Antisipasi Kekeringan: Bagaimana Hujan Buatan dapat Terbentuk?

19.51

Menciptakan Hujan Buatan
Tatkala periode kemarau panjang thn ini, beragam macam antisipasi buat mengurangi efek dari bencana kekeringan tetap diusahakan oleh beraneka ragam pihak. Usaha-usaha jangka pendek & jangka panjang jadi prioritas mutlak di tengah gejolak suhu hawa tinggi & minimnya curah hujan. Bahkan dapat dinamakan kemarau thn ini termasuk juga type bencana nasional dikarenakan resiko & persebarannya yg amat sangat luas, nyaris di seluruhnya wilayah Indonesia.
Dengan Cara teknis di arena lapang, pengurangan risiko kekeringan paling tidak jarang dilakukan dgn upaya sediakan air bersih ke seluruhnya pelosok-pelosok wilayah terdampak kekeringan. Jutaan liter air didistribusikan oleh beragam pihak pada masyarakat yg betul-betul membutuhkan. Tetapi tahukah Kamu bahwa bisnis distribusi air yaitu antisipasi kekeringan yg tak efektif?
Meski terkadang cuma turun sebentar, nyata-nyatanya hujan di periode kemarau panjang seperti kini ini miliki manfaat akbar bagi keadaan air tanah. Bencana kekeringan diberbagai area solusinya cuma satu : turunnya hujan.
Lantas dengan cara apa kiat menempa awan hujan ditengah teriknya masa kemarau? Bahkan di antara gejala el nino tingkat moderate seperti yg berlangsung thn ini? jawabannya cuma satu, menciptakan hujan buatan dgn Tehnologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Technologi modifikasi cuaca di tanah tropis seperti Indonesia punyai peranan yg utama. Penguasaan kepada TMC ialah satu buah keperluan basic. Tujuannya yakni utk mengurangi risiko daerah yg mengalami kekeringan, sediakan kebutuhan air bersih dalam jumlah tidak sedikit, membuahkan daya listrik bagi pembangkit listrik tenaga air pun memodfikasi atau menambah volume irisgasi.
Kepada dasarnya, TMC dipakai utk mempengaruhi proses yg berlangsung di awan sbg produsen hujan. Maka mempercepat kesempatan terjadinya hujan, biar hujan buatan dapat berlangsung kapan saja tidak dengan mesti menunggu periode hujan tiba.
Diliat dari sejarahnya, TMC bukanlah satu buah tehnologi baru dalam ilmi Meteorologi, Klimatologi, & Geofisika. Dilansir dari beragam sumber, TMC setidaknya sudah diperlukan di lebih dari 60 negeri didunia, termasuk juga Indonesia.
Di IndonesiaPertama kali tehnologi modifikasi cuaca buat menciptakan hujan ini diaplikasi kan mula-mula kali dua thn dulu, ialah terhadap 26 Januari-25 Maret 2013. Padahal ternyata, tehnologi ini sudah dikenalkan & diuji-coba oleh pemerintahan Presiden Soeharto terhadap 1977.
Dulu dengan cara apa kiat kerjanya?
Buat memicu & menciptakan hujan buatan sedikitnya dimanfaatkan dua type bahan. Ke-2 bahan penting inilah berfungsi buat mempengaruhi proses yg berjalan di dalam awan.
Bahan perdana merupakan sejenis zat kimia yg dimanfaatkan utk mencetak es, dikenal juga sebagai glasiogeni. Berupa Perak Iodida (Agl).
Bahan ke-2 yaitu bahan yg berungsi utk menggabungkan butir-butir air di awan, dikenal yang merupakan higroskopis, berupa garam dapur atau Natrium Chlorida (NaCl), atau CaCl2 & Urea.
Ke-2 bahan itu setelah itu diangkut memakai pesawat logistik, baik angkutan militer ataupun angkutan kusus milik perusahaan produsen hujan. Utk urusan penebaran dua zat pembentuk hujan ini mesti diperhatikan pula keadaan yg akurat berkenaan arah angin, kelembaban & tekanan hawa, kesempatan terjadinya awan. Ke-2 bahan ini disebar di seputar gunung atau wilayah yg berpotensi berkumpulnya awan Cumulus (Cl).
Utk dapat mencetak hujan deras, rata-rata dibutuhkan bubuk kusus sejumlah 2 – 3 ton yg disemai ke awan Cumulus sewaktu sedikitnya 30 hri. Tapi, namanya pula tehnologi, proses menciptakan hujan buatan ini belum pasti sukses. Dapat berpeluang tidak berhasil atau malah hujan buatannya jatuh di area yg tak kita inginkan padahal telah mengeluarkan kan anggaran yg pass gede dalam pembuatannya. (CAL)
Previous
Next Post »
0 Komentar