Pergantian
iklim global, ataupun kondisi nyata di mana bumi Menjadi makin panas.
Jamaknya dikenal berlimpah orang selaku istilah Pemanasan Global atau
Global Warming. Setelah 15 tahun beranjak dari permulaan abad 21, survei
terbaru membuktikan bahwa hampir 80 persen orang di segenap dunia
merasakan kekhawatiran yang berlebih risiko ancaman bencana perputaran
iklim global, artinya milyaran masyarakat di segenap dunia mengatakan
satu suara yang serupa: seluruh negara di dunia harus menegaskan kembali
peranan mereka terhadap krisis iklim global.
Kini, marak fakta memang pertanda bahwa Bumi yang kita tinggali saat ini berada dalam situasi yang semakin buruk. Dampak masif pemakaian dan eksplorasi tanpa henti dari energi fosil semacam minyak serta batu bara telah menyebabkan kekacauan polusi yang tak dapat dikontrol.
Imbasnya terjadi dampak rumah kaca, yaitu berkumpulnya emisi karbon dioksida di ujung atmosfer. Bumi pun makin panas sebab energi panas sebagian besar tak dapat dipantulkan lagi ke luar atmosfer dampak tertahan awan serta gas Co2. Akibatnya yaitu meningkatnya suhu bumi serta perputaran iklim yang amat ekstrim di semuanya belahan bumi.
Contoh fenomena-fenomena bencana cuaca terbilang telah nampak terperinci di depan mata. Beberapa belahan bumi yang gersang & bersuhu panas menciptakan semakin gersang dan menjangkau titik panas ekstrem 40 hingga 50 derajat celcius seakan yang terjadi di India beberapa waktu lalu. Lalu ada juga kejadian sebaliknya, menurunnya menurut drastis suhu demam isu dingin di diantara negara Eropa & amerika serikat bahkan sampai menggapai angka minus 20 derajat celcius.
Di negri kita sendiri, perubahan iklim telah memicu bencana kekacauan cuaca yang aneh. Di wilayah zona-negara sepanjang khatulistiwa menjelang fase masa-masa memasuki Kemarau justru justru terjadi hujan lebat & angin kencang yang tak menentu.
Tak sekedar menyebabkan mencairnya lembah-bukit es besar di daerah kutub & menyebabkan naiknya permukaan air laut, namun jua menyebabkan rusaknya keseimbangan iklim. Animo panas yang ekstreme, kemarau yang berkepanjangan, musim dingin yang jauh di bawah titik 0 derajat, sampai-sampai hujan badai yang tak berhenti.
Kini, pemanasan global yang memicu bencana cuaca ekstrim memang masih akan terus terjadi semasa tak ada komitmen global demi memangkas dampak pemakaian gas karbon.
Kini, marak fakta memang pertanda bahwa Bumi yang kita tinggali saat ini berada dalam situasi yang semakin buruk. Dampak masif pemakaian dan eksplorasi tanpa henti dari energi fosil semacam minyak serta batu bara telah menyebabkan kekacauan polusi yang tak dapat dikontrol.
Imbasnya terjadi dampak rumah kaca, yaitu berkumpulnya emisi karbon dioksida di ujung atmosfer. Bumi pun makin panas sebab energi panas sebagian besar tak dapat dipantulkan lagi ke luar atmosfer dampak tertahan awan serta gas Co2. Akibatnya yaitu meningkatnya suhu bumi serta perputaran iklim yang amat ekstrim di semuanya belahan bumi.
Contoh fenomena-fenomena bencana cuaca terbilang telah nampak terperinci di depan mata. Beberapa belahan bumi yang gersang & bersuhu panas menciptakan semakin gersang dan menjangkau titik panas ekstrem 40 hingga 50 derajat celcius seakan yang terjadi di India beberapa waktu lalu. Lalu ada juga kejadian sebaliknya, menurunnya menurut drastis suhu demam isu dingin di diantara negara Eropa & amerika serikat bahkan sampai menggapai angka minus 20 derajat celcius.
Di negri kita sendiri, perubahan iklim telah memicu bencana kekacauan cuaca yang aneh. Di wilayah zona-negara sepanjang khatulistiwa menjelang fase masa-masa memasuki Kemarau justru justru terjadi hujan lebat & angin kencang yang tak menentu.
Tak sekedar menyebabkan mencairnya lembah-bukit es besar di daerah kutub & menyebabkan naiknya permukaan air laut, namun jua menyebabkan rusaknya keseimbangan iklim. Animo panas yang ekstreme, kemarau yang berkepanjangan, musim dingin yang jauh di bawah titik 0 derajat, sampai-sampai hujan badai yang tak berhenti.
Kini, pemanasan global yang memicu bencana cuaca ekstrim memang masih akan terus terjadi semasa tak ada komitmen global demi memangkas dampak pemakaian gas karbon.
Hasil studi terbaru yang dilakukan oleh NOAA semacam yang dilansir oleh jurnal sains AAAS dan Science pada awal Juni lalu menyebutkan bahwa pemanasan global tetap tak pernah menawarkan pengurangan efeknya semenjak pertengahan abad 20. Gosip tentang melambatnya pemanasan global ialah isu hoax yang tak didasari pada data yang memadai.
NASA diantara tempo silam pun pernah menyebutkan fakta bahwa suhu udara menurut global telah mengalami peningkatan 1.7 derajat sepanjang satu abad terakhir. (ijal)
Sumber
0 Komentar