Dampak El-Nino th. 97-98: Catatan Bencana Kekeringan Terparah di Indonesia
Sampai hri ini, efek kuat potensi El-Nino masihlah amat terasa di sebahagian akbar wilayah Indonesia. Terhadap dasarnya fenomena El-Nino benar-benar tidak sanggup dihindari. Tapi, Tubuh Meteorologi, Klimatologi, & Geofisika (Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika) berujar bahwa bersama technologi & metodologi yg lebih baik, Indonesia mampu mengantisipasi & bersiap lebih dini & matang dalam menanggapi El Nino.
Disaat memasuki gejala El Nino, aliran massa uap air dari Indonesia mengalir ke Samudera Pasifik, akibatnya berlangsung pengurangan pasokan uap air di wilayah Indonesia. Padahal pasokan uap air yg melimpah di Indonesia yakni pemicu turunnya hujan deras. Kalau uap air menyusut, cuaca di Indonesia condong dingin & kering. El Nino bakal menyebabkan fenomena Kemarau berkepanjangan tergantung seberapa agung intensitas El Nino tersebut.
Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika memberikan prediksi, El Nino thn ini dapat berjalan lebih kuat di bandingkan dgn th 1997. Gejalanya telah nampak di depan mata, resiko kemarau dgn panas terik yg menyengat & hujan yg tidak kunjung turun konsisten terjadi merata di Indonesia tatkala sekian banyak bln terakhir.
Berdasarkan catatan histori kebencanaan Indonesia, fenomena El Nino paling parah berlangsung kepada th 1997 silam, sekian banyak dikala sebelum kejatuhan pondasi keuangan Indonesiaa, atau yg tidak jarang dikenal juga sebagai krisis moneter. Pemicu paling besar yg melengserkan Bpk Presiden Soaharto turun dari tahtanya yg telah diduduki selagi 32 thn berkuasa.
Dalam catatan bencana di Indonesia sejak 1950-2015, El Nino yg berjalan th 1997-1998 dulu sementara ini akan dikatakan juga sebagai fenomena El Nino yg mempunyai efek paling kuat. Apa pasalnya? Dikala itu, El Nino merugikan Indonesia sampai ke titik paling jatuh. Efek sangat buruk dirasakan di bagian pertanian & kehutanan. Kala itu kekeringan melanda 3,9 juta hektar lahan pertanian bersama keseluruhan kerugian 466 juta dolar AS. Sementara itu, kebakaran hutan & lahan berjalan terhadap 11,6 juta hektar bersama keseluruhan kerugian 2,75 miliar dolar AS.
Dari luas keseluruhan hutan yg terdampak disaat itu, terdapat 1,45 juta lahan gambut yg tajir karbon. Ini mengakibatkan emisi karbon dioksida se besar 2,5 gigaton atau setara 40 % emisi global. Angka emisi karbon yg menggila tersebut berdampak luar biasa hebat terhadap kebakaran hutan & seketika mencemarkan langit Indonesia dalam warna hitam pekat akibat kebakaran hutan. Disaat itu, lebih dari 20 juta masyarakat Asia Tenggara terkena serangan terhadap kesehatan pernapasan.
Bahkan saat itu tidak sedikit pakar ekonomi memprediksi bahwa gejala El Nino 1997 jadi pemicu paling masuk akal atas krisis moneter Indonesia yg paling parah sepanjang peristiwa bangsa. Diwaktu itu, mata duit rp anjlok luar biasa jauh pada dolar. Diprediksi bahwa anjloknya rp kepada dolar akibat kegagalan Indonesia dalam melaksanakan ekspor barang hasil pertanian lantaran besar nya kasus kegagalan panen kepada th 1997.(CAL)
Sumber
0 Komentar