Baru saja beberapa hari lalu, segenap warga Yogyakarta mengenang kisah kelam 9 tahun tragedi bencana gempa bumi yang mengguncang pada 27 Mei 2006. Gempa sedang berkekuatan 5.9 skala richter berubah menjadi bencana mematikan akibat masa ng terjadinya gempa yang mengguncang di waktu subuh kala sebagian besar warga Yogyakarta sedang tertidur pulas. Lima ribuan jiwa tewas tertimbun rumah. Membawa pelajaran berharga bagi segenap warga Yogyakarta.
Waspada dan aktif melakukan mitigasi bencana gempa bumi menjadi pilihan utama yang bisa dilakukan oleh seluruh masyarakat Yogyakarta yang hidup dan melakukan bermacam aktivitas di sepanjang zona rawan risiko bencana gempa.
Peristiwa munculnya cacing dari dalam tanah pun sesungguhnya tak perlu menjadi keresahan yang berlebihan. Terkadang binatang memang memiliki insting yang kuat sebelum terjadi bencana alam, namun keresahan yang membabi buta jelas tak akan menjadi jawaban terbaik untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana gempa bumi. Kesiapsiagaan dan mitigasi tetap lah menjadi kunci yang paling utama.
Kini, tepatnya sehari lalu (3/6) warga Yogya kembali dihebohkan oleh pesan berantai yang menyatakan bahwa ada cacing-cacing tanah yang keluar ke permukaan tanah di wilayah Bantul. Sontak kabar ini pun menjadi heboh karena dikaitkan dengan fenomena serupa munculnya cacing dari dalam tanah dalam jumlah banyak tepat beberapa hari sebelum gempa hebat 5,9 skala richter 2006 silam.
Jika ditilik dari fakta fenomena gempa bumi satu minggu terakhir di Kota Yogyakarta, Kasie Data dan Informasi Badan Meterorologi, Klimatologi, dan geofisika (BMKG) DIT, Teguh Prasetyo membenarkan bahwa gempa kecil memang sedang sering terjadi di bawah permukaan tanah Yogyakarta. Seperti yang dikutip dari lama Liputan6.com, Teguh menyebutkan ada setidaknya tiga gempa kecil yang mengguncang Jogja sejak minggu terakhir Mei 2015.
Pertama terjadi pada Kamis, 28 Mei 2015,. Gempa yang dicatat Seismometer berkekuatan 3.4 skala richter mengguncang wilayah timur Sesar Opak, Wonosari, Gunungkidul di siang hari.
Kedua, terjadi gempa sedang berkekuatan 4,9 skala richter yang dirasakan oleh penduduk Kabupaten Bantul dan Gunungkidul pada 31 Mei 2015
Terakhir, pada 1 Juni 2015, getaran tektonik terekam pada alat seismograf di angka 2,9 skala richter pukul 05.15 pagi hari pada kedalaman dangkal 10 km di bawah permukaan bumi dengan episentrum sekitar 16 KM tenggara Kabupaten Bantul.
Seperti yang diketahui, Sesar Opak adalah jalur patahan di mana lempeng Eurasia dan Indo-Australia saling bersubduksi satu sama lain.
Terkait dengan fenomena gempa kecil tersebut, Teguh menjelaskan bahwa gempa kecil tak perlu ditakuti. Pergerakan lempeng sejatinya memang akan melepaskan energinya. Kenyataannya energi pergeseran lempeng lebih baik memang dilepaskan perlahan menjadi gempa kecil, daripada patahan terkunci dan menyimpan energi besar seperti besaran energi yang terlepas pada gempa 2006 silam.
Jika sesuai dengan prediksi, tiga gempa yang terjadi dalam waktu yang berdekatan itu terjadi akibat perubahan posisi keseimbangan di sepanjang jalur Sesar Opak. (ijal)
Sumber
0 Komentar