sampai kini, pembangunan di Indonesia itu tidak sempat terlepas dari dilema ketimpangan yg nyata. Hukumnya berlaku seperti ini, lebih jauh dari Ibukota Jakarta, sehingga janganlah harap dapat menemukan infrsatruktur yg baik, lebih-lebih komplit.
Apalagi di wilayah Indonesia Bidang Timur, Papua, Maluku & jejeran pulau di Nusa Tenggara senantiasa jadi anak tiri. Pembangunan infrastruktur yg patut di Indonesia Timur lebih tidak jarang luput & diabaikan oleh pemangku keperluan di ibukota.
Satu faktor yg paling miris yaitu ketimpangan infrastuktur pendidikan, diwaktu standar pendidikan disamakan dari Sabang hingga Merauke, tapi tak demikian dgn keadaan fisik & perlengkapan penunjang pendidikan. Alih-alih minimnya buku pelajaran, buat memperoleh guru saja susahnya minta ampun, bahkan bangunan sekolah yg patut juga nihil.
Wajah pendidikan di Indonesia Timur membutuhkan perhatian serius dari kita, di wilayah ini tidak sedikit ditemukan sekolah yg belum mempunyai bangunan fisik & proses mempelajari mengajarnya masihlah menumpang di sekolah lain. Seperti halnya Madrasah Tsanawiah Swasta (MTs) Insan Cita Moru, Desa Pailelang, Kecamatan Alor Barat Daya, Kab Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Serasa mimpi di siang bolong, sampai aku menangis bukan sedih namun menangis bahagia, lantaran sebentar lagi kami bakal mempunyai gedung sekolah,”ujar Haji Abdul Kadir, Kepala Sekolah MTs Insan Cita Moru terhadap Rabu (11/11).
Menurut Haji Abdul Kadir, ide pembangunan MTs Moru telah di desain sejak th 1959 dulu, lebih dari setengah abad! Bayangkan!
Disaat itu masyarakat lebih-lebih dulu membangun masjid yang merupakan pusat ibadah. Utk isikan jamaah masjid, dibangunlah Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) juga sebagai alat pendidikan. Tapi seiring dikala MTs Insan Cita Moru belum serta mempunyai gedung permanen sendiri dgn beraneka ragam kesukaran.
Alhasil MTs Insan Cita Moru menumpang kepada lokasi Taman Kanak-Kanak di Komplek MIS Babul Jihad, Kelurahan Moru yg keadaan bangunannya serta pass memprihatinkan bersama dinding kayu yg telah mulai sejak bolong & lapuk, sementara lokasi gurunya juga sempit, terbatas & tidak pass menampung guru pun arsip.
Haji Abdul Kadir diakui jadi Kepala Sekolah MTs Insan Cita Moru atas permintaan masyarakat sesudah beliau pensiun sbg Kepala Sekolah di SMP Negara Buraga, Kab Alor. Jiwa satu orang pendidik & pengabdiannya kepada pendidikan generasi jejaka menciptakan Haji Abdul Kadir bersedia jadi Kepala Sekolah. “Impian aku menjadikan peserta didik MTs Insan Cita Moru ini nanti juga sebagai sekolah percontohan, siswanya top minimal dapat diandalkan dua bahasa, Inggris & Arab,” ujarnya.
Proses pembangunan MTs Insan Cita Moru bakal dilaksanakan kepada hri Sabtu (14/11) sesudah dilakukan jumpa wali murid, masyarakat & pemangku keperluan dgn Perbuatan Langsung Tanggap (ACT) selaku pelaksana acara dukungan donasi dari Wardah juga sebagai paket acara Tepian Negara. (act.id)
0 Komentar