Seolah-olah yang didapati, wilayah risiko tinggi gempa bumi di negara kita tak hanya menjajar sepanjang pantai barat Sumatera hingga pantai Selatan Jawa serta Bali. Ancaman gempa bumi pun mengancam masif di sebagian wilayah Pulau Sulawesi dan Kepulauan Maluku yang ialah jalur sesar aktif lempeng Pasifik, Filipina, & Eurasia. Kesibukan seismik di wilayah ini sampai-sampai menurut penelitian terbaru jauh lebih hidup daripada kesibukan di selatan Jawa dan Pesisir Barat Sumatera.
Gempa medium 7.3 skala richter yang terjadi di penghujung tahun lantas Menjadi contoh aktivitas seismik besar di wilayah ini. Menurut data yang dirilis BMKG, gempa Sulawesi November tahun lantas terjadi dampak subduksi ganda lempeng Laut Maluku.
Pagi itu, Sabtu (15/11) tahun maka, pukul 09.31 jam dinding berdetak atas ritmenya. Sekian detik maka, alarm waspada tsunami berdering hebat di tengah Badan Meteorolgi Klimataologi dan Geofisika. Alarm tsunami �terbangun� oleh guncangan gempa bumi dahsyat yang menderu di wilayah sekitar perairan Manado, Sulawesi Utara serta Maluku. Kala itu, BMKG mencatat gempa bumi bermagnitudo 7.3 patokan richter atas kedalaman 48 kilometer di bawah permukaan bumi mengguncang sebagian besar wilayah Sulawesi Utara. Kota Manado serta Kota Bitung di sebelah tenggara Manado menjabat dua wilayah yang merasakan guncangan paling kencang.
Berdasarkan pada artikel yang dilansir oleh portal nationalgeographic Indonesia, gempa bumi Sulawesi Utara November silam merupakan akibat subduksi ganda lempeng yang berada di Laut Maluku.
Subduksi ganda itu yaitu motif perolehan dari tekanan lempeng Filipina di sebelah Timur Sulawesi Utara, tepatnya di zona laut Halmahera dengan laju penunjaman menggapai 6.7 cm per tahun. Serta penunjaman lempeng Eurasia di sisi barat yang mendesak ke arah timur pada zona Sangihe sebesar 1.7 cm pertahun. Energi yang tersimpan risiko penunjaman lempeng inilah yang tersimpan dan maka tersedak keluar memicu bencana gempa di atas 7 skala richter.
Fakta menunjukkan bahwa wilayah sekitar Sulawesi Utara serta Maluku menyimpan jejak histori kegempaan yang tinggi. Semenjak tahun 1600 sampai-sampai tahun 2007 maka, ada 2.800 kejadian gempa dan 10 tsunami. Gempa & tsunami besar di antaranya terjadi pada 1858, 1889, serta 1939 (nationalgeographi.Co.Id)
Parahnya lagi, tipe patahan yang memicu gempa bumi di wilayah Sulawesi , Maluku Barat, Maluku Timur, serta Gorontalo adalah tipe sesar naik dan berada dalam aktivitas seismik yang dangkal (kurang dari 50 km). Dua alasan inilah yang menjelma dalil utama mengapa bencana gempa bumi di zona Indonesia timur ini amat berpotensi tsunami.
Tetapi, kenyataan ancaman gempa serta tsunami terbilang sepertinya belom Menjadi perhatian khusus bagi masyarakat Kota Manado & sekitarnya. Kewaspadaan dini dari bencana gempa bumi serta tsunami belom menjelma prioritas utama. Hingar bingar simulasi waspada gempa bumi setidaknya sampai-sampai hari ini belom terdengar menjelma perbincangan utama masyarakat Manado. Padahal BMKG mengingatkan bahwa angka magnitudo gempa bumi dangkal di zona Sulawesi Utara bisa mencapai angka 8.1 skala richter, dengan gelombang tsunami efek patahan sesar naik mencapai 15 meter di pesisir Manado & Bitung.
Potensi bahaya tingkat tinggi terbilang sudah seharusnya semenjak detik ini membuat fokus pembinaan bencana bagi penduduk Kota berjuluk Sitou Timuo Tumuo Tou. Ayo lekas sigap hadapi dampak Gempa Bumi! (ijal)
Sumber
0 Komentar