Menjelang memasuki awal bulan suci Ramadhan, kabar bencana suhu panas pun merebak di Arab Saudi. Seperti yang dilansir oleh portal Nationalgeographic.co.id, suhu udara sepanjang bulan ramadhan di sebagian besar wilayah Arab Saudi diperkirakan bahkan mencapai titik tertinggi di dunia, 65 derajat celcius!
Beberapa pekan lalu, dunia dikejutkan dengan kabar duka dari negara India, tepatnya wilayah India bagian selatan. Bencana suhu panas yang menembus hingga 50 derajat celcius telah membawa kabar kematian hingga lebih dari 2.200 jiwa. Kini, bencana suhu panas masih terus terjadi, jumlah korban jiwa warga India pun dikhawatirkan akan terus bertambah mengingat jutaan jiwa di Negara Bagian Andhra Pradesh dan Telangana masih berada dalam garis kemiskinan, tak memiliki tempat tinggal untuk berlindung dari panas bahkan sekadar akses kesehatan yang layak.
Selama ini, banyak masyarakat Indonesia yang memilih menjalankan ibadah Umrah selagi menikmati kekhusyuan dan kesyahduan ibadah ramadhan di Kota Suci Makkah. Kabar peningkatan suhu udara di wilayah Arab Saudi ini setidaknya menjadi sebuah peringatan untuk tetap menjaga kesehatan selama beribadah umrah di Makkah selama bulan Ramadhan.
Seorang pakar cuaca Arab Saudi, Abdul Rahman Mohammed Al-Ghamdi mengatakan kepada portal nationalgeographic Indonesia bahwa suhu udara di tempat teduh di Arab Saudi bisa mencapai 50 derajat celcius, sedangkan suhu udara di tempat terbuka yang terpapar langsung oleh sinar matahari dapat mencapai angka lebih dari setengah titik didih, yaitu 65 derajat celcius.
Terjangan gelombang bencana suhu panas di Arab Saudi dan India ini bukan tak mungkin akan menyapa juga wilayah Indonesia. Secara periodik perubahan musim, menjelang Ramadhan ini memang menjadi permulaan fase musim kemarau di Indonesia. Angin panas dan lembab diprediksi akan menyapa beberapa wilayah langganan kekeringan di Indonesia di masa bulan Ramadhan.
Ancaman dehidrasi dan perubahan mekanisme tubuh akibat aklimatisasi suhu panas secara tiba-tiba mengancam ratusan juta penduduk muslim Indonesia yang menjalankan ibadah puasa di siang hari yang terik.
Mengeluarkan keringat dari pori-pori tubuh merupakan proses alami tubuh untuk mengeluarkan hawa panas dari dalam tubuh ke luar. Namun dalam kondisi tubuh dehidrasi atau kekurangan air maka proses pengeluaran keringat tidak akan keluar. Kombinasi panas tinggi dalam tubuh dan dehidrasi akibat suhu luar yang terik akan menjadi sumber yang mematikan karena kerusakan organ tubuh. Kondisi demikian akan mengakibatkan jantung bekerja ekstra keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh, bahkan aliran darah menuju otak pun akan tersendat. Dampaknya seperti yang terjadi pada sebagian besar korban tewas karena bencana gelombang panas di India. (ijal)
Sumber
0 Komentar