Ternyata Gempa yang Mengguncang Membramo Papua Mirip dengan Gempa Nepal

21.02
Tetap ingat dgn kejadian bencana gempa bumi yang mengguncang Membramo, Papua kepada akhir Juli dahulu? Gempa berkategori besar dan dangkal itu saat ini hanya menyisakan keberuntungan mengingat gempa hanya menyebabkan kerusakan dan korban meninggal yang sedikit. Laporan sementara dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Tubuh Nasional Penanggulangan Bencana) menyimpulkan hanya ada 1 korban jiwa, 4 bangunan rusak ringan, dan 1 bangunan rusak berat.

Seperti yang didapati, gempa besar Membramo akhir Juli dahulu memiliki episentrum di daratan, namun sebab wilayah Membramo tetap menjadi satu wilayah di Papua yang amat sangat sedikit penduduknya bahkan hanya terdiri dari hutan lebat dan lembah pula pegunungan megah, risiko kepada bencana gempa akbar itu tidak terlalu berdampak besar.
Namun ternyata, andaikata gempa Membramo Papua itu berlangsung di wilayah yang padat masyarakat seperti di Biak Numfor, Wamena, atau Jayapura, efek gempa akan begitu mematikan. Serupa bersama gempa Nepal.

Mengapa serupa dgn Nepal? Dikutip dari laman National Geographic, Irwan Meilano selaku pakar tektonik dari Research Center for Disaster Mitigation (RCDM) Institut Teknologi Bandung (ITB) mengemukakan gempa Membramo Papua pekan lalu berpusat di daratan. Episentrum gempa yang terletak di darat semakin menambah akbar resiko guncangan yang ditimbulkan, apalagi gempa Membramo itu termasuk kategori dangkal, hanya 49 kilo meter kedalamannya.

Sementara itu, bentuk sesar gempa atau patahan yang berada di sekitar membramo itu sesar naik, kalau gempa sebesar 7,2 skala richter itu berjalan di lokasi yang padat penduduk seperti Gempa Nepal sekian tidak sedikit bulan dahulu, jumlah korbannya setidaknya dapat mencapai ribuan jiwa.

Dipandang dari potensi kegempaannya, wilayah Papua memang lah menjadi satu wilayah di Indonesia yang amat sangat rawan gempa. Bahkan potensinya lebih berbahaya dan lebih sering berjalan ketimbang dengan wilayah rawan gempa sepanjang pesiri barat Sumatera hingga selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Bila di wilayah Indonesia sektor barat potensi gempa berasal dari pergerakan subduksi lempeng Australia dan lempeng Eurasia, sedangkan gempa di Papua dipengaruhi oleh pertemuan lempeng Australia yang bergerak menubruk lempeng Pasifik. Kecepatan lempeng Australia di Papua ini 7 cm/tahun ke utara dan lempeng Pasifik bergerak terhadap kecepatan 12 cm/tahun ke barat-selatan. Hampir dua kali lipat kecepatan pergerakan lempeng di sepanjang Sumatera dan Jawa, Bali, NTT.

Potensi gempa di Papua semakin jelek ditambah pula dgn struktur patahan tektonik yang tak sesederhana yang dibayangkan. Dilansir dari laman National Geographic, patahan di Papua terdiri dari lempeng-lempeng mikro. Misalnya ada yang disebut pula yang merupakan blok Biak, blok Membramo, blok Wamena, dll.

Lempeng mikro itu terdesak ke utara dan selatan akibat pengaruh Australia dan Pasifik. Akibatnya, terbentuk lipatan-lipatan di daratan Papua seperti jalur anjak Mamberamo (Mamberamo Thrust Belt) yang memicu gempa pada pekan lalu.

Jadi, sebetulnya Papua hanya sedang beruntung lantaran gempa bumi yang berlokasi di daratan, episentrum dangkal, dan gerakan sesar naik, pun karakteristik Membramo Thrust Belt yang cenderung merusak serupa bersama karakter gempa mematikan yang mengguncang Nepal sekian tidak sedikit bulan dahulu.

Elemen kegempaan yang sangat aktif namun penduduk yang masih jarang setidaknya membawa Papua serta juga sebagai wilayah yang ideal sbg surga wawasan bencana. Perkembangan riset kegempaan di Papua harus segera dikebut sebelum investasi pembangunan semakin marak.(CAL)
Sumber
Previous
Next Post »
0 Komentar