Bencana Kekeringan Berpengaruh Besar pada Kesehatan Mental Manusia
Tatkala lebih dari setengah musim bln di thn 2015 ini kelihatannya bakal dilewati oleh sebahagian gede penduduk Indonesia dalam fase kamarau. Sampai hri ini, diprediksi bencana kemarau sudah berlangsung nyaris mencapai puncaknya. Seandainya ditotal, lebih dari 80% wilayah di Indonesia berada dalam kekeringan akut. Imbasnya, ada jutaan penduduk Indonesia berada dalam keadaan derita berkepanjangan.
Belum lama ini, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Amerika Serikat, rilis suatu fakta yg menunjukkan bahwa bencana kekeringan berkepanjangan nyatanya punyai pengaruh gede terhadap kesehatan fisik & mental manusia.
Seperti yg ketahuan, bencana kemarau panjang yg berimbas kepada kekeringan ekstrem punyai korelasi atau jalinan agung dgn derita panjang penduduk yg terdampak. Lebih-lebih, thn ini kasus kekeringan di Indonesia menyasar kepada kesejahteraan petani & warga kelas ekonomi rendah yg berprofesi juga sebagai penggarap ladang.
Bagi terhadap petani, air yaitu elemen yg amat mutlak yg tidak mampu dipisahkan dari rutinitasnya menjaga komoditas taninya. Air yg dialirkan dari waduk atau sungai bakal automatis mengairi ladang & sawah tetap menerus tiap harinya. Tapi sekarang ini, bencana kekeringan yg berkepanjangan sudah mengubah adat mereka jadi makin berat. Pasokan air dari waduk & sungai menyusut bahkan mengering, maka mereka terpaksa mencari sumber air lain yg jauh jaraknya, bahkan terpaksa membeli dari pengecer air bersih yg jual air dalam jerigen-jerigen.
Apabila tidak bisa mencari sumber air & membeli air bersih, sehingga cuma tatapan kosong & derita yg sanggup merasakan kala menyaksikan bibit & tanaman padi atau umbi-umbian yg mereka tanam hasilnya mati kekeringan.
Keadaan serba susah seperti itu juga mesti menciptakan petani memutar otak & memakai cara-cara susah buat meraih air sampai ke titik terjauh & tersulit. Bayang-bayang tidak sukses panen atau puso lantaran tanaman terkena infeksi hama & mati kekeringan jadi pilihan terakhir yg susah utk mereka bayangkan. Lantaran, kerugian yg mesti mereka tanggung apabila lahan pertanian mereka tidak sukses panen dapat mencapai belasan sampai puluhan juta rp.
Aspek itulah yg jadi penyebab penting kenapa bencana kekeringan akan beralih jadi pemicu ekstrem tingkatan stress yg tinggi & rasa cemas yg berlebihan. Kasus bunuh diri diprediksi dapat meningkat seiring bersama musim lamanya bencana kekeringan terjadi. Makin lama atau panjang kekeringan melanda dapat berimbas terhadap rasa putus asa & bangkrut lantaran masalah keuangan yg membelit akibat tidak sukses panen.
Seperti yg dikutip dari page National Geographic, penelitian CDC sudah menunjukkan fakta nyata adanya peningkatan kasus bunuh diri di antara orang yg tinggal di daerah pertanian selagi periode kekeringan. Mirisnya lagi, riset tersebut akan digeneralisir di semua dunia, simpulannya : bencana kekeringan punyai pengaruh akbar terhadap penyimpangan tabiat mental & risiko kejadian bunuh diri. (CAL)
Sumber
0 Komentar