Apakah
betul gejala munculnya cacing dalam tanah itu sebagi bukti nyata
peningkatan aktivitas seismik terutama di sepanjang patahan Opak yang
menjadi biang keladi gempa Jogja 2006 lalu?
Pesan berantai
tersebut kemudian memicu keresahan warga Jogja karena peristiwa
munculnya cacing tanah dalam kondisi lemas itu pun dikaitkan dengan
kejadian serupa sebelum berncana gempa dashyat mengguncang Jogja 2006
silam. “Analisis awal terjadi peningkatan aktivitas tektonik di
jalur subduction kidul sana. Akibat terjadi pelepasan energi ke dalam
tanah. Fenomena ini terjadi pada 2006 sebelum gempa besar di DIY,
khususnya di Bantul sekitarnya. Copas dari sebelah, sekedar info,” berikut sebagian isi pesan tersebut.
Setelah
ditelisik, fenomena munculnya cacing tanah itu memang benar adanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Dwi
Daryanto melihat dengan mata kepala sendiri peristiwa munculnya cacing
tanah di sekitar Bantul, seperti yang dikutip dari portal Tribunnews.
Satu
hari lalu, Rabu (3/4) sebagian besar warga Kota Yogyakarta dihebohkan
dengan pesan berantai yang berisi peringatan waspada bencana gempa besar
yang mengguncang Jogja dalam waktu dekat. Ancaman bencana gempa
dikaitkan dengan fenomena munculnya cacing yang keluar dari dalam tanah
dengan kondisi lemas di sekitar Bantul dan Prambanan.
Namun jika
dikaitkan dengan ancaman peningkatan seismik di jalur patahan Opak,
Surono Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementrian
ESDM menampik hal tersebut. Menurut Surono seperti yang disampaikannya
kepada Tribunnews fenomena munculnya cacing di Bantul kemungkinan besar
akibat pergeseran musim. Perubahan iklim hujan ke kemarau menciptakan
kondisi Pancaroba. Perubahan suhu inilah yang diprediksi membuat banyak
cacing muncul ke permukaan tanah.
Surono menambahkan, Kabupaten Bantul
pada dasarnya memang menjadi lokasi rawan gempa karena pergerakan sesar
Opak yang memisahkan Bantul, Yogyakarta dan dataran tinggi di Wonosari.
Pelepasan energi gempa pada 2006 silam merupakan akibat dari perulangan
gempa yang menyimpan energi lama setelah gempa Bantul 1943. Surono
menyatakan bahwa gempa 2006 memiliki perulangan yang lama, mungkin
sekitar puluhan tahun lagi. Saat ini patahan opak memang masih terus
bergerak, namun sesar Opak baru 2006 silam melepaskan energinya, kini
2015 waktunya cukup pendek untuk terjadi pelepasan energi besar serupa
gempa 2006.
Melalui pernyataan tersebut, setidaknya warga
Yogyakarta tak usah terlalu panik dan bertingkah gegabah. Bencana gempa
bumi pada dasarnya memang tak dapat diprediksi. Belum ada satupun
teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadi pelepasan energi akibat
subduksi lempeng bumi. Bencana gempa bumi bukan saatnya lagi untuk
ditakuti. Takdir Indonesia yang berada dalam negeri penuh subduksi
lempeng sebaiknya disikapi dengan bijak. Kewaspadaan akan bencana gempa
bumi tetap harus menjadi prioritas. Karena pada dasarnya bukanlah gempa
bumi besar yang mematikan, namun kondisi bangunan buruk yang dibangun
tak dalam konstruksi tahan gempa lah yang akan mematikan masyarakat di
wilayah terdampak gempa. (ijal)
Sumber
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Komentar