Kisah Sekolah Baru di Tanah Alor, Ketika Sekolah di Perbatasan Negeri itu Perlahan Terwujud

20.01
sekolah-perbatasan-negeri
sejauh ini perbatasan negara senantiasa jadi wilayah diabaikan oleh bermacam gemerlap pembangunan. Selagi berkali-kali pemimpin negara ini berganti, sepertinya tidak ada yg betul-betul mendalami bahwa Indonesia itu terdiri dari ribuan pulau mungil. Ribuan pulau di perbatasan yg butuh pula utk diperhatikan infrastrukurnya. Lebih-lebih bangunan fisik yg difungsikan utk proses menggali ilmu mengajar calon pemimpin bangsa. Seperti kisah berkenaan nihilnya bangunan sekolah di Tanah Alor, Nusa Tenggara Timur.
“Hore, alhamdulillah Kaka, torang miliki sekolah!” teriak Nanda tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya.
Nanda yakni sebahagian mungil dari puluhan peserta didik seumurannya yg sekarang sedang didekap rasa bahagia. Saat itu, Nanda kelihatan memandangi beberapa orang dewasa yg sedang menggali tanah bersama mata berkaca-kaca. Di mata siswi kelas dua Madrasah Tsanawiyah Insan Cita Moru ini, pemandangan di depannya niscaya demikian indah. Lantaran, di atas tanah yg sedang digali oleh beberapa orang dewasa itu, di antara mereka ialah guru-gurunya, nantinya dapat berdiri satu buah gedung sekolah. Ya gedung sekolah baru di wilayah perbatasan Indonesia. Wilayah tertinggal & terpencil yg minim sekali miliki infrastruktur sekolah.
Diawal Mulanya, para siswi MTS Insan Cinta Moru mesti menuntut ilmu dgn menekan rasa malu. Pasalnya, mereka terpaksa menggali ilmu bersama menumpang di sekolah yg bukan milik mereka. Hariati, sohib kelas satu Nanda mengaku malu, karena kerap diejek teman-teman dari sekolah lain.
“Saya malu senantiasa bisa hinaan dari kawan-kawan Sekolah Basic (SD) dahulu, jelasnya kami tidak miliki gedung & lantainya bolong-bolong”, papar Hariati, waktu menonton penggalian pondasi Madrasah Tsanawiah Swasta (MTS) Insan Cita Moru, Desa Pailelang, Kecamatan Alor Barat Daya (Abad), Kab Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Sabtu (15/11). Tidak Cuma tukang bangunan, segenap factor warga, ketua kebiasaan, wali murid, guru, & peserta didik ikut berpartisipasi dalam pembangunan bersama penuh ceria & semangat.
Intan Sari Abdul Kadir, peserta didik kelas dua, serta kelihatan demikian bergembira. Pembangunan sekolah dgn dinding beton ini merupakan jawaban atas doa-doanya. Intan mengaku, tiap-tiap hri berdoa biar sekolahnya langsung miliki gedung sendiri. Intan mengaku tidak tahan dikarenakan tidak jarang dihina oleh teman-temannya dari sekolah lain seperti Hariati, diwaktu mereka bertemu.
“Intan berdoa disaat disaat shalat maghrib supaya punyai gedung baru dgn seng berwarna biru,” ujar Intan.
Hariati, Intan & Nanda dgn peserta didik yang lain serta ikut juga menopang membangun pondasi sekolah, mereka mengangkut batu-batu kali ke lubang pondasi yg sudah digali oleh masyarakat. Di hri Sabtu segala kegiatan menuntut ilmu mengajar memang lah diliburkan guna berikan peluang para peserta didik & guru utk berpartisipasi segera dalam pembangunan sekolah baru mereka.
Tidak ketinggalan Haji Abdul Kadir, Kepala Sekolah MTS Insan Cita Moru ikut menggali, memotong akar pohon yg menghalangi jalur pondasi, bahkan kepala desa Tribur, Nuding Boling, ikut berpartisipasi mengangkut batu. Seolah tidak mau ketinggalan dalam momen bernilai ini.
Sebanyak masyarakat yg ikut bergotong royong pula ikut berpengaruh kepada cepatnya proses penggalian pondasi, menjelang pukul 10.00 WITA telah selesai, tidak hingga tengah hri & terang lebih segera dari ketika yg ditargetkan.
MTS Insan Cita Moru dibangun oleh Tindakan Segera Tanggap (ACT) atas donasi dari Wardah yang merupakan bidang dari Acara Tepian Negara. (act.id)
Previous
Next Post »
0 Komentar