Terbukti, Bencana Kekeringan Masa Lampau telah Runtuhkan Peradaban

19.52
Percaya atau tidak, nyatanya bencana kekeringan yang kini merata melanda di Indonesia bahkan juga dunia bukanlah sebuah elemen yang aneh bagi peradaban umat manusia. Kekeringan sejatinya ialah fenomena alamiah yang rutin terjadi setiap beberapa periode. Disebabkan oleh tak sedikit sekali hal, terutama faktor perubahan cuaca dan pergerakan unsur alam seperti angin, laut, atmosfer, dan tentu saja sebab ulah manusia itu sendiri.

Pernahkah Anda membayangkan seperti apa dahsyatnya bencana kekeringan periode dahulu berabad silam? Buat didapati, kepada kurang lebih 3200 thn lalu atau sekira 1000 tahun lebih Sebelum Masehi (SM) ada catatan berkenaan runtuhnya sebuah peradaban kuno nan legendaris. Bukan hanya satu, tapi sekian tidak sedikit peradaban di pesisir pantai timur Mediterania.

Seperti yang dikutip dari artikel di laman National Geographic, satu buah studi tentang partikel serbuk sari purba dari sedimen yang membeku di dasar laut Galilee, Israel, telah memecahkan misteri berkenaan hilangnya peradan tersebut.

Kerajaan Hittite, Mesir di bawah kuasa para Pharao, budaya Mycenae di Yunani, kerajaan penghasil tembaga yang terletak di Pulau Siprus, emporium perdagangan akbar dari Ugarit di pantai Suriah, kota Kanaan yang berada di bawah hegemoni Mesir, menghilang. Hanya kurun saat sekian tidak sedikit saat, digantikan kerajaan-kerajaan wilayah zaman besi, termasuk juga pun Israel dan Yehuda.

Apa yang menyebabkan hilangnya peradaban makmur nan legendaris di sekitar mediterania tersebut hanya dalam beberapa diwaktu saja? banyak dalil telah meyakinkan bahwa peperangan, wabah penyakit, dan bencana alam mendadak, semuanya telah didalilkan sebagai penyebab yang barangkali atas lenyapnya peradaban-peradaban tersebut.

Namun nyata-nyatanya, satu orang periset di Institut Arkeologi di Universitas Tel AvivIsrael Finkelstein berhasil menemukan bukti kuat tentang penyebab hilangnya peradaban-peradaban itu. Finkelstein dan rekan-rekannya meyakini penyebab utama dari kehancuran peradaban pada zaman perunggu itu yaitu : Bencana Kekeringan.

Contoh serbuk sari yang diambil dalam rentang waktu cukup lama, merupakan hingga 40 tahun proses riset dapat memantau perubahan vegetasi pada 1000 abad lebih Sebelum Masehi. Serbuk sari yakni ‘sidik jari ‘ dari tanaman. Mereka teramat membantu dalam rekonstruksi vegetasi alami kuno dan kondisi iklim masa dahulu.

Berdasar simpulan penelitian, seputar kurun dikala 1250 SM, para ilmuwan melihat penurunan tajam pada vegetasi pohon ek, pinus, dan pohon carob serta sbg flora tradisional Mediterania di Zaman Perunggu Akhir. Namun adanya peningkatan tipe tanaman rata-rata ditemukan di daerah gurun semi kering.

Ada juga penurunan dalam jumlah akbar terhadap pohon zaitun, perihal ini yakni indikasi bahwa hortikultura itu semakin menyusut. Semua tanda-tanda menunjukkan bahwa wilayah itu dalam cengkeraman kekeringan yang terjadi bersama trick teratur dan berkelanjutan.

Imbasnya ialah satu buah suksesi atau rangkaian kekeringan parah selama 150 tahun dari periode 1250 SM hingga lebih kurang 1100 SM. Simpulan itu dipercayai yg adalah dikala yag cukup tepat dikarenakan berasal dari sampel inti yang dibor ke dalam sedimen di dasar laut Galilee. Inti bor diperpanjang 18 meter ke dasar laut dan melintasi beraneka ragam ragam sedimen yang diendapkan selama 9.000 thn terakhir. Namun, Finkelstein dan timnya hanya memfokuskan terhadap rentang musim 3200 SM dan 500 SM. Tahun di mana berlangsung kejadian aneh runtuhnya beraneka peradaban di pesisir mediterania.

Jika memang lah betul terbukti, dahsyat betul efek bencana kekeringan bagi satu buah peradaban. Konsisten waspada dan arif serta dalam melihat gejala alam.(CAL)
Previous
Next Post »
0 Komentar