Sudah kian sebulan ini gosip mengenai komunitas terabaikan Rohingya menyeruak ke dalam perbincangan masyarakat sehari-hari. Kini Rohingya seolah-olah menjelma komunitas paling utama dalem headlines yang berada dalam kumpulan pengungsi serta pencari suaka. Memang miris rasanya, melihat sejarah serta kisah pilu di balik perjuangan mereka melintasi Samudera Hindia. Menyabung nyawa sekedar demi melarikan diri dari hinaan & tindakan keji masyarakat Myanmar.
Hingga kini, pemerintah Indonesia melalui Kementerian luar negeri memang sudah mengambil keputusan atas dasar kemanusiaan. Pemerintah berjanji akan menampung ribuan orang komunitas Rohingya serta lebih dari 10.000 ribu orang pencari suaka serta pengungsi dari etnis lain asal Afghanistan, Suriah, Irak, dan Iran bakal ditempatkan di lokasi penampungan sementara di salah satu lokasi di Indonesia, setidaknya hingga satu tahun ke depan atau sampai-sampai ada zona ketiga yang pengen menampung & mendapatkan pencari suaka terbilang sebagai warga negara.
Kini ribuan pengungsi Rohingya berada dalem tempat aman dan setidaknya sedikit makin manusiawi di tengah komunitas muslim Aceh serta perhatian lembaga kemanusiaan multinasional. Namun pertanyaan kemudian muncul, kemana kah zaman depan & kasus krisis pengungsi Rohingya ini bakal berujung?
Tetapi sepertinya, diperkirakan nasib krisis pengungsi dan pencari suaka ini akan berjalan lebih lama dari satu tahun, mengingat sampai kini belum ada sama sekali zona yang bergeming untuk menampung para pengungsi yang terusir dari bangsanya sendiri itu.Terlebih, buat kasus Rohingya, hingga detik ini Myanmar masih meraih keputusan menolak dengan tegas komunitas Rohingya.
Seharusnya, dilema pengungsi serta pencari suaka ini bukanlah tanggung jawab Indonesia atau Malaysia semata selaku dua zona yang memang bersikap terbuka menawarkan penampungan sementara bagi para pengungsi Rohingya. Indonesia tak bisa buat terus bergerak sendiri menyelesaikan masalah pelik ini apabila tak pengen terjadi social gap.
Kecemburuan sosial antar para pengungsi Rohingya serta masyarakat Aceh dicemaskan pun akan memicu konflik lain di maka hari. Pasalnya puluhan lembaga kemanusiaan & lembaga pemerintah sampai saat ini seperti menunjukkan pelayanan nomor satu bagi pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh, padahal di sekeliling Aceh masih marak Warga zona Indonesia yang berada dalem situasi melarat pun membutuhkan bantuan serupa.
Perlu adanya tekanan langsung dari komunitas masyarakat ASEAN untuk mencari solusi paling adil atas masalah bencana kemanusiaan ini. Bilamana memang akhirnya Pemerintah Indonesia memutuskan memperlihatkan satu pulau kecil untuk ditempati oleh para pengungsi ini, sudah tentu dipikirkan matang-mateng peluang konflik antar etnis yang akan timbul di hari nanti. Jangan sampai masyarakat lokal marjinal yang masih tersudutkan dalam kemiskinan di pelosok negeri masih doang terabaikan serta merasa iri terhadap komunitas Rohingya asal Bangladesh ini. (ijal)
Sumber
0 Komentar