi. Belum ada satupun teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadi pelepasan energi akibat subduksi lempeng bumi. Bencana gempa bumi bukan saatnya lagi untuk ditakuti. Takdir Indonesia yang berada dalam negeri penuh subduksi lempeng sebaiknya disikapi dengan bijak. Kewaspadaan akan bencana gempa bumi tetap harus menjadi prioritas. Karena pada dasarnya bukanlah gempa bumi besar yang mematikan, namun kondisi bangunan buruk yang dibangun tak dalam konstruksi tahan gempa lah yang akan mematikan masyarakat di wilayah terdampak gempa. (ijal)
Sumber
Previous
Next Post »
0 Komentar